Malam ini, perasaanku betul-betul tidak menentu. Aku sendirian di kamar, memikirkan waktu-waktu yang telah berlalu. Andai bisa kuputar kembali, tetapi pastilah tidak bisa. Tidak akan pernah bisa.
Sahabat baikku telah menikah. Dia berhasil mendapatkan jodohnya secara syar’i. Proses yang tidak melalui pacaran terlebih dulu, ah, betapa nikmatnya. Ya, memang nikmat jika mendapatkan jodoh tanpa harus melakukan dosa atau maksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kutulis perasaanku dalam cerita di Instagram. Media sosial itu juga telah lama menjadi sahabatku. Kutulis bahwa aku susah untuk melukiskan perasaanku ini. Bahagia ada, sedih ada, terharu juga ada. Mana yang lebih dominan? Aku tidak tahu.
Aku telah bersama sahabatku itu selama beberapa hari, lebih tepatnya dua hari. Dia sudah kembali ke kampungnya, setelah mencari rezeki di ibukota kabupaten. Betapa bahagiaku bertemu dengannya lagi.
Ratu Sehari
Sebelum menikah, pastilah ada momen-momen bertemu dengan keluarga besar, yang jauh maupun dekat. Aku bersama dengan sahabatku satu lagi, sebut saja inisialnya N, membantu yang mau menikah ini, sebut saja R, menjadikannya bagaikan ratu sehari. Merias wajahnya dengan make up, sekaligus nanti membantu membasuh make up itu.
Namun, setelah menikah, tepatnya hari ini, aku jadi merasa sangat kehilangan. Aku tidak bisa membantunya lagi membersihkan make upnya. Mungkin suaminya yang akan membersihkan, mungkin juga dia sendiri yang melakukannya.
Bisa Saja
Sebenarnya, untuk berkumpul dengan si R itu masih ada waktu, Insya Allah. Namun, momennya pastilah berbeda. Tidak sebebas dulu. Mungkin saja, waktu berkumpul kita jadi jauh berkurang. Dia sibuk mengurus suaminya, belum lagi kalau sudah ada anak-anaknya.
Mungkin pula ketika sedang asyik berkumpul, tiba-tiba dia diminta suaminya untuk pulang. Mungkin pula suaminya ada kebutuhan dengan dia, hehe..
Ah, yang jelas, waktu memang tidak bisa diulang. Kebersamaan di dunia ini mungkin hanya sebentar, dan memang begitulah adanya. Aku berharap bisa berkumpul dengannya lagi di surga Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebab, di sanalah kebersamaan yang abadi, selama-lamanya.
Setelah pernikahan itu, kami kembali. Dia kembali kepada suaminya. Aku kembali ke asal masing-masing, sedangkan si N kembali ke habitat masing-masing.
Selamat berbahagia, Sahabatku. Doakan aku bisa menyusulmu untuk menemukan jodohku juga. Semoga dapat laki-laki yang terbaik. Aamiin…