Ketika Kamu dan Pasanganmu Long Distance Relationship

Ketika Kamu dan Pasanganmu Long Distance Relationship

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Seorang teman cukup stres menjalani long distance relationship dengan suaminya yang berada di provinsi lain dan kabupaten lain. Tiap hari dia mengeluhkan aneka rupa akibat dari hubungan semacam itu.

Awalnya sih, suaminya bekerja satu daerah dengannya. Mengajukan pindah ke provinsi lain dengan alasan orang tuanya. Konon katanya orang tua si laki-laki itu sudah tua. Hey, orang tua mana sih yang tambah muda? Hehe…

Ternyata, sang orang tua pun meninggal dunia. Kini, suaminya tidak lagi menemani. Hanya sayangnya, untuk bisa pindah lagi ke daerah asal, sangatlah susah. Begitupun dengan si istri. Mengajukan pindah kerja di sana juga tidak diterima.

Kondisi long distance relationship semacam itu dikeluhkan oleh anak-anaknya. Anak sulungnya sampai mengatakan seperti ini, “Ibu, jangan lagi jadi pegawai. Di rumah saja temani saya sama adik-adik.” Kira-kira begitulah kalimatnya. Soalnya saya sendiri tidak sampai merekam perkataannya sih. Apalagi sampai masuk studio rekaman. Halah, ini mau bikin album?

Si istri jadi sering terlambat ke kantor. Alasannya selalu mengurus anak. Memang, anaknya ada tiga. Dan, masih kecil-kecil. Yang paling besar saja masih SD, kelas 3. Yang kecil belum SMA, yang anak terakhir belumlah kuliah.

Keluhan semacam itu wajar muncul dari pasangan long distance relationship. Jarak yang memisahkan, bisa jadi memang jauh tempat mereka. Anak-anak biasanya sih tinggal bersama ibunya. Suami yang jauh itu kemungkinan karena bekerja. Atau boleh jadi, istrinya yang bekerja jauh. Misalnya, seperti kehidupan para TKW itu. Suaminya di Indonesia mengurus anak, istrinya di Arab Saudi contohnya, mengurus anak juga, tetapi anaknya majikan. Asal jangan anak macan ya, soalnya ada juga lho sultan yang peliharaan macan putih!

Perkataan yang Perlu Dihindari

Hubungan kasih sayang, tidak bisa saling menyentuh meskipun sudah halalan thoyibban, dapat menimbulkan stres pada salah satu pasangan atau kedua-duanya. Anak pun ikut kena getahnya, apalagi kalau anak memang sedang makan buah nangka. Banyak getahnya.

Untuk lebih menguatkan hubungan long distance relationship, maka kalimat-kalimat yang muncul dan notabene berbau negatif, perlu diubah. Diganti menjadi kuteks, ah, konteks yang lebih positif. Yuk, kita simak apa saja kalimat-kalimat itu?

1. “Ikut saja suami pindah! Ngapain juga kamu di sini terus? Nanti suamimu diambil pelakor lho!”

Mendengar kata “pelakor” saja dapat membuat batin istri terluka. Apa betul ada pelakor di sana? Prasangka buruk itu akan muncul jika suami berada di daerah yang lebih maju. Yang lebih kota dan kehidupannya lebih modern. Contohnya, istri berada di desa terpencil yang tidak ada di peta Amerika, karena berada di Indonesia, sedangkan suami berada di Jakarta. Sebuah provinsi yang gubernurnya sering dibully itu, padahal kinerjanya bagus lho. Banyak penghargaan. Aneh, yang bagus saja dibully, masa yang jelek dipuji? Haha..

Selain itu, ada kalimat lagi, “Buruan ikut pindah, nanti suamimu diambil Allah lho!”

Bentar-bentar, yang namanya diambil Allah itu bisa terjadi di mana saja ‘kan? Lha, terus, kalau di daerah asal sama istri, tidak diambil ajalnya begitu?

Perlu diingat juga bahwa tidak semudah itu mengikuti suami pindah. Ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang memang tidak memperbolehkan membawa anggota keluarga dan kucing peliharaan. Kenapa kucing ikutan di sini?

Contohnya, suami bekerja sebagai astronot. Ada perjalanan dinas ke Planet Jupiter misalnya. Kalau toh di Planet Jupiter nanti ada hotel tempat menginap, tetap istri dan anak-anak tidak boleh ikut. Mereka bisa ikut jika suami naik Jupiter. Nah, itu boleh diajak keliling kompleks, lah!

2. “Kerjaan suamimu jauh, kok tega ya anak sama istrinya ditinggal di sini?”

Ini juga yang kasih kalimat semacam itu mesti tahu alasannya pasangan suami istri long distance relationship. Ternyata, tidak hanya karena pekerjaan atau sekolah saja lho, tetapi bisa jadi karena konflik keluarga. Mungkin orang tua suami dan istri sering bertengkar. Hingga membuat kesepakatan anak-anaknya harus terpisah jarak dulu, agar hubungan lebih adem.

Masalah tega tidak tega sih tergantung. Kalau tidak mau tega, ya, jangan bekerja di luar rumah. Kerja di dalam rumah saja, itu jelas ada waktu banyak buat menemani anak dan istri. Namun, ‘kan, tidak selamanya begitu bukan? Kantor tempat bekerja dengan rumah berbeda dan terpisah jarak yang lumayan. Kecuali, kantor bisa dipindahkan di dalam rumah. Tapi, ya, itu lagi, siapa yang mau angkat kantor sebesar itu. Ya ‘kan?

3. “Suami tinggal kirim uang aja ‘kan?”

Ibaratnya kalau yang ini, suami jadi seperti mesin ATM. Kirim-kirim uang terus, tetapi susah mau dipeluk dan dicium. Kecuali ya ada yang iseng mau peluk dan cium ATM.

Sebenarnya, meskipun long distance relationship, suami tidak hanya berfungsi sebagai pengirim uang saja, tetapi barang juga bisa kok, hehe. Maksudnya, kebersamaan dengan istri dapat dilakukan meskipun jauh. Bukankah sekarang zamannya teknologi canggih? Suami dapat video call dengan istri, lalu diajaklah anak-anak dalam momen semacam itu. Boleh juga anak-anak didongengkan ayahnya di tempat jauh sana melalui video call. Itu cukup menarik juga lho!

4. “Awas, laki-laki itu akan menyeleweng kalau ditinggal sendiri lho!”

Nah, yang ini kalimat cukup parah karena dianggap menggeneralisir semua laki-laki. Masih banyak kok suami yang tetap setia dengan istrinya meskipun jauh sekali tempatnya. Apalagi dia sudah punya anak-anak yang lucu, jangan sampai nanti mendatangkan penyakit ke keluarganya gara-gara “jajan” di “kantin”. Kalau “jajan” kita tahu artinya ya, tapi kalau “kantin” apa hayo?

Yakinlah dan positiflah bahwa banyak laki-laki atau suami yang mandiri tanpa kehadiran istri di dekatnya. Sebaliknya, masih banyak istri yang menjaga diri, menjaga cinta suci dan halalnya hanya kepada suami tercinta. Meskipun godaan cukup besar di tempat yang jauh tersebut, tetapi ikatan pernikahan mereka senantiasa kuat dan kokoh.

Long Distance Relationship adalah Pilihan Hidup

Suami dan istri pastilah dapat memutuskan mana yang terbaik? Apakah tetap akan long distance relationship ataukah jarak jauh? Eits, salah, apakah jauh atau dekat saja? Jika memilih dekat, mana yang harus mengalah? Terlebih bila keduanya bekerja dan mapan.

Tapi, kalau mau saran sih, istri yang mengalah saja, resign dari pekerjaannya dan ikut suami di tempat jauh. Sebab, pada dasarnya yang mencari nafkah itu ‘kan suami. Insya Allah nanti akan ada jalan rezekinya jika sudah satu rumah.

Lagi-lagi, ini pilihan hidup. Long distance relationship tidak selalu juga mendatangkan efek negatif, karena yang dekat tidak terlepas dari masalah rumah tangga juga.

Bagaimana menurut kamu sendiri? Mengalami long distance relationship atau tidak nih? Ceritakan di komen ya! Semoga bisa bermanfaat bagi pasangan yang lain 🙂

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.