Cinta dalam Bisikan

Cinta dalam Bisikan

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Kalau mendengar lagu dangdut “Bisik-bisik Tetangga”, bisa kok terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi kita memang berada di lingkungan bersama orang lain. Mereka tetap menjadi tetangga, meskipun kita tidak suka main ular tangga.

Tetangga adalah pihak yang pertama kali akan kita mintai bantuan jika memang memungkinkan. Misalnya, kita mau pinjam alat masak, maka kita akan ke rumah tetangga. Tidak akan mungkin kita langsung menuju ke saudara kita yang ada di Makassar. Yang bisa kita jadikan saudara adalah sop, karena ada yang namanya Sop Saudara!

Perhatian Tiap Hari

Contoh saja, tetangga punya mobil baru. Seperti tetangga depan rumah saya. Seorang pensiunan kepala dinas. Beliau telah memiliki dua kendaraan yang serba baru. Satu motor matic, warna putih. Satunya mobil harga 300 jutaan rupiah mungkin. Juga warna putih.

Jika dituruti, saya bisa saja iri kepadanya. Selain rumahnya besar, motor dan mobilnya pun baru dan gress. Tapi, buat apa iri ya? Masa saya yang punya blog, dengan slogan “Jangan Iri, Anan Saja” kok melanggar sendiri? Akhirnya saya mencoba untuk tidak iri, tapi dengki! Halah..

Sebenarnya, buat apa juga iri sama dengki ‘kan? Toh, ketika kita iri dengan tetangga atau siapapun, apakah nikmat yang diterima orang tersebut langsung menjadi milik kita? Kan tidak. Makin banyak iri, justru akan mendatangkan penyakit. Iri ini paling kelihatan kalau berkaitan dengan gangguan kesehatan namanya iritasi. Halah.. (Sama dengan paragraf sebelumnya).

Bisik-bisik

Menurut kamus Bahasa Swiss, kata “bisik-bisik” ternyata tidak ada di sana, apalagi dicari artinya. Oleh karena itu, dikembalikan saja ke makna Bahasa Indonesia. Bisik-bisik itu kita kenal dengan berbicara tanpa diketahui orang lain. Cuma antara kita dengan orang yang diajak bicara.

Makanya, jarang kita temukan, bisik-bisik dengan mikropon, kecuali mikroponnya dimatikan. Bisik-bisik berkaitan dengan suatu rahasia yang seharusnya orang lain tidak boleh tahu. Yah, namanya juga rahasia.

Apa saja yang biasanya jadi bahan bisikan? Yang paling sering sih ghibah alias gosip. Ngomongin orang. Kalau dikatakan gosip, orang yang digosipkan tidak suka mendengar, meskipun itu adalah kenyataan. Sedangkan fitnah, adalah membicarakan orang lain yang belum tentu kebenarannya. Menurut kalimat bijak yang ada, fitnah itu lebih kejam daripada tidak memfitnah!

Bisikan pun dapat berupa kata-kata bermakna cinta. Seperti judul tulisan ini yang menyangkut tentang cinta. Duh, lagi-lagi cinta, lagi-lagi cinta, terus rama kapan dong? Bukankah rama dan cinta itu satu kesatuan dalam cerita Ramayana?

Cinta yang Khas

Tema cinta memang selalu menjadi favorit bagi banyak orang. Kata itu dituangkan dalam cerpen, novel, film, sinetron, drama, maupun pertunjukan tunggal, semacam standup comedy.

Bentuknya pun sangatlah luas. Cinta bisa berupa dalam satu pasangan suami istri, orang tua dengan anak, pemimpin dengan rakyatnya, seseorang dengan hewan peliharaannya, seorang ibu dengan tanamannya, dan tentu saja, hewan dengan sesama hewan. Cukup banyak video yang memperlihatkan persahabatan hewan yang berbeda.

Jika seorang suami membisikkan kata cinta kepada istrinya, maka istrinya pasti akan senang sekali. Dia seperti melayang-layang, mirip main layangan asalkan tidak sampai putus. Apalagi suara suaminya dekat sekali dengan telinga istrinya, sambil memegang-megang yang bisa dipegang. Ah, istri akan terhanyut.

Dalam kesempatan lain, istri pun bisa melakukan bisikan kepada suaminya. Dekati suami pelan-pelan, bagaikan kucing yang mengincar mangsanya. Kalau perlu dengan pakaian dinas istri kepada suami yang begitu menggoda.

Jangan lupa memakai wewangian yang sangat menyengat hidung. Sisir rambut yang rapi dan biarkan tergerai. Saat suami menatap dengan penuh nafsu, mulai dekati dengan bibir yang sudah dilipstik merah membara. Lalu, mulailah melancarkan jurus sambil mendesah sedikit, “Ah, sayang… Beras kita sudah habis. Kamu makan terus, tapi lupa beli beras. Ahhh…..”

Kali Ini

Pada dasarnya, ilmu tentang parenting atau pendidikan keluarga sangatlah melimpah sekarang ini. Kita bisa membacanya di Facebook, Instagram, Twitter, menonton video di YouTube maupun TikTok. llmu-ilmu yang ada dapat berasal dari para ahli parenting. Dapat juga dari para artis yang berbagi pengalaman mereka dalam mengurus anak.

Kondisi yang tidak sama dialami oleh para orang tua kita dulu. Jangankan membaca buku maupun menghadiri seminar, untuk makan saja rasanya sulit. Kondisi ekonomi yang morat-marit, tetapi justru tidak menjadikan mereka menyerah dalam mendidik anak. Melalui perjuangan, usaha, diiringi dengan doa, akhirnya jadilah seperti kita sekarang.

Ada satu yang mungkin sangat jarang dilakukan oleh para orang tua zaman dulu. Kalau marah-marah sih sering, tetapi mengucapkan kata-kata cinta dan mesra dari orang tua kepada anak pasti sangat tidak mudah dilakukan. Bagi mereka, sosok orang tua itu mungkin yang serem, ditakuti, kadang dengan pukulan yang menyakitkan memakai ikat pinggang! Hayo, ada yang pernah mengalami?

Akhirnya, anak-anaknya pun menjadi penurut, karena memang takut. Namun, apakah sekarang mau dilakukan yang begitu? Apakah kita yang sudah jadi orang tua ini mau balam dendas, eh, balas dendam? Kalau begitu, sampai kapan mau selesai? Apakah mau diperpanjang layaknya sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang mencapai 2.500 episode itu.

Saya menerapkan yang berbeda kemarin. Saat berada di dekat anak pertama saya, laki-laki, yang bernama Raihan itu, saya usap-usap punggungnya. Lalu, saya bisikkan kalimat cinta kepadanya, “Abi sayang sekali sama Raihan.” Bisikannya cukup pelan, kok. Kalau yang rame-rame bukan bisikan namanya, melainkan blusukan. Eh!

Reaksinya hanya terdiam. Tidak tertawa, tersenyum, atau apalah, pokoknya diam saja. Sepertinya dia menghayati kalimat yang saya berikan.

Mengapa harus dengan kalimat berbisik seperti itu? Pada dasarnya, setiap anak ingin diperlakukan istimewa atau spesial oleh orang tuanya. Nah, dengan kalimat yang berbisik, bahkan istri maupun adik-adiknya tidak tahu, dia jadi merasa sangat diperhatikan oleh saya.

Kalimat cinta semacam itu semoga saja akan terus berkesan sampai nanti dia dewasa hingga berumah tangga sendiri, Insya Allah. Bagaimanapun, anak akan mencontoh saya dalam memperlakukan istri. Kelak, dia juga akan begitu. Apakah akan memperlakukan istrinya dengan baik atau tidak, tergantung juga dari contoh yang saya lakukan di rumah.

Makanya, saya ungkapkan kalimat cinta saja kepadanya daripada kata-kata amarah yang tentu saja akan menusuk hati dan perasaannya.

Saya teringat dengan kalimat yang dilontarkan oleh Kak Seto. Menurut beliau, anak itu bukanlah orang dewasa mini. Makanya, jangan anggap dia orang dewasa sehingga harus mengerti apa yang kita sampaikan. Justru kitalah yang harus mengerti anak-anak. Sebab, kita memang pernah berada di fase mereka. Sementara anak-anak belum pernah menjadi orang tua.

Saya mengamati, anak-anak sekarang yang liar, nakal, semaunya sendiri, pada dasarnya mereka merasa kehilangan. Apa itu? Apalagi kalau bukan kehilangan cinta dari orang tuanya.

Mengungkapkan kalimat cinta atau sayang seperti itu akan lebih membuat anak makin mengerti bahwa merekalah bagian terindah dari hidup kita. Perlu kita pahami pula bahwa anak memang terlahir dari perbuatan yang enak. Makanya, jangan mau enaknya, lupa anaknya.

kamis-menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

17 Comments

  1. Lalu bisikkan jurus ” aaah . Sayang, beras kita habis. Beli beras donk, kamu makan terus tp lupa beli beras..hihi..bisa aza Pak Rizky ya.. . Keren ulasan tentang Cinta.

  2. Luar biasa… Bisik2 tetangga sangat menyesakkan di hati. Kadang2 emak2 yg rempong suka bisik2 lihat tetangga banyak membeli barang mewah dll. Tetapi kita hrs mengukur keadaan kita mampu seperti tetangga???

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.