Ketika SMA, ada satu pelajaran yang bikin nyesek di hati. Namanya adalah akuntansi. Saya dan teman-teman menghitung uang sampai puluhan hingga ratusan juta, tetapi uangnya sama sekali tidak ada.
Itulah susahnya dalam mengelola uang, jika memang yang dimaksud tidak ada wujudnya. Selain itu, yang perlu diwaspadai adalah kesalahan dalam mengatur keuangan keluarga. Lebih parahnya hal ini banyak dilakukan oleh sosok ayah atau bapak yang notabene sebagai kepala keluarga. Lha, kalau kepalanya saja sudah salah, bagaimana anggotanya bukan?
Pencari Nafkah
Kesalahan keuangan keluarga bisa dilakukan bapak-bapak jika tidak tahu ilmunya. Untuk mempelajarinya, memang banyak sarananya. Bisa lewat kursus online, lihat postingan media sosial, maupun baca buku.
Sosok ayah harus menghindari kesalahan dalam pengelolaan keuangan keluarga agar rumah tangga yang dipimpinnya tidak bangkrut. Bayangkan jika sebuah rumah tangga bangkrut, maka pasti akan menderita seluruh anggotanya. Kalau negara bangkrut, maka bisa jual aset-asetnya. Jika rumah tangga, aset apalagi yang mau dijual? Yang ada malah keset.
Sebagai pencari nafkah, ayah harus pintar-pintar memutar otak. Ini tidak harus guling-guling di lantai agar otak bisa terputar. Cukup melihat dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Kata orang, “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Berarti, kalau ada guru yang bernama Pak Pengalaman, maka itulah sosok guru terbaik. Begitu bukan?
Kita mulai saja dengan kesalahan keuangan keluarga yang bisa, bahkan sering dilakukan bapak-bapak. Saya mengambilnya dari Instagram, sebuah akun yang tidak saya kenal adminnya, begitu pula dia pasti tidak kenal saya.
Kesalahan Mengelola Keuangan Keluarga yang Perlu Dihindari
1. Lebih Pilih Kenikmatan Sesaat
Sebelum membaca lebih jauh, itu dibacanya se-saat ya, bukan sesaat atau sesat. Beda memang, hehe..
Biasanya, kaum bapak merasa pusing karena memang sedang tidak ada duitnya. Dia mungkin mengeluh ini pasti karena pengaruh Rusia menyerang Ukraina. Padahal antara Rusia dengan dirinya jauh betul, tetapi dikaitkan dan dijadikan alasan. Seandainya Vladimir Putin tahu bahwa ada seorang bapak yang mengeluh begitu, entahlah apa akibatnya? Toh cuma seandainya ya ‘kan?
Bapak-bapak yang mementingkan kenikmatan sesaat biasanya sambil merokok dan minum kopi. Ya, meskipun dia tidak punya usaha fotokopi, tetapi kopinya tetap jalan terus. Padahal, untuk membeli rokok dan kopi itu tentu saja pakai uang. Tentu pakai duit. Susah kalau rokok dan kopi dibuat bahannya sendiri.
Solusinya pada poin satu ini adalah lebih baik bicarakan dengan istri. Bagaimana ini solusinya? Apakah bisa diselesaikan sendiri atau dengan tiga pilihan bantuan? Soalnya kalau sampai salah, maka akan turun lagi ke level satu juta rupiah. Sory, teringat kuis Who Wants to be a Millionaire.
2. Untuk Keluarga Bisa Hemat, Tapi Untuk Hobi Malah Tidak
Apa sih hobi dari bapak-bapak? Apakah main lato-lato juga? Mungkin tidak ya, kecuali bakal calon bapak, maka lato-lato memang cocok.
Hobi bapak-bapak itu seperti otomotif. Reparasi motor atau mobil yang tentunya membutuhkan biaya. Selain itu, bisa golf, memancing yang sangat membuang waktu itu, atau malah main game online yang ujung-ujungnya bisa judi online.
Pada poin kedua ini, memang bisa memunculkan kesalahan keuangan keluarga, karena uang yang digelontorkan hanya untuk hobi, padahal untuk keluarga lebih membutuhkan. Akhirnya, karena uangnya habis untuk hobi, buat keluarga jadi sedikit sekali, kalau tidak mau dikatakan pelit.
3. Memanjakan Anak dan Bukan Istri
Bisa jadi, sayang dan cintanya bapak lebih besar kepada anak, daripada ke istri sendiri. Soalnya, kalau anak, dilihat menggemaskan, bikin senang, dan selalu bisa diajak main macam-macam.
Sementara istri? Hem, mungkin istrinya sering ngomel, marah-marah, selalu minta uang, gampang ancam minta cerai, suka mendiamkan jika keinginannya tidak dituruti, dan lain sebagainya. Suami mana yang tahan begitu, kecuali suami yang sabar banget. Kalau mau lebih sabar lagi, bisa sering makan di Ayam Goreng Mbok Sabar, Jogja.
Wajar sih ada suami yang lebih suka memberikan uang ke anak, tetapi perlu diingat bahwa rezeki suami itu dari doa istri juga lho. Jika istri sering dibahagiakan, salah satunya ya dengan memberikan uang atau hadiah, maka Insya Allah rezeki suami akan meningkat juga.
4. Iya, Iya Terus!
Ketika ada permintaan, baik itu dari anak maupun istri, bapak yang bisa menimbulkan kesalahan keuangan keluarga adalah yang selalu menuruti. Padahal, yang benar adalah bapak harus punya visi dan misi serta rencana keuangan yang jelas bagi keluarga.
Jangan demi loyal, apalagi ditambahi loyal jelly, bapak memberikan semua yang diminta anak dan istri, istri dan anak. Jika memang itu suatu pemborosan, maka bapak sebagai kepala keluarga harus bisa menolaknya dengan tegas. Nah, di sini tegas bukan berarti keras ya. Menghadapi anak dan istri harus dengan cara yang halus, apalagi istri ‘kan memang makhluk halus. Maksudnya, halus kulitnya begitu.
5. Tidak Punya Rencana Keuangan yang Jelas
Kata motivator, jika tidak punya rencana, maka siap-siap kena bencana. Orang yang punya rencana saja bisa gagal, apalagi yang tidak punya rencana sama sekali.
Termasuk dalam hal ini adalah rencana keuangan. Misalnya besok menu makanannya apa saja, mau nasi putih atau nasi merah. Kalau nasi putih itu nasi yang biasa kita makan, sedangkan nasi merah itu berarti nasi goreng. Nanti liburan mau ke mana, anak-anak kuliah di mana, tidak mungkin bukan cuma kuliah subuh?
Jika si bapak cuma menjawab, nanti saja, atau lihat saja nanti, atau hidup itu bagaikan air yang mengalir, maka prinsip seperti itu hanya pas dipunyai oleh pegawai PDAM. Sudah tiga hari ini, air PDAM tidak mengalir di rumah saya, lho!
6. Tidak Sempat Mempersiapkan Dana Pensiun
Kesalahan keuangan keluarga atau kesalahan dalam mengelola keuangan keluarga adalah tidak mempersiapkan dana pensiun. Okelah, ada banyak bapak yang bekerja sebagai PNS dan nantinya ada dana pensiun dari pemerintah, tetapi pertanyaannya, berapa? Apakah cukup untuk masa tua nanti? Apakah bisa menghidupi minimal diri sendiri tanpa harus diberikan bantuan orang lain, dalam hal ini adalah anak.
Apalagi di masa mendatang itu harga barang dipastikan akan makin naik. Dana pensiun sangat perlu untuk disiapkan mulai sekarang. Bisa kok melalui berbagai cara, misalnya pakai reksadana syariah, beli tanah, rumah yang disewakan, maupun mungkin menambah istri lagi. Tadi ‘kan katanya istri yang dibahagiakan, rezeki suami akan meningkat. Kalau istrinya satu saja rezekinya sudah sederas itu, apalagi kalau lebih.
Bukan Berarti Tidak Bisa
Mencegah untuk tidak melakukan kesalahan dalam mengatur keuangan keluarga itu perlu dilakukan oleh bapak-bapak. Apakah susah? Oh, susah memang kalau itu dianggap tidak mudah. Yang penting, ada semangat bagi bapak-bapak untuk mendapatkan ilmu yang penting itu.
Jangan sampai kesalahan dalam mengatur keuangan keluarga yang dilakukan oleh seorang bapak, merembes sampai ke anak dan istri. Tidak hanya itu, sampai juga ke keluarga besar pasangan tersebut. Kalau sudah begitu, siapa yang bertanggung jawab? Masa saya? Kan saya cuma menulis di sini, Pak, Pak!
Lebih sayang anak dari pada Istri. klo lebih sayang anak saja uang habis apalagi sayang dua duanya hihihi
Iya juga ya, habis sampai ke dasar dompet, hehe..
Satu lagi Mas: tidak memperhitungkan inflasi padahal tiap tahun ada inflasi minimal 8% jadi uang belanja naik dong.
Kalau suami saya Alhamdulillah hobinya mancing jadi menghasilkan ikan segar wkekek gak ngabisin duit.
Kalau dapatnya banyak dan cepat dari mancing sih bagus, Mbak, tapi kalau lama, bikin nggak sabar. Mending beli saja di pasar, hehe…