Permainan Tradisional yang Makin Tidak Dikenal

Permainan Tradisional yang Makin Tidak Dikenal

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Setiap manusia di dunia ini pada dasarnya memiliki tugas masing-masing. Apalagi dalam sebuah keluarga.

Ayah sebagai pencari nafkah bertugas untuk membiayai kehidupan istri dan anak-anaknya. Sementara ibunya bertugas untuk mengurus rumah tangga, misalnya masak, menyapu, mengepel, dan bersih-bersih lainnya. Meskipun yah, tugas ini dapat dibantu oleh suami dan anak-anak.

Adapun anak-anak, karena memang kemampuan kerjanya terbatas, maka tugas utamanya sebenarnya belajar dan bermain. Dua hal ini perlu seimbang. Jangan sampai terlalu banyak belajarnya. Jangan sampai terlalu banyak mainnya.

Jika anak terlalu banyak belajarnya, dikhawatirkan nanti ketika dewasa justru suka main-main. Main perasaan misalnya, cieh, cieh. Sebaliknya, jika anak terlalu banyak mainnya, kapan mau belajarnya?

Banyak Permainan

Anak-anak bisa bermain apapun. Pakai sesuatu apapun. Itulah kreatifnya anak-anak. Tidak ada benda yang bisa dimainkan, tubuh ayah dan ibunya pun jadi objek permainan. Padahal, ayah dan ibunya pun punya permainan tersendiri. Lho, lho, lho?

Permainan anak-anak terbagi menjadi dua, yaitu: modern dan tradisional. Permainan modern itu tidak tradisional, sedangkan permainan tradisional memang tidak modern. Tinggal dibolak-balik saja. Ini juga permainan kata namanya.

Sekarang alias jaman now, permainan memang didominasi permainan modern. Namanya juga zaman modern. Permainan yang banyak dilakukan lewat perangkat gawai. Namanya “gawai” itu sendiri apakah berasal dari pegawai ya? Bukankah banyak pegawai yang main gawai saat jam kerja? Lho, lho, lho?

Hanya dari gawai atau HP, jutaan permainan dapat dilakukan. Namun, mesti lewat internet kalau mau asyik. Lebih asyik lagi pakai internet gratisan. Nebeng hotspot teman. Itu bahasanya bukan meminjam, melainkan meminta. Sama dengan pinjam pulpen, pada dasarnya itu meminta. Ya ‘kan?

Bagaimana dengan permainan tradisional? Wah, kalau ini sudah sejak jaman jadul ada! Dimainkan oleh anak-anak yang sekarang sudah punya anak-anak, dan anak-anaknya itu sudah punya anak-anak juga.

Apa saja yang bisa digolongkan permainan tradisional? Ketika saya membuka Google, saya menemukan ada beberapa jenis. Misalnya: gatrik, enggrang, bola bekel, layangan, lompat tali, congklak, petak umpet, engklek, dan lain sebagainya. Silakan tambahkan sendiri di kolom komentar!

Nilai dari Permainan Tradisional

Permainan tradisional punya nilai-nilai positif dibandingkan permainan modern. Salah satunya adalah kebersamaan secara fisik. Aneka ragam permainan tradisional memang mengharuskan pemainnya untuk bergerak. Sedangkan anak-anak yang asyik dengan permainan modern bergerak sih, tetapi hidungnya alias bernapas. Jempol mereka yang bergerak. Seluruh badannya tidak banyak bergerak secara kuantitas.

Kurang gerak bisa menyebabkan penyakit. Beda dengan anak-anak zaman dulu yang lebih kuat fisiknya karena permainan tradisionalnya cukup menguras tenaga. Kalau permainan sekarang, efeknya adalah radiasi mata. Makin lama menatap layar, maka mata bisa mengalami gangguan.

Ketika Waktu Sudah Bergulir

Memainkan permainan tradisional kiranya hanya menjadi kenangan pada generasi yang lahir tahun 80-90an. Mereka hanya bisa menceritakan serunya permainan seperti itu kepada anak-anaknya. Entah apakah ketika menceritakan itu, anak-anaknya fokus mendengarkan atau tidak. Jangan-jangan, sewaktu orang tuanya bercerita, anak-anaknya malah sibuk main HP. Halah..

Mengenal permainan tradisional memang masih lengkap datanya di Google. Namun, kenyataannya memang hampir tidak ada. Apalagi di kota-kota besar. Mungkin kalau di desa-desa masih ada. Apalagi kalau di sana anak-anak yang lahir tahun 80-90-an masih menjadi anak-anak. Eh, kok tampak mengerikan!

Dan, anak jaman now, mungkin mereka bangga bisa main permainan modern. Akan tetapi, lihat saja nanti waktu mereka sudah jadi dewasa dan punya anak juga. Permainan mereka sekarang akan juga dikatakan sebagai permainan tradisional.

Ketika itu, permainan sudah semakin canggih. Kita tidak tahu seperti apa bentuknya dan cara memainkannya? Yang jelas, zaman kita waktu anak-anak berbeda dengan waktu kita jadi orang tua. Makanya, nasihat yang bijak adalah: didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya.

kamis-menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

2 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.