Tangguh Secara Utuh

Tangguh Secara Utuh

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Saya punya teman SMP, namanya Tangguh Widiasto. Yang aneh, nama panggilannya adalah Didot. Orangnya kecil, tetapi waktu itu, tidak ada yang berani berkelahi melawan dia. Laki-laki, apalagi perempuan.

Kata “tangguh” dalam tulisan ini saya ambil dari tulisan blog lain dengan link http://www.ms-nana.com/2022/03/tangguh.html?m=1

Apakah tangguh selalu ada kaitannya dengan orang yang kuat? Oh, bisa jadi. Tidak hanya kuat, tetapi juga berani. Misalnya, memegang jabatan, maka orang itu harus tangguh juga. Paling tidak, bentuknya adalah tangguh jawab.

Sementara yang sering tertinggal, baik itu bus kota, kereta api, pesawat terbang, pesawat ulang alik, maupun boncengan teman, maka biasanya dia akan berkata, “Tangguh! Tangguh saya! Jangan tinggalkan!!”

Masalah dan Manusia

Pada dasarnya, masalah ini lebih sering menimpa laki-laki. Apakah selalu begitu? Ya, memang begitu. Masalah hanya ada di laki-laki, sedangkan kalau perempuan namanya mbakalah. Antara mas dan mbak memang berbeda bukan?

Kalau manusia lahir di dunia ini, baik dengan menangis maupun tertawa (bidannya), selalu dihadapkan dengan beban kehidupan. Sejak dia lahir, mak ceprot, sudah menangis. Itu adalah masalah bagi si bayi tersebut. Dia nyaman di dalam rahim ibunya. Sama sekali tidak pernah menangis. Apakah kamu pernah mendengar ada bayi menangis di dalam rahim?

Bentuk masalah berikutnya bagi bayi adalah saat mau menyusui. Mungkin ibunya tidak langsung keluar air susunya. Begitu juga dengan bidan yang baru saja menolongnya. Lho?

Menangis bagi bayi adalah bentuk pemecahan masalah. Dia kepanasan, kedinginan, sakit, buang air, baik kecil maupun besar, dituangkan dalam tangisan.

Makanya, orang tuanya perlu paham, ini bayi kenapa? Kira-kira kepana, eh, kenapa? Apakah bajunya basah karena keringat? Apakah sudah ada kotoran di dalam popoknya? Apakah minta digendong di tengah malam?

Saya teringat perkataan teman. Ada seninya menjadi orang tua. Waktu malam, biasanya bayi-bayi itu terbangun. Mereka justru sulit tidur. Mengajak begadang. Sudah disusui, sudah diayun-ayun, nyatanya masih melek juga.

Sedangkan orang tuanya ingin beristirahat karena besok mau kerja. Akhirnya waktu tidur jadi berkurang. Nah, itu menimbulkan masalah tersendiri. Eh, kok tersendiri sih? Masalah terbersama dong. Ya, bersama ayah dan ibunya.

Tidak ada memang manusia yang lepas dari masalah selama dia hidup. Lalu, setelah meninggal juga selesai masalah? Justru tidak. Justru setelah meninggal, lebih berat lagi dan jauh lebih berat. Alam akhirat sudah dimasuki.

Penghibur

Masalah di dunia ini sebenarnya ringan dan beratnya tergantung. Tidak ada kaitannya juga dengan berat badan. Mau gemuk atau gendut, intinya dia bukan termasuk orang yang kurus. Lho lagi?

Manusia tangguh selalu percaya bahwa Allah tidak akan pernah membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan atau kemampuannya.

Setiap mendapatkan ujian, manusia tangguh akan bersabar, meskipun cobaannya terasa sangatlah berat. Dia akan sadar bahwa pahala sabar itu memang tidak ada batasnya. Luas sekali. Bisa lebih besar daripada pahala sholat, membaca Al-Qur’an, atau mungkin bersedekah. Terserah Allah toh yang memberi pahala.

Kalau manusia tangguh diberi ujian, selama dia sabar, maka Allah juga yang akan menolongnya. Misalnya: orang itu mau menikah. Dari melamar sebanyak 5 kali, ditolak 10 kali misalnya. Orang tua si perempuan baru lihat mukanya saja sudah tutup pagar, tutup pintu, tutup jendela, tutup gorden, tutup usia! Duh, kasihannya.

Padahal belum juga mengutarakan dan mengeselatankan permintaannya, tetapi kok sudah ditolak? Apakah karena mukanya kurang cakep begitu? Hem, iya juga sih, hehe..

Ulama terkenal, Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Andaikan kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti kamu akan meleleh karena cinta kepada-Nya.”

Nah, dari situ, manusia tangguh paham dan mengerti ujian, cobaan, nikmat, kesenangan, semuanya itu adalah bagian dari pengaturan Allah. Orang lain mungkin menilai seseorang mengalami kesialan. Padahal, di balik kesialan itu, ada kenikmatan juga. Ada sesuatu yang indah di sana. Apalagi bukan sial yang jadi masalah, melainkan lebih seringnya adalah: sinyal!

Mungkin ada suami yang punya istri dengan sifat jelek. Cerewetnya minta ampun. Kalau istrinya bicara, melebihi senapan mesin.

Namun, suami tersebut bersyukur, nyatanya anak-anaknya juga lancar bicara. Istri cerewet sangat banyak perbendaharaan katanya.

Manusia tangguh akan tetap merasa hidupnya selalu utuh. Tidak ada yang kurang. sudah ditentukan kadarnya. Semuanya serba pas.

Kalau sudah begitu, jelas akan bersyukur kepada Allah. Punya istri yang cantik jelita, seksi, langsing, pintar, dan rajin beribadah itu jelas bukan sebuah cobaan. Intinya, punya istri yang cakep itu adalah kenikmatan yang luar biasa. Yang cobaan itu justru bagi si istri, jika mempunyai suami yang sebaliknya. Walah..!

pantun-bale

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.