Pantun Bale 7 Juni 2022: Cerita Keluarga

Pantun Bale 7 Juni 2022: Cerita Keluarga

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Kembali saya mengulas tulisan teman-teman guru di grup WA Lagerunal. Dalam momen Pantun Bale, saya tuangkan di sini. Ya, saya memang tuang, sementara istri saya lebih pantas disebut nyonya.

Mengapa sempat-sempatnya mengulas tulisan-tulisan yang ada di list? Sebenarnya, itu menjadi rekreasi pengetahuan juga buat saya. Soalnya, mau pergi ke luar negeri, belum ada biaya, apalagi ke luar angkasa. Cukuplah saya pergi ke luar sebentar dari blog ini dan menemukan sesuatu di blog orang lain.

Membaca karya orang lain seringkali bisa menemukan ide baru, ide segar. Walaupun saya mengunjunginya langsung masuk saja, karena sudah dibukakan pintu, tetapi saya jadi bingung sendiri, kalau ada pintunya, terus jendelanya di sebelah mana ya?

Momen Pantun Bale menjadi lebih dari sekadar komentar. Menjadi lebih dari sekadar ucapan “tulisan yang bermanfaat” atau “semangat” atau “tulisan yang bagus” dan sebagainya.

Memuji memang ada tempat, begitu juga mengkritik juga ada tempatnya. Kalau di kolom komentar, saya bisa sekaligus memuji tulisan orang tersebut, begitu juga bisa mengkritik. Namun, tempatnya sempit. Meskipun ada yang berpandangan lain, bahwa selalu ada kesempatan dalam kesempitan, ups!

Pantun Bale juga menjadi waktu untuk saling berbagi. Ya, apalagi kalau bukan berbagi inspirasi? Sering sesuatu yang sederhana dan tidak terlihat oleh mata saya, justru bisa menjadi bahan menulis bagi orang lain. Makanya itu, jangan remehkan yang sederhana, karena justru yang sederhana itu bisa mahal harganya. Seperti Rumah Makan Padang Sederhana di Jogja, itu mahal lho, Gaes.

Baiklah, kita mulai saja petualangan dari ulasan blog-blog yang coba saya tampilkan di sini. Tentunya, di sini saya bukan sebagai pakar, sebab arti dari pakar itu adalah apa-apa dibuat sukar. Saya hanya menganalisis dari sudut pandang kacamata saya. Ngomong-ngomong, saya ini pakai kacamata lho, sudah tahu belum? Kalau sudah tahu, ya, bagus, kalau belum tahu, tanyakan ke yang sudah tahu ya!

Menyelamatkan Bumi

Tulisan pertama datang dari Mr. Beje alias Mohamad Bajuri. Link tulisan beliau adalah https://www.kompasiana.com/mohamadbajuri7201/629d5d4edf66a755454f5272/yuk-selamatkan-bumi-kita

Menulis lewat platform Kompasiana. Saya sendiri memang jarang menulis di sana. Dan, yang punya Kompasiana pun tidak bertanya kepada saya, kok jarang menulis di situ, Mas? Buat apa juga ya mereka tanya ke saya? Hehe…

Pak Mohamad Bajuri adalah tenaga pendidik di MTsN 3 Kebumen, Jateng. Tinggal di Kebumen, pantas memang berbicara tentang menyelamatkan bumi. Bukankah bumi itu adalah kata yang mendasari kata Kebumen?

Dalam tulisannya, diungkapkan tentang kerusakan bumi di mana-mana. Fakta ini memang tidak dapat kita pungkiri dan pungkanan, karena memang telah terjadi. Bahkan sudah lama sejak kita belum lahir. Bumi sudah sangat rusak. Penyebab rusaknya adalah dari manusia itu sendiri. Ya, kita-kita juga sih.

Sebetulnya, memang dilema. Bumi ini tidak bertambah luas, tetapi setiap hari manusia semakin banyak. Jumlah manusia yang membludak seperti itu membutuhkan tempat.

Dari yang awalnya tempat tinggal biasa, mulai merambah tempat-tempat yang sebenarnya tidak bisa ditempati. Contohnya hutan lindung. Tempat para satwa dan binatang. Makanya, jangan salah pakai marga. Ditanya, marganya apa? Masa jawabannya: Margasatwa, Mas!

Hutan lindung semakin dirusak manusia dan dijadikan tempat tinggal. Selain itu, dijadikan perkebunan kepala sawit. Hewan-hewan yang terdesak dan tergusur, memasuki lahan pemukiman penduduk. Ya, jelas karena mereka dendam kepada manusia yang telah merusak tempat tinggal mereka. Hewan tidak mengenal kredit rumah, meskipun demikian, jika rumahnya dirusak, pastilah marah dong.

Perusakan alam membuat banjir, kebakaran hutan, tanah longsor, gempa, dan bencana-bencana lain. Kejadian-kejadian tidak mengenakkan tersebut akhirnya menimpa manusia itu sendiri. Dari manusia, oleh manusia, dan untuk manusia. Kalau sudah terkena bencana alam tersebut, tidak ada yang senang. Bagi korban yang terkena akan sedih. Segelintir manusia yang merusak, imbasnya ke banyak manusia lainnya.

Yang jelas, tulisan di Kompasiana tersebut menjadi pengingat bagi kita untuk menjaga bumi, apalagi yang punya istri bernama Midayanti, pasti dipanggil Bu Mi juga.

Workshop Kurikulum

Saya agak heran dengan kata “workshop”. Apakah artinya ini adalah toko yang kerja? Atau malah artinya kerja di toko?

Tulisan kedua dari list Senin Blogwalking kemarin, Senin (06/06/2022) adalah dengan link: https://81-atik.blogspot.com/2022/06/workshop-kurikulum-sd-n-karanganyar.html

Awalnya agak susah dibuka. Mungkin karena sinyal internet saya atau memang blognya yang sedang loading lama. Untuk istilah loading lama, saya pernah dikatakan begitu. Dulu sih, tidak lagi sekarang. Saya memang sering berpikir lama, meskipun sering juga bicara dulu, pikir belakangan, haha…

Pada tulisan ini, menulis berita tentang acara workshop kurikulum yang terjadi di SD Negeri Karanganyar tahun 2022/2023. Ibu Atik sebagai penulisnya memaparkan dengan cukup gamblang acara yang berlangsung tersebut. Acaranya sendiri berlangsung pada Selasa (31/05/2022). Berarti memang belum lama, belum sampai 50 tahun kok.

Dari mulai susunan acara mulai dari pembukaan sampai dengan penutup dapat kita baca jelas di blog tersebut. Ditambah dengan sambutan kepala sekolah dan pengawas. Sambutan memang perlu panjang, jangan seperti saya yang pernah mengatakan bahwa sambutan singkat itu cukup dengan “Hay, semua!” Itu ‘kan sudah termasuk menyambut ya? Maksudnya menyambut emosi hadirin.

Dalam sesi pemaparan kurikulum, diungkapkan tentang Kurikulum Merdeka. Meskipun namanya Merdeka, lahirnya memang sekarang, tidak saat dulu sebelum kemerdekaan. Kurikulum ini bertujuan untuk memulihkan kondisi pembelajaran yang tertinggal karena pandemi covid-19. Berarti memulihkan itu termasuk hal yang tidak mudah. Termasuk memulihkan perasaan. Istilahnya move on. Dia sudah menikah, kamunya malah belum. Kapan?

Oh, ya, ada juga sambutan dari ketua komite. Pada bagian akhir acara, juga ada closing statements dari pengawas. Ini adalah pernyataan terakhir dari pengawas sekolah dalam acara tersebut. Tentang closing itu sendiri, biasanya sih menyangkut penjualan alias bisnis. “Eh, aku sudah closing nih!” Dan, tentunya, yang sudah closing dalam bisnis tersebut, tidak menghadiri acara dalam blog Bu Atik itu toh? Hayo, ngaku..

Kurikulum memang menjadi arah dalam pendidikan. Sedangkan akuarium menjadi arah juga dalam pendidikan. Maksudnya, ketika kamu sedang belajar demi meraih pendidikan, mata kamu malah mengarah ke akuarium lihat ikan cupang!

Kalau Ternyata Pas Salah Kirim

Salam kirih, eh, salah kirim adalah hal yang wajar terjadi dalam hidup ini. Apalagi ketika menggunakan gadget atau gawai itu. Salah kirim ada di link blog berikut: http://miensumintarsih.blogspot.com/2022/06/salah-kirim.html

Ceritanya menggelitik juga, tentang istri bernama Dini yang salah kirim pesan. Mintanya pulang bareng. Pas suaminya membaca, ternyata Dini kirim pesan lagi bahwa sebenarnya pesan sebelumnya bukan untuk Rudi, suaminya. Lho, lalu buat siapa dong?

Mengapa bisa terjadi seperti itu? Oh, menurut saya, mungkin antara Rudi dan Dini ketika menikah belum ada persiapan psikologis maupun jiwa. Mungkin dulunya mereka menikah terlalu cepat alias Pernikahan Dini!

Menjadi Pahlawan Super

Tulisan berikutnya datang dari guru yang sering sekali menang lomba blog. Namanya Pak Supadilah. Memakai link blog: https://www.supadilah.com/2022/03/pahlawan-super.html?m=1

Beliau mengupas kisah kepahlawanan tentang Pak Arif Kirdiat yang banyak mengupayakan kesehatan bagi Suku Baduy. Ini Baduy bukan Arab Baduy seperti di zaman Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, lho. Suku ini bermukim di wilayah Banten yang konon katanya kebal senjata tajam. Padahal suku Baduy juga bisa sakit, layaknya manusia biasa. Dan, memang manusia biasa, kok.

Kisah pahlawan Pak Arif Kirdiat menginspirasi kita bahwa untuk mencari kebaikan itu bisa di mana saja. Beliau menemukannya di lokasi suku Baduy.

Sementara kita dapat memulainya di dalam rumah. Kebaikan untuk anggota keluarga, misalnya. Kita tetap bisa menjadi pahlawan super bagi mereka, misalnya memasakkan Supermie untuk istri dan anak-anak. Atau membelikan martabak super jumbo untuk anggota keluarga tercinta. Termasuk pahlawan super lho itu!

Ketika Kehilangan Seseorang

Saya kaget saat membuka link: https://muliadimatika.blogspot.com/2022/06/duku-guru.html?m=1

Ternyata tidak membahas buah duku bagi guru di situ, melainkan duka guru. Oh, berarti salah tulis link saja ini.

Membaca isi dari blog ini, memang membuat saya terharu juga. Sosok guru ketika meninggal dunia itu memang meninggalkan duka yang cukup dalam. Betapa tidak, ilmu yang diajarkan oleh guru akan menjadi amal jariyah baginya, Insya Allah. Guru akan berlimpah pahala di kubur nanti selama ilmunya bermanfaat dan terus diajarkan kepada orang lain.

Oleh karena itu, kita yang berprofesi sebagai guru mestinya bangga dan terhormat. Profesi ini mampu mencetak presiden juga lho. Bukankah presiden dulunya pernah sekolah? Siapa yang mengajar? Pastilah guru-guru.

Guru tetaplah seorang pahlawan super, nyambung dengan pembahasan blog sebelumnya dari Pak Supadilah. Dan, biasanya pahlawan super itu bisa terbang. Misalnya Superman, Superwoman, dan Iron Man. Nah, guru juga bisa terbang kok. Menerbangkan ilmunya ke segala arah. Mengajarkan wawasan hidup ke para muridnya. Di situlah terbang dengan penuh kebaikan. Sementara kalau naik pesawat biasa, terbang dengan penuh ketakutan, apalagi kalau orang itu baru naik pesawat terbang pertama kali. Eh, siapa itu ya?

Anak Temperamental

Janganlah bangga kalau sekadar memiliki anak, sebab monyet pun memilikinya. Banggalah ketika anak kita menjadi anak yang membanggakan orang tuanya. Tidak hanya di dunia, tetapi juga sampai di akhirat nanti. Insya Allah.

Melalui link blog: https://suyatibinyo.blogspot.com/2022/06/mengapakah-anakku-temperamental-paska.html, saya mencoba untuk mengulasnya.

Anak temperamental pasca pandemi itu memang bisa banyak dialami oleh orang tua. Kondisi belajar yang berbeda, dulunya online, sekarang tatap muka. Dulunya lebih banyak di rumah, sekarang di sekolah. Kembali normal, asal jangan pernah kembali maupun sekali-kali ke paranormal!

Selama pandemi, memang HP sangat lekat dengan anak. Materi-materi pelajaran memang lewat situ, tetapi setelah itu? Game online, gambar-gambar yang tidak jelas, bahkan video-video kekerasan maupun kurang pantas bisa muncul di depan mereka. Apalagi jika orang tua membelikan HP khusus untuk mereka. Anak-anak membukanya di dalam kamar, sendirian, orang tua tidak mengawasi, aduh!

Problem seperti itu memang harus dihadapi dengan sikap dingin dan bijak. Untuk menjadi orang bijak, memang jangan lupa bayar pajak. Anak-anak perlu diajak bicara dan komunikasi dari hati ke hati. Selama ini, mungkin mereka hanya disuruh untuk mendengarkan orang tuanya, padahal mereka butuh juga untuk didengarkan. Apakah HP langsung disita? Langsung diambil oleh orang tua begitu saja? Mengenai hal itu, disesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing.

Jika dirasa temperamental anak jadi sangat parah, maka memang perlu untuk menyingkirkan setan gepeng itu dari tangannya. Mungkin perlu juga bantuan psikiater untuk mengatasi masalah ini. Terapi tidak hanya untuk anak, orang tuanya juga dong.

Dan, selesai pandemi, ada orang tua yang memberikan begitu saja HP ke mereka. Bahkan membelikan khusus untuk mereka. Tujuannya untuk apa? Ya, tentu saja agar orang tuanya nyaman main HP juga, tidak diganggu oleh anak-anak! Begitu toh? Ya toh? Ya toh?

Tampil di Depan Umum

Saya pernah mengatakan ke para murid saya. Menurut sebuah survei, ada dua ketakutan paling utama yang dihadapi oleh orang Amerika Serikat. Satu adalah takut mati, yang kedua adalah takut berbicara di depan umum. Ingat, ini berbicara di depan umum lho ya, bukan berbicara di depan om-om. Lain itu.

Kaitannya dengan berbicara di depan umum atau public speaking, ada link blog yang cukup bagus. Ini dia: https://naniku2020.blogspot.com/2022/06/buku-ketiga.html

Buku ketiga yang disusun oleh Bu Nani. Beliau sudah sering menjadi MC. Namun, menurut beliau, untuk bisa tampil, memang butuh persiapan. Paling tidak dua sampai tiga hari sebelumnya. Kalau dua atau tiga puluh tahun sebelumnya, sepertinya terlalu lama ya.

Buku tersebut menjadi terlaris daripada dua buku sebelumnya. Begitulah buku, ibaratnya jodoh. Ketika buku sudah menemukan pembacanya yang tepat, maka akan bisa laris juga. Buku laris bisa menjadi best seller. Sekali lagi, itulah buku yang menemukan jodohnya. Sementara buku yang betul-betul mewadahi jodoh cuma buku nikah. Ya, iyalah!

Cerita Tentang Anak

Blog dengan link https://astutianamudjono.wordpress.com/2016/09/01/my-bocin-botak-licin, bercerita tentang Bu Sri Sugiastuti tentang anaknya, dari lahir sampai tumbuh dewasa. Blog memang menjadi tempat yang bagus untuk menceritakan kisah semacam itu, apalagi dengan anaknya sendiri. Sebuah perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anaknya.

Setiap ibu memang punya naluri semacam itu. Sebenarnya, kalau berdasarkan logika, bayi lahir itu ‘kan sakitnya luar biasa. Bahkan ada yang mengatakan seperti beberapa tulang patah sekaligus.

Ketika hamil sudah sakit, semakin mendekati melahirkan tambah sakit. Hal itu dihadapi ibu dengan sabar. Pas sudah lahir, eh, Masya Allah, justru rasa cinta dan sayang luar biasa kepada anak tersebut. Padahal, tadinya anak itu “menyakiti” ibunya lho.

Itulah bukti bahwa cinta dan kasih sayang seorang ibu sudah dimulai sejak hamil. Sampai kapanpun, akan selalu cinta dan sayang. Berpisah dengan suami mungkin saja terjadi, tetapi berpisah dengan anak rasanya tidak mungkin. Ada yang namanya mantan suami, tetapi tidak ada yang namanya mantan anak.

Blog dengan link tersebut mengajarkan kita bahwa yang paling mengerti seorang anak adalah ibunya. Apalagi anak laki-laki, selalu ada cinta yang istimewa kepada ibunya.

Saya merasakan hal itu waktu istri hamil anak ketiga. Penderitaan dan sakitnya saya lihat sendiri. Untuk anak ini, saya sempat memvideokan waktu dia lahir. Tidak dilarang oleh bidannya. Yang dilarang kalau bidannya yang saya videokan. Waduh, bisa marah istri saya nanti!

Rasa cinta yang sangat besar dari ibu ke anak membuat kedudukan berbakti kepada ibu juga sangat tinggi. Bahkan, setelah menyembah Allah, berikutnya adalah berbakti kepada kedua orang tua, terutama ibu. Dalam sebuah hadits disebutkan, berbakti itu kepada ibu, ibu, ibu, baru bapak. Nah, namun jangan diartikan berbakti untuk ibu satu, ibu dua, dan ibu tiga. Kalau itu namanya, ah, tahu sendiri, lah.

Halu, Ada yang Bisa Dibantu?

Pada urutan kesembilan dari list Blogwalking di grup Lagerunal adalah tentang halusinasi. Bukan menelepon seseorang lalu bilang, “Halu…”

Link blognya adalah: https://arofiahafifi.blogspot.com/2022/06/ketiban-rizki-nompolok.html

Ketiban rizki nompolok. Nomplok atau nompolok nih? Hehe…

Yang namanya rezeki itu memang nomplok. Artinya sebagian besar memang tidak bisa diduga. Tahu-tahu ada sendiri. Tahu-tahu muncul sendiri.

Apalagi jika kita berdoa. Misalnya, berdoa minta uang yang banyak. Tidak dikabulkan oleh Allah. Mungkin doa itu berubah menjadi orang tua yang sehat, pasangan yang sehat juga, begitu pula anak-anak. Semuanya sehat. Bayangkan kalau salah satu sakit. Malah sakit berat sekalian. Betapa banyak uang bisa keluar? Ya ‘kan?

Untuk rezeki ini, Allah sudah jamin. Allah sudah mengaturnya sebelum kita lahir. Kalau itu sudah dijamin, maka mestinya hati kita jadi tenang. Yang belum dijamin itu adalah apakah kita masuk surga atau neraka? Adakah yang bisa menjawab bahwa dia dijamin masuk surga? Hem, nekat kalau ada yang bilang begitu.

Dua Link Terakhir

Setelah 2.000 kata lebih, hampir tiba di ujung tulisan saya ini. Dua link pada urutan ke-10 dan 11 adalah https://swulandarigawaikucoretankugmld21.blogspot.com/2022/06/ini-ceritaku.html dan https://srisundaricaturutami.blogspot.com/2022/06/resume-la-tahzan-for-single-parent.html

Pada blog Bu Sri Wulandari, ceritanya tentang pepaya, tetapi kok tidak selesai ya? Mungkin bisa diselesaikan sampai selesai.

Sementara yang satunya tentang resume buku La Tahzan for Single Parent. Semacam resensi buku begitu ya?

Single parent, baik itu duda maupun janda memang berat. Ibarat sayap, memang mesti sepasang. Kalau cuma satu, bagaimana bisa terbang?

Begitu pula dengan pasangan suami istri. Meskipun berbeda dan memang dari awalnya berbeda, tetapi di situlah keunikannya. Di situlah kenikmatannya. Pasangan itu memang sengaja dipasang-pasangkan. Misalnya: istrinya cerewet, maka biasanya suaminya pendiam. Istrinya tidak suka kebersihan, suaminya peduli sekali dengan kebersihan.

Seandainya ada masalah besar, janganlah dulu berpikir mau pisah. Sebab, kalau sudah pisah, maka belum tentu itu menjadi solusi yang jitu. Cukuplah masalah yang mendorong pisah itu contohnya salah satu sudah tidak mau sholat. Salah satu keluar dari Islam. Atau melakukan kekerasan yang betul-betul keras. Maka sudah sepantasnya mereka harus dipisahkan.

Kalau masih suka ehem-ehem, maka dinikmati saja. Kasur bisa menjadi solusi untuk permasalahan mereka berdua kok. Asal kasur jangan sembarang kasur. Khawatir jebol atau minimal bunyi deritnya kencang sekali, whehehe…

pantun-bale

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

9 Comments

  1. Masya Allah tulisannya ruar biasa. Kayaknya tangan gak keriting ya nulis segitu banyak. Ulasannya juga woke banget. Tengkiyu sudah membalekan tulisanku.

  2. Belum sempat ikut pantun bale. Alhamdulillah sudah dikupas semua. Jadi ikut membaca semuanya. Terima kasih Pak Rizky.

  3. Tak cukup 2 jempol buat Mas Rizky. Luar biasa mengulas tulisan teman dengan begitu asyik nya.. keren..

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.