Belajar dari Kasus Bunuh Diri Novia Widyasari

Belajar dari Kasus Bunuh Diri Novia Widyasari

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Innalilahi wa inna ilaihi rojiun. Sebuah kabar sangat tidak mengenakkan datang dari Jawa Timur. Seorang perempuan mati bunuh diri bernama Novia Widyasari.

Beberapa berita yang saya baca, Novia Widyasari bunuh diri karena merasa sangat depresi karena sebelumnya diperkosa pacarnya bernama Bripda Randy Bagus. Kejadian tersebut pada hari Kamis (02/12).

Novia Widyasari hamil, tetapi si Bripda tidak mau bertanggung jawab. Mungkin mau enaknya saja, tidak mau eneknya sekarang. Novia dipaksa untuk aborsi dalam kurun waktu 2020-2021.

Nah, Ini Dia!

Berpijak dari kasus yang ada, bunuh diri Novia Widyasari ini bermula dari apa sih? Pacaran bukan? Hubungan pacaran semacam itu berujung kepada zina yang betul-betul “timba masuk ke dalam sumur”, begitu istilah guru saya ketika membawakan ta’limnya.

Saya ambilkan dari status teman saya di FB, selain kasus Novia Widyasari ini. Pada Desember 2019 yang lalu, terjadi pembunuhan pada seorang wanita yang hangus terbakar. Ternyata, si pelaku adalah pacarnya sendiri. Korban dibunuh setelah berseteru terkait status keduanya, masih pacaran atau tidak nih?

Masih di bulan, tahun yang sama, dan bumi yang sama pula, tidak mungkinlah terjadi di Planet Venus, ada seorang mahasiswi yang ditemukan tewas di kontrakannya. Mahasiswi tersebut tengah hamil 4 bulan oleh pacarnya. Rupanya, mereka adu mulut alias bersiteru lagi tentang kehamilan si mahasiswi.

Dan, sekarang kasus Novia Widyasari. Bunuh diri benar-benar tidak bisa dimasukkan ke dalam husnul khatimah. Kematian semacam itu sangat jelas masuk ke dalam suul khatimah. Ancamannya berat, bisa disiksa di dalam neraka Jahannam dengan siksa sama ketika dia mati bunuh diri. Jadi, kalau bunuh diri digantung, maka di dalam neraka juga seperti itu terus. Naudzubillah min dzalik.

Dari kasus bunuh diri Novia Widyasari ini, tampak jelas dampak buruk dari pacaran. Apalagi sampai berhubungan intim. Seringnya waktu berdua-duaan secara langsung, membuat kesempatan untuk berzina itu makin besar.

Jika sampai terjadi zina, lalu benar-benar hamil, aborsi yang akan diambil? Ini akan menambah derita dan dosa bagi korban lagi. Sedangkan entah dari pihak laki-laki, apakah mereka menderita, menyesal, atau berdosa apa tidak ya? Bagaimana menurut kamu sendiri? Tulis di kolom komentar ya!

Kisah tragis, menyedihkan, dan memprihatinkan semacam itu akan terus ada lho, selama pacaran masih terjadi. Hubungan yang tidak halal antara laki-laki dan perempuan. Apalagi kondisi sekarang, begitu mudahnya terjerumus ke dalam dosa pacaran. Dari yang tadinya berteman di medsos, lanjut masuk chat pribadi, hingga terus chat sampai akhirnya ketemuan. Lalu, terjadilah yang memang terjadi.

Siapa yang Salah?

Korban Novia Widyasari sudah terlanjur meninggal dunia. Mau dipenjara Bripda Randy Bagus selama 1.000 tahun pun, Novia tidak akan pernah hidup kembali di dunia ini. Atau ditegakkan hukum pancung juga, tetap Novia tidak bisa kembali.

Semuanya sudah terlanjur terjadi. Itu adalah takdir dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Lalu, siapa yang disalahkan dalam hal ini? Apakah Novia? Bripda Randy? Ataukah saya yang menulis ini? Lho, kok saya ikut-ikutan lho ya?!

Melihat dari ketertarikan Novia Widyasari terhadap sosok berseragam macam Bripda Randy, kiranya memang perlu hati-hati. Sosok polisi itu tidak semuanya baik. Memang sih, tugas polisi itu mulia untuk melindungi masyarakat. Namun, namanya oknum atau manusia, ya, ada yang baik, ada yang jelek. Kalau institusi, saya yakin itu netral dan suci. Manusia di dalamnyalah yang akan mewarnainya.

Agar tidak terjadi lagi, peran orang tua memang sangat-sangat dan sangat penting. Mendidik anak sedini mungkin tentang bahayanya pacaran atau hubungan yang tidak halal antara laki-laki dan perempuan.

Novia Widyasari bunuh diri di atas kuburan ayahnya pertanda sosok ayah bagi Novia memang sangat besar peranannya. Namun, qadarullah, sudah meninggal dunia. Jadi, tidak bisa diajak berkomunikasi atau dipanggil lagi untuk sekadar curhat.

Marilah kita serahkan kasus ini kepada pihak kepolisian untuk ditangani dengan sebaik-baiknya. Hukum di negara ini memang bukanlah hukum Islam, jadi pelaku yang ada dipenjara. Itu lebih baik daripada tidak ada hukum sama sekali bagi pelaku.

Dan tetaplah, masalah seberat apapun, pasti ada solusinya. Salah satu prinsip yang harus kita pegang, Allah memberikan ujian kepada hamba-Nya pastilah sudah diperhitungkan. Allah tidak akan mungkin dan tidak akan pernah memberikan ujian di luar kemampuan manusia itu sendiri.

Kalau begitu, seharusnya batin kita jadi lebih tenang. Sebab, semuanya masih ada dalam batas diri kita. Nyatanya kita mampu kok! Allah saja percaya kepada kita, masa kita sendiri tidak? Ya ‘kan?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.