Dilihat dari kata, “ramah” itu kalau dibalik menjadi “marah”. Bisa juga menjadi Rahma. Nah, repotnya kalau Rahma sudah tidak ramah, tetapi suka marah-marah.
Ramah memang mengacu kepada sesuatu yang baik, nyaman, dan menyenangkan. Misalnya, kita kenal ada ramah lingkungan. Namun, kali ini kita akan mencoba mengulas tentang ramah anak. Apakah maksudnya itu anak nanti akan jadi ramah? Tidak juga, karena yang difokuskan di sini adalah orang tuanya.
Saat Stres
Menurut pendapat yang saya dengar, dan saya tidak tahu berapa pendapatan orang yang berpendapat tersebut, stres adalah gangguan jiwa yang paling ringan. Jangan kita mengira orang gangguan jiwa itu orang gila yang ada di jalan-jalan. Mereka tanpa baju, sedikit telanjang, dandanannya menarik perhatian.
Sebenarnya, banyak kok yang mirip begitu. Cewek-cewek yang bajunya sedikit telanjang, menor, dan tentu saja menarik perhatian, suka jalan-jalan di mall. Apa tidak gila itu?
Terlebih jika yang dibeli sudah keterlaluan, bahkan melebihi pendapatan yang ada. Suami-suami mereka menjerit. Namun, tidak terlalu dipedulikan. Bukankah hal itu mirip-mirip, yah, dengan kegilaan?
Pada dasarnya, gangguan jiwa itu bisa dialami oleh setiap orang. Sama dengan penyakit fisik, penyakit jiwa pun kita bisa terkena. Karena kita ‘kan terdiri dari fisik dan jiwa. Punya jiwa kok tidak pernah sakit? Ini nonsense ‘kan?
Nah, kaitannya dengan pendidikan anak, ada saatnya orang tua pas tidak sedang ramah anak. Orang tua mungkin sedang capek berat habis kerja. Mungkin dia dimarahi bosnya di kantor, atau malah diancam diberhentikan. Padahal di kantor ‘kan tidak ada lampu lalu lintas warna merah, kenapa harus diberhentikan ya?
Akhirnya, imbas dari tempat kerja itu bisa masuk ke dalam rumah. Lalu, siapa korbannya? Ya, siapa lagi kalau bukan pihak terlemah dalam keluarga, yaitu: istri dan anak-anak? Istri mungkin masih bisa membantah, atau malah lebih keras lagi. Tapi, anak-anak? Terlebih anak kecil? Pasti dia akan merasa ketakutan kepada orang tuanya? Apalagi bapaknya, contohnya, memasang tampang yang super seram! Anak-anak akan menangis ketakutan.
Contoh Kalimat Ramah Anak
Menjadi orang tua yang baik atau ramah anak itu memang tidak mudah, bahkan sangat tidak mudah. Namun, tetap harus dicoba bukan?
Berikut adalah contoh-contoh kalimat yang ramah anak:
1. “Nggak usah begitu, ah! Kayak apa saja. Kakak ‘kan cuma bercanda.”
Kalimat tersebut bisa diganti menjadi, “Adik pasti sedih karena diejek sama Kakak, ya? Nanti kita bicara juga sama Kakak ya, kalau Kakak sudah pulang dari sekolah dan kalau Adik sudah tenang ya!”
2. “Kursinya nakal banget ya! Sini Ibu pukul kursinya!”
Kejadian ini pernah menimpa salah satu keluarga saya. Waktu itu, masih kecil, balita mungkin, terjatuh dari kursi karena digoyang-goyangkan ke depan dan belakang. Ternyata, malah jatuh terjerembab dan mulutnya menghantam meja dengan cukup keras. Oleh bapaknya, kursinya itu yang malah dibuang. Dikira, sang kursi malah yang salah. Hem…
Kalau ada kejadian gara-gara kursi yang dianggap “nakal”, maka kalimat ramah anak menjadi, “Adik ada yang sakit? Sini yuk Ibu peluk. Kita bersihkan, terus obati lukanya ya, Nak, ya?”
3. “Kamu itu kok penakut banget sih? Padahal itu ‘kan cuma boneka jelek gitu lho!”
Anak perempuan memang dekat dengan boneka, bahkan sampai dia besar, bonekanya ikut membesar, hehe…
Ketika dibelikan boneka baru, kok terasa ada yang lain ya? Apalagi mungkin si anak habis menonton film tentang Chucky, dia jadi terbayang boneka seram dan ada kekuatan sihirnya.
Sebagai orang tua yang ramah anak, kalimat tersebut dapat diubah menjadi, “Kalau menurut Kakak, bonekanya kayaknya seram banget ya? Bagaimana kalau kita kembalikan saja, terus ganti yang baru juga, bagaimana? Kakak mau?”
4. “Aduh, kok nangis terus sih? Kamu itu sudah besar masih kayak bayi, tukang nangis saja!”
Nah, ini, perkara menangis itu wajar dilakukan oleh anak-anak, baik itu laki-laki maupun perempuan. Bahkan, laki-laki dewasa pun boleh kok menangis. Bukankah kelenjar air mata itu diciptakan Allah untuk laki-laki dan perempuan? Masa hanya perempuan yang boleh menangis?
Anggapan laki-laki kuat itu bukan tidak boleh menangis. Sebab, yang namanya perasaan itu memang kadang susah untuk dibendung. Sedangkan kalau bayi nangis, lebih bagus disusui terus dibedong.
Bagi anak yang masih suka menangis, kalimat ramah anak yang cocok dapat seperti ini, “Adik kenapa menangis? Ada masalah apa, Nak? Sini yuk duduk dekat Ibu, Adik boleh cerita kok kenapa menangis tadi? Kenapa Sayang?”
5. “Bodohnya kamu, Nak! Masa begitu saja kamu tidak bisa sih? Payah!”
Waduh, ini sih sudah cukup parah ya! Secara tidak langsung, orang tua yang mengatakan anaknya “bodoh” itu bisa berupa doa juga lho. Bagaimana seandainya pas mengucapkan itu diamini oleh malaikat? Lalu, Allah mengabulkan? Kan betulan jadi anak yang bodoh, nanti orang tuanya yang repot sendiri.
Tidak perlu sampai seperti itu ya. Kemampuan anak memang berbeda-beda, baik itu dilihat dari usia maupun pengalaman si anak sendiri yang didapatkan.
Kalimat ramah anak menghadapi anak yang kesulitan adalah cukup dengan, “Bagian mana yang sulit, Nak? Coba sini Ibu lihat, bilang ya kalau Adik butuh bantuan Ibu.”
Membiasakan
Kebiasaan yang baik memang harus dibiasakan, sebab kalau tidak, maka kebiasaan jelek yang akan malah terbiasa. Orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak, terlebih dalam menggunakan kalimat-kalimat ramah anak seperti itu tadi di atas.
Menjadi orang tua itu memang berat. Namun, kembali kepada keadaan si orang tua itu sendiri, siapa suruh jadi orang tua? Ya ‘kan?
Kalau sudah ada anak, maka itu adalah amanah dari Allah. Menjadikan anak tersebut mulia, dengan kalimat-kalimat yang mulia. Kita saja bisa simpan logam mulia yang berharga kok. Apalagi anak yang mulia, jauh lebih berharga daripada logam. Kecuali anaknya robot Transformer, maka itu termasuk logam juga, halah.
terima kasih pak, semiga kita mampu menjadi guru dan orang tua yang ramah dan tidak suka marah hehehe.
Aamiin, Om Jay, semoga bisa seperti itu..
Kemampuan lisan dalam berkomunikasi terkadang terabaikan..ucapan yang dianggap biasa terkadang akan menjadi luar biasa..semua kembali kemampuan dalam berlisan diiringi bagaimana memahami karakter dan kebutuhan anak..semoga kita sebagai orangtua senantiasa mampu menjaga lisan untuk perkembangan kejiwaan anak..
Ga kebayang klo anaknya transformer terus dibesarkan dengan marah-marah #eh
Jadi pingin praktik ke anak kecil, tapi nunggu punya cucu. Hehe….
Ini panduan banget orangtua. Salam Bung Rizky…..
Tips parenting yg edukatif banget.. luar biasa..
Makasih Ambu..
Nah ini biasanya keceplosan. Ternyata belum ramah sama anak. Terima kasih tipsnya Pak Rizky.
Terima kasih juga komentarnya, Bu.
Bismilah melalui tulisan Pak Rizky smg saya pribadi lbh berhati2 dan bisa menahan amaraah saat bersama anak-anak. Terimakasih Pak Rizky .
Benar Bu, menahan amarah itu memang sulit, namun kalau dibiasakan, Insya Allah akan jadi lebih mudah.
beberapa contohnya ngena banget. Pas dengan yang selama ini terjadi kalau sedang mengasuh anak. Tips pemilihan kata yang keren Pak. Bisa jadi contoh nih…