Waduh, jika sampai ada orang tua yang berhubungan intim dan ketahuan anaknya, apa yang harus dilakukan?
Mungkin kamu yang saat ini menjadi orang tua atau calon orang tua, pernah terpikir ketika berhubungan intim, anak kita melihat secara tidak sengaja. Mungkin ketika seperti itu, klimaks yang dicari untuk kepuasan bersama, ternyata klimaknya malah anak pas melihat. Ini ‘kan bukan happy ending namanya, melainkan shy ending. Alias malu, Nding!
Bisa jadi, ada keteledoran orang tua, tidak mempersiapkan benar-benar waktu mau berhubungan intim. Si ayah baru pulang dari kantor, melihat istrinya pakai pakaian perang khasnya, langsung tubruk saja.
Mungkin si ayah dari perjalanan luar kota, begitu banyak godaan di luar. Banyak perempuan seksi, berpakaian mengundang, padahal belum tentu itu perempuan betulan. Mungkin saja itu bencong yang sedang menyamar jadi perempuan.
Atau, merasa anak sudah tidur, padahal si anak tidur-tidur ayam. Matanya merem, tetapi hatinya melek. Mendengar suara mencurigakan dari kamar ayah dan ibunya, terlalu mendesah atau malah berteriak manja, anak jadi pengen tahu, dan terjadilah yang sedang terjadi.
Dampak Anak yang Melihat Orang Tuanya Berhubungan Intim
Dari berbagai artikel yang saya baca tentang masalah anak melihat orang tuanya berhubungan intim, paling pertama bagi orang tua adalah tetap tenang. Jangan langsung panik, meskipun panik memang wajar sih. Intinya, jangan langsung bilang ke anak, “Tutup mata, Nak! Pergi kamu dari sini!”
Kalau kalimat seperti itu, malah anak jadi merasa sangat bersalah. Kan dia memang tidak sengaja. Lagian, siapa sih yang lupa menutup pintu kamar sampai anak tidak sengaja melihat? Bukankah orang tuanya toh?
Sikap tenang itu berguna agar orang tua bisa mengambil langkah selanjutnya. Jika panik apalagi ditambah marah, maka solusi yang diambil bisa salah. Apalagi itu tadi, anak jadi tersakiti hatinya. Efeknya akan sangat buruk nanti. Dia jadi terbayang justru pas dimarahi itu, lebih besar akibat negatifnya daripada melihat orang tuanya berhubungan intim.
Hal yang Harus Dilakukan Orang Tua
Pertama, tentu saja tutupi tubuh yang terbuka, apalagi aurat yang paling aurat. Inilah pengajaran dalam Islam, kalau berhubungan intim suami istri, harus ditutupi pakai selimut.
Jangan seperti orang barat yang terbuka, kata orang sih begitu. Islam mengajarkan umatnya untuk malu juga terhadap malaikat yang berada di sisi kanan dan kiri. Selain itu, menghindarkan dari tatapan setan. Kita tidak tahu bukan, berapa setan yang melihat kita pas sedang begitu?
Barulah, ketika selimut benar-benar menutupi tubuh, menyisakan kepala saja, saat anak melihat orang tuanya berhubungan intim, maka akan lebih mudah menjelaskan.
Selain itu, ‘kan memang dalam persepsi anak, orang tuanya tidur bersama. Selimut menutupi bagian tubuh, toh sudah seperti itu wajarnya. Padahal di dalam selimut, wew, begitulah.
Bagi pasangan suami istri, ada kalanya tidak pakai selimut. Mungkin cuaca panas dan bikin keringat. Berhubungan intim itu sendiri memang mengeluarkan energi dan membakar kalori.
Makanya, selesai berhubungan, biasanya langsung lemas. Si suami langsung bablas tidur, padahal si istri ingin dimanjakan, diajak komunikasi, dan bentuk disayang lainnya. Suami juga perlu berterima kasih kepada istri karena sudah memuaskan nafsunya. Bagus seperti itu bukan?
Kedua, tanyakan kepada anak, tadi atau barusan lihat apa? Menurut berbagai artikel yang saya baca, pertanyaan ini sangat penting untuk melihat reaksi anak.
Bagi anak yang masih kecil, sekitar 2-3 tahun, tentu reaksinya berbeda dengan anak yang berumur 20-30 tahun, eh! Anak yang masih kecil mungkin belum terlalu paham, orang tuanya ngapain ya? Mungkin dalam pikirannya, orang tuanya sedang bermain pelukan. Sayang-sayangan. Atau mungkin olahraga gulat, tapi kok tidak pakai baju?
Sedangkan bagi anak yang sudah mulai besar, misalnya usia remaja, mungkin dia sudah mulai mengerti. Nah, di sini perlu diberikan penjelasan bahwa yang seperti itu hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah. Jelaskan bahayanya jika dengan yang bukan pasangannya. Dampaknya dan lain sebagainya.
Ketiga, jangan lupa minta maaf jika kejadian tadi dirasa mengganggu pandangan anak. Minta maaf di sini tidak perlu menunggu lebaran ya, kelamaan! Baru setelah itu, menjelaskan sesuai usia anak. Itupun kalau anak minta dijelaskan, kalau tidak, ya, mungkin lain waktu. Lain kali saat anak sudah siap.
Kejadian tanpa sengaja melihat orang tua berhubungan intim memang menjadi awal untuk menjelaskan seks kepada anak. Bagi anak usia balita, dijelaskan dengan organ-organ reproduksi.
Salah persepsi yang mengatakan bahwa penis dikatakan burung. Kan seperti itu sebutannya di masyarakat toh? Lebih bagus dikatakan yang sebenarnya, ya penis, ya vagina. Soalnya itu juga bagian dari organ tubuh. Masa untuk organ lain dikatakan yang sebenarnya, sedangkan untuk organ reproduksi tidak?
Bagi anak balita hingga sekolah dasar, juga perlu dijelaskan bagian tubuh mana yang boleh disentuh orang lain atau tidak? Kita sebagai orang tua seharusnya meminta izin juga ketika mau membasuh alat kelamin anak setelah mereka buang air kecil. Soalnya, alat kelamin adalah organ yang tidak boleh sembarangan diakses orang, bahkan orang terdekat sekalipun.
Kadang, orang tua merasa aman jika anak hanya berkumpul dengan sesamanya. Bisa jadi ini di sekolah-sekolah Islam berbasis pesantren. Laki-laki dan perempuan dipisah. Di situ juga perlu dijelaskan bahwa peluang sesama jenis bisa jadi ada, meskipun ya jangan sampai. Sesama laki-laki maupun perempuan perlu diberikan batasan, mana yang boleh dilihat, mana yang boleh disentuh?
Ada kejadian nyata, di sebuah pesantren, beberapa santri putri mandi bareng di kamar mandi, ya iyalah, memangnya mau mandi di mana? Alasan mereka berbuat begitu agar lebih cepat. Soalnya waktunya mepet setelah Subuh biasa setor hafalan, lanjut siap-siap untuk menerima pelajaran umum.
Hal semacam itu, kalau sering dilakukan, lama-lama bisa timbul hal yang tidak diinginkan. Jangan dikira santri itu semuanya suci, karena yang namanya manusia, peluang untuk berbuat salah memang ada. Tapi semoga tidak ya, naudzubillah min dzalik.
Menjadi Sebuah Pelajaran
Jadi, sampai di mana ini, kok malah melebar sampai bahas santri? Padahal tadinya membahas anak yang tidak sengaja melihat orang tuanya berhubungan intim.
Ya, tidak apa-apalah, kan ada lebar ada juga panjang. Jika terlalu lebar, kasihan suaminya, jika terlalu panjang kasihan istrinya. Lho, apa maksudnya ini? Maksudnya ya jangan terlalu lebar ceriwis istri kepada suami, jangan terlalu panjang waktunya juga suami pergi kalau tidak ada urusan penting di luar. Begitulah kira-kira, whehehe…
Yang jelas, jika sampai ada anak melihat orang tuanya berhubungan intim secara tidak sengaja, maka perlu dilakukan evaluasi secara nasional, eh. Lain kali dilakukan persiapan yang lebih matang, tidak hanya badannya yang disiapkan, tetapi juga tempatnya.
Selalu kunci pintu baik-baik. Bahkan, kunci seperti kamar hotel saja yang pakai kartu itu, masih harus diceklekkan kunci batangnya kok. Biar privasi lebih privasi lagi. Jangan merasa aman, kalau pintunya tidak ada, terus cuma pakai gorden. Apalagi di rumah yang ada cuma satu kaleng sarden.
Selain itu, ajarkan anak-anak untuk mohon izin memasuki kamar orang tua pada tiga waktu, yaitu: setelah Isya, setelah Subuh, dan tengah hari bolong. Sebab, tiga waktu itulah aurat biasa terbuka. Mungkin terbuka karena panas, mungkin juga terbuka karena mau anu.
Hal ini sesuai dengan dalil dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ۚ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ۚ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ ۚ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat Shubuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana..” (QS. An-Nuur: 58-59).
Semoga jangan terjadi anak melihat orang tuanya berhubungan intim secara tidak sengaja ya! Ini tentu yang tidak sengaja adalah anak yang melihat, kalau berhubungan intimnya pastilah sengaja. Ya toh?
Sumber:
Fimela: https://www.fimela.com/parenting/read/3837298/ketahuan-bercinta-harus-bagaimana
Klikdokter: https://www.klikdokter.com/ibu-anak/tips-parenting/dampak-anak-melihat-orang-tua-berhubungan-seks-dan-cara-meresponsnya
Alodokter: https://www.alodokter.com/anak-tidak-sengaja-melihat-orang-tua-berhubungan-intim-begini-menghadapinya
Rumaysho: https://rumaysho.com/32388-faedah-surat-an-nuur-45-anak-meminta-izin-ketika-masuk-kamar-orang-tua.html
Belum tentu cewe betulan yes, hahaha. Hadeeeh baca ini pas mau tidur 🤣🤣🤣 moga nggak pernah kejadian horor ini dalam hidupkuu. Dan setelah menikah baru ngerti kenapa dulu tuh kamar nyokap dikunci pada jam2 tertentu. .pas mau masuk eh dikunci, yaudah deh mundur teratur dengan tanda tanyaa yg menyesakkan dadaaa. .