Perut Kenyang Karena Makanan, Bumi Pun Malang Karena Sampah Makanan

Perut Kenyang Karena Makanan, Bumi Pun Malang Karena Sampah Makanan

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Waduh, parah! Parah dan sangat parah! Ini bukan membahas tentang sakitnya orang yang kena covid-19 lho, melainkan sakitnya bumi ini karena perilaku penduduknya sendiri. Dari yang enak-enak menjadi enek.

Apa sih yang dimaksud itu? Kalau bicara tentang yang enak-enak, pastilah ada hubungannya dengan makanan. Dan, memang tulisan ini membahas makanan, tetapi bukan tentang wisata kuliner dengan kata pamungkas jadul, “Mak Nyuss” itu.

Bukan juga tentang berburu sajian makanan beraneka rupa hanya untuk diunggah di Instagram. Namun, lebih daripada itu, yaitu: tentang sampah makanan! Ya, kamu tidak sedang salah baca: SAMPAH MAKANAN!

Efek Samping, Depan, Belakang, Atas, Bawah

Kalau kita minum obat saja, pastilah gusar dengan efek sampingnya. Waduh, bagaimana nanti jika muncul kerusakan pada ginjal misalnya? Atau pada hati, atau pada jantung, apapun organ tubuh yang terkena efek samping itu bisa membahayakan.

Rupanya, sampah makanan atau makanan sisa yang kita buang tidak hanya mendatangkan efek samping, tetapi sampai depan, belakang, atas, dan bawah. Apa saja itu?

1. Efek Samping

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok, tidak bisa hidup sendiri. Ini sudah menjadi kodrat dari manusia dan menjadi ciri khas khusus dari manusia.

Saat membuang sisa makanan, maka itu merobek ciri khas sebagai makhluk sosial. Menurut Media Indonesia, jumlah sampah makanan ternyata dapat menghidupi 11 % penduduk atau dalam jumlah lain, 28 juta penduduk miskin yang kurang mendapatkan asupan gizi.

Membuang sisa makanan berarti manusia termasuk makhluk yang egois. Hanya mementingkan diri sendiri, tanpa melirik kebutuhan hidup orang lain.

2. Efek Depan

Sesuatu yang dikatakan depan, berarti menjadi sesuatu yang kita butuhkan di masa akan datang. Ini jelas terkait dengan alam kita, bukankah alam ini memang untuk kita dan anak cucu?

Dalam memproduksi satu makanan saja, betapa banyak flora dan fauna alami yang musnah. Hutan alami diubah untuk peternakan, atau laut yang rusak karena perburuan ikan dalam jumlah besar.

Ketika muncul sampah makanan, maka flora dan fauna sebagai bahan makanan tersebut menjadi sia-sia, padahal alam sudah terlanjur rusak.

3. Efek Belakang

Kita membuang sampah sisa makanan biasanya memang di bagian belakang rumah, atau kesan dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) itu memang di belakang.

Untuk menampung sampah pada TPA, otomatis memerlukan lahan. Semakin banyak sisa makanan, maka lahan akan rusak karena banyak pencemaran di situ, termasuk air tanah yang tercemar.

sampah-makanan-2

4. Efek Atas

Udara adalah sesuatu yang sering berada di atas kita, apalagi lebih ke atas lagi, kaitannya dengan pemanasan global karena efek rumah kaca.

Sampah makanan tergolong sampah organik. Ketika sampah tersebut terurai dan mengalami proses pembusukan, akan menciptakan gas metana.

Pada dasarnya gas metana sudah dihasilkan ketika makanan diproduksi dan akan makin bertambah ketika ada sisa makanan yang dibuang.

5. Efek Bawah

Efek yang ini ada kaitannya dengan minyak bumi yang berada di bawah lapisan bumi kita. Minyak bumi, diesel, dan bahan bakar fosil lainnya diperlukan untuk menumbuhkan, mengirimkan, menyimpan, dan memasak makanan.

Saat makanan disia-siakan, lalu dibuang, maka sama saja menyia-nyiakan minyak bumi dan bahan bakar fosil yang sampai sekarang kita tahu dari pelajaran sekolah, bahwa keduanya adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.

Kelima efek tersebut, saya rangkum di video ini:

 

Solusi yang Ditawarkan untuk Mengurangi Sampah Makanan

Kalau cuma mengeluh dengan efek-efek dari sampah makanan atau food waste ini, maka ya akan begitu-begitu saja.

Kita sebagai manusia yang diberikan akal pikiran oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, marilah kita pikirkan solusinya bersama. Apa saja solusinya?

1. Menggerakkan Kampanye Melalui Para Ustadz atau Pemuka Agama Lainnya

sampah-makanan-3

Alhamdulillah, jika ada kesempatan, saya mengikuti ceramah-ceramah para ustadz, meskipun masih daring. Materinya memang bagus dan menarik. Tentunya juga menambah pengetahuan dan pemahaman kita seputar agama Islam.

Namun, sayangnya, tidak banyak disinggung tentang sampah makanan. Perilaku mubazir atau membuang-buang makanan jarang diulas dalam ceramah-ceramah mereka.

Bahkan, budaya untuk tidak memakai plastik sebagai pembungkus makanan juga tidak. Padahal, mereka punya pengikut yang banyak. Followers yang juga banyak. Dari situ, bisa dikampanyekan tentang budaya tidak membuang makanan hingga jadi sampah makanan.

Berbagai dalil pun dapat diungkapkan. Selain itu, ditambah dengan contoh permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi.

2. Menggalakkan Lewat Influencer Kuliner

Cukup banyak traveller blogger maupun influencer kuliner yang rutin membagikan postingan, entah itu lewat media sosial maupun blog mereka. Rata-rata sih tentang enaknya kuliner di suatu daerah, di satu restoran atau warung makan, menu yang jarang dinikmati orang pada umumnya, atau menu yang tersedia khusus di momen-momen tertentu.

Bagi yang tidak bisa membeli, maka akan ngiler saja melihat konten-konten mereka. Apa juga mau dimakan, secara itu hanyalah gambar atau video.

Para penonton atau pembaca hanya mampu menelan ludah, sementara paket data mereka pun terkuras. Sudah menahan lapar, data internet pun melayang.

Padahal, dari kekuatan media, ditambah mereka adalah spesialis pembuat konten makanan, maka punya peluang mudah untuk mempromosikan gaya hidup bebas sampah makanan.

Kuliner boleh banyak disantap, tetapi semuanya harus habis dan tidak boleh tersisa. Kalau sudah tersisa, maka ujungnya akan menjadi sampah makanan.

3. Memelihara Peternakan Ayam, Bebek, atau Unggas Lainnya

sampah-makanan-4

Ini berdasarkan pengalaman pribadi yang saya alami di rumah. Tetangga memelihara ayam-ayam yang dibiarkan berkeliaran begitu saja.

Ayam-ayam itu sering menunggu di depan rumah, kadang di teras, kadang juga sampai masuk ke ruang tamu. Mereka sepertinya sudah tahu akan mendapatkan makanan sisa dari rumah saya. Dan, memang benar sih, saya cukup sering memberi mereka makan.

Ternyata, makanan ayam tidak cuma nasi saja lho! Mereka bisa makan apapun. Bahkan, saya pun ragu mereka digolongkan herbivora, soalnya mereka pun dapat dimasukkan omnivora.

Diberi roti, mereka makan. Buah juga disantap. Bahkan, daging ikan maupun ayam, mereka sikat juga dengan lahap. Wuih, daging ayam dimakan juga, berarti ayam-ayam itu termasuk kanibal. Wah, mantap deh!

Dari kecenderungan ayam yang mampu makan banyak jenis itu, maka dapat dibuat satu peternakan ayam di suatu kampung atau desa. Makanan-makanan sisa dari rumah penduduk dapat diberikan ke situ.

Kalau hanya nasi sisa, lauk, roti, kue, biskuit, maka ayam-ayam akan menyambutnya dengan sukacita. Bukankah itu bisa mengurangi sampah makanan?

Selain ayam, bisa juga memelihara bebek. Hewan ini juga punya sifat memakan aneka ragam makanan dengan cukup cepat.

4. Menaruh Kulkas Fasilitas Umum untuk Menampung Makanan Sisa

Kalau langkah yang keempat ini memang membutuhkan modal yang cukup tinggi, mestinya juga ditambah dengan bantuan dari pemerintah setempat. Menempatkan beberapa kulkas di tempat fasilitas umum untuk menampung makanan yang tidak dikonsumsi oleh penduduk.

Tentu, makanan yang ada di situ belum tersentuh oleh si pemilik makanan. Jika sudah terjamah, baru sisanya ditaruh di kulkas tersebut, ini yang kurang etis.

Kulkas semacam itu dapat digunakan oleh orang miskin atau yang tidak mampu untuk mendapatkan makanan-makanan gratis dengan cita rasa yang masih segar. Mereka dapat menyambung hidupnya dari uluran makanan orang-orang yang lebih mampu. Jadi, muncul rasa kepedulian sosial dari orang yang mampu kepada yang kurang mampu.

5. Mempertemukan Pihak yang Kelebihan Makanan dengan yang Kekurangan Makanan

Salah satu kelompok relawan yang melakukan usaha ini adalah Garda Pangan di Surabaya. Berdasarkan sumber websitenya, Garda Pangan adalah sebuah bank makanan. Tujuannya untuk menjadi pusat koordinasi makanan surplus dan potensi terbuang. Nantinya makanan-makanan yang berlebih tersebut akan disalurkan kepada masyarakat prasejahtera.

6. Menyajikan Makanan Lebih Sedikit atau Dihias Agar Terlihat Penuh

sampah-makanan-5

Seorang koki restoran yang bernama Mannon Aswedo sudah lama merasakan makanan yang diciptakannya menjadi sampah atau sisa makanan oleh para penikmatnya. Hal itu mendorongnya untuk melakukan sesuatu demi sebuah gaya hidup minim sampah makanan.

Apalagi seorang koki seperti dia bekerja di restoran atau koki lain yang bekerja di hotel, setiap hari harus menyajikan begitu banyak makanan untuk para tamu.

Mannon menerapkan sajian makanan yang lebih sedikit. Selain itu, makanannya dihias, agar terlihat penuh atau banyak.

Ketika para tamu melihatnya, kesan pertama sudah membuat kenyang, paling tidak di mata. Setelah disantap, memang kenyang betul yang dirasakan.

7. Mengajarkan Kursus Memasak

Agar lebih mengenalkan tentang usaha untuk mengurangi sampah makanan, maka Mannon mengajarkan kursus memasak kepada beberapa keluarga. Koki tersebut mengajarkan untuk mengolah jantung pisang yang jarang dikenal orang, kripik dari kulit kentang, dan kaldu dari kulit bawang bombay.

Ternyata, yang diajari pun menjadi tahu, bahwa bahan-bahan yang selama ini mungkin dibuang, ternyata bisa dimanfaatkan.

Selain itu, mereka yang belajar kursus memasak menjadi tahu bahwa mengolah makanan sampai betul-betul jadi hingga siap disantap memang tidak mudah. Melelahkan. Oleh karena itu, sikap yang bijak dan terpuji adalah menghabiskan semua makanan dan tidak menjadikannya sampah sisa makanan.

8. Memanfaatkan Aplikasi Memasak

Aplikasi-aplikasi di Playstore tentang memasak memang cukup banyak. Dan, kamu bisa menemukan salah satunya yang bisa memberikan saran makanan apa yang bisa diolah dari bahan-bahan di kulkas kamu sendiri.

Ini menjadi aplikasi yang menarik, karena bahan-bahan makanan yang kamu punya menjadi berguna atau bermanfaat. Selain itu, aplikasi tersebut juga menyajikan perkiraan biaya yang kamu perlukan. Jadi, tidak perlu terlalu mahal untuk menyajikan makanan yang sedap sesuai kebutuhan perut.

Kesimpulan

Menurut situs Bandung food smart city, Indonesia menempati peringkat kedua setelah Arab Saudi dalam hal food waste. Setiap tahun, ada 13 juta ton sisa makanan yang terbuang-buang di Indonesia. Ini setara dengan 500 kali berat Monas.

Memang masih banyak orang yang belum pernah masuk Monas, tetapi rupanya bisa mengalahkan berat dari Monas itu sendiri, 500 kalinya lagi. Ini miris.

Lebih baik kita cukup makanan daripada cukup yang lain, yaitu: cukup parah. Ditambah dengan makanan, tetapi lebih tepatnya sampah sisa makanan. Cukup parah sampah sisa makanan. Yuk, kita wujudkan rumah dan lingkungan yang bebas sampah makanan!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

18 Comments

  1. Iya betul banget, jangan sampai kita mubazir dalam hal makanan, selain menjadi sisa sampah makanan, juga menjadi temannya setan. Hiiii, serem amat temenan sama setan.

    Kalo ayam sih pemakan segala, nggak peduli apa yang dilahapnya, bahkan ayam goreng pun dilahapnya, padahal saudaranya sendiri.

    Nggak nyangka Arab Saudi menjadi nomor satu dalam hal food waste. Apa karena mereka negerinya para sultan, jadi bebas makan apa saja??!

    1. Iya, bener, ternyata ayam pun bisa jadi hewan kanibal. Kalau yang pernah saya lihat sih porsi makanan orang Arab memang besar-besar. Entahlah, faktor apa kok bisa jadi nomor satunya?

  2. Sebenarnya banyak ya cara untuk mengurangi sampah makanan seperti yang diuraikan di tulisan ini. Tapi emang, sekian banyak cara, kalau nggak ada kesadaran dari masyarakat, nggak akan jalan juga. jadi emang yang pertama harus dilakukan itu menyadarkan masyarakat

    1. Mungkin juga karena kebiasaan masyarakat yang turun-temurun, kalau buang sampah, disatukan saja dalam satu kantong plastik. Tidak sempat atau tidak ada waktu buat memilah sampah. Maunya yang praktis, tinggal bungkus, buang. Sementara, di situlah permasalahan kompleks sampah dimulai.

  3. kebetulan saya sendiri sudah diajarkan dari kecil untuk menghabiskan apa yang sudah diambil.. kalau tidak akan habis lebih baik tidak usah mengambil….

    namun mengajarkan hal ini tidak mudah kak apalagi ke anak2 jaman now… “kalau sudah kenyang ga usah dipaksa nanti malah muntah” bijak banget kan ya.. padahal bisa disiasati dengan mengambil sedikit sedikit… yah… namun apa mau dikata… semuanya tersedia dan mudah untuk dijangkau.. sehingga penghargaan terhadap makanan semakin kurang

    1. Gampang sekali memang menemukan makanan di zaman sekarang alias jaman now. Apalagi harganya yang murah meriah. Kalau toh mereka buang, paling ya hanya bilang, “Ah, murah, nanti bisa dibeli lagi.”
      Dan, akhirnya, makanan pun semakin banyak terbuang. Nyesek deh.

  4. Hallo mas Rizky, kalo di tempat saya tinggal di kota Bandarlampung belum terlihat nih fasilitas kulkas yang ada untuk menampung makanan sisa. Cara ini bagus sih menurut saya karena bisa meminimalisasi sisa sampah makanan dan mencegah banyaknya food waste yang kadang terlihat mubazir.

    Sedih memang ngelihat makanan jadi sia2 karena gak makan ambil secukupnya saja ya? dan semoga pemerintah juga bisa membuat kulkas umum di layanan/fasilitas umum agar masyarakat sekitarnya juga merasakan dampak positifnya. Thanks for sharingnya ya, berguna sekali…

  5. Saya jadi ngakak baca judul efek samping, depan, belakang, atas, bawah ini mas. Jadinya gak bisa ngeyel lagi, gak bisa nyari alasan lagi ya kita buat menutup mata soal sampah makanan.

    1. Soalnya, kalau tidak ada penjabaran efek semacam itu, mungkin saja masih banyak yang acuh tak acuh terhadap sampah makanan ini.

  6. aku harus banyak berkaca dari sodara sodara kita yang susah untuk mendapatkan makanan.
    kalau aku ketauan ortu makan ga dihabiskan, waduhh bisa dimarahi
    dirumah ada peliharaan ayam, jadi untuk sisa masakan atau makanan yang masih ada disimpan dan dikasih ke peliharaan ayam ayam itu
    terus nih godaan ketika liat sosmed terutama soal kuliner, pengenya cobain ini itu, pas udah nyampe lokasi kayak yang kemaruk gitu, bawaannya pengen dipesen semua, padahal belum tentu sanggup menghabiskan segitu banyak. kecuali aku bawa rombongan geng, yang makannya banyak banget

    1. Nah, kalau bawa banyak orang, mungkin bisa cepat habis itu. Asalkan setiap personnya punya kemampuan perut di atas rata-rata, hehe..

  7. iyaya, kesadaran orang akan sampah makanan ini masih minim banget ya di negeri kita, duuuh sampai di urutan nomer 2 lagi ya. Padahal dampaknya bisa ke samping, depan, belakang, atas dan bawah gitu juga ya Mas.
    Menyisakan makanan itu pada sebagian besar orang masih jadi hal yang mudah dan tanpa beban saja ya, padahal saat jemput rezekinya terasa engak mudahnya juga, giliran sudah dapat makanan (rezeki) suka lupa, jadi bentuk ketidakbersyukuran juga ya itu, mubazir.

    1. Mubazir itu saudaranya syetan. Dianggap gampang banget dapat makanan, akhirnya ya pikir gampang saja, mau buang sampah makanan. Padahal, masih banyak orang yang setengah mati kelaparan, sedangkan yang membuang sampah makanan itu mungkin setengah mati kekenyangan.

  8. Tetap harus bisa memandang sudut pandang lainnya terutama nih bagi kaum kapitalis yang saat liat video negara penganut kapitalis, makanan yg tidak laku padahal masih fresh dalam satu hari di buang. kan jadi sampah makanan

  9. Saya suka banget memberi makanan pada ayam-ayam nih… Seru saja pagi-pagi memberi mereka makanan selain sebagai jalan mengurangi sampah Makanan juga kan

  10. Sampah makanan klo pas aku di Thailad, digunakan untuk pakan hewan liar seperti anjing kucing jalanan… Tapi memang paling pas ambil makanan secukupnya aja ya kak 🙂

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.