Lewat Uktub, Penjelasan Cara Menulis Buku Bisa Selengkap YouTube

Lewat Uktub, Penjelasan Cara Menulis Buku Bisa Selengkap YouTube

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Penyakit diare termasuk penyakit yang bisa kita alami. Mungkin seumur hidup, kita bisa mengalaminya satu kali, dua kali, atau malah tidak terhitung.

Bayi pun bisa kena diare. Penyakit ini ditandai dengan BAB yang encer, sering, dan tidak seperti biasanya.

Kalau diare hanya satu atau dua hari, kiranya masih wajar sih. Namun, kalau sudah lebih dari itu, maka perlu dibawa ke dokter. Apanya yang dibawa? Tentu adalah orangnya. Si penderitanya. Contoh hasil diarenya tidak perlu juga dibawa dari rumah, lah. Hiii….

Penyakit diare itu bisa disembuhkan. Ada juga lho, diare yang pernah dialami oleh generasi tahun 1980 hingga 1990-an. Kalau itu namanya bukan diare, melainkan diary. Itu adalah sejenis buku catatan pribadi yang sering mengungkapkan kejadian sehari-hari. Bisa juga ditulis yang terjadi pada hari itu.

Bentuk diary pun macam-macam. Bagi remaja cewek, ada yang warnanya pink – warna khas cewek – dengan gambar kartun-kartun Barbie, atau tokoh cewek lainnya. Bahkan, saya pernah melihat ada buku diary yang pakai kunci gembok! Wuih, ini sih jadi buku diary yang sangat privat. Yang tahu hanyalah si penulis dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Lain lagi dengan buku diary remaja cowok. Hem, remaja jenis ini mungkin kurang suka menulis seperti itu di buku diary. Bagi mereka, buat apa sih ditulis-tulis segala? Kalau saya, pernah juga punya buku diary. Saya menulis tentang sifat-sifat atau karakter dari teman sekelas.

Waktu itu saya masih SD. Ada teman perempuan sekelas yang saya benci, saya tulis tentangnya di buku saya. Bahkan pernah ada rencana untuk mengirimkan surat kaleng ke alamatnya setelah lulus. Ternyata, sampai hari ini, hal itu tidak pernah terwujud.

Sekarang, fungsi buku diary sudah tergantikan dengan media sosial. Kita bisa menulis apapun di situ. Dan, tulisan kita akan dibaca oleh orang lain.

Tentunya, jika sudah dibaca mereka, aneka tanggapan bisa bermunculan. Ada yang like, tertawa, melongo, marah, atau bahkan sedih. Jika tulisan kita menarik, tidak jarang ada yang share alias dibagikan ke lebih banyak orang. Untuk yang seperti itu, tentunya tidak mudah. Biasanya, hal ini berkaitan dengan personal branding.

Nah, jika kita mampu untuk menulis buku diary atau mengungkapkan lewat kata-kata di media sosial, sebenarnya kita ada potensi untuk menulis buku yang sebenarnya. Ya, buku-buku bacaan yang bisa ditemukan di toko-toko buku, mampu kok kita tulis, asal mau.

Kalau mampu, saya yakin semua orang mampu. Namun, untuk mau, dibutuhkan kerja keras, perjuangan, pengorbanan, konsistensi, dan tentu saja makanan. Ya, iyalah, masa mau menulis buku tanpa makan dulu? Lapar tau.

Bagi yang mau, mungkin akan bingung, caranya bagaimana? Adakah panduannya? Nah, ini dia jawabannya! Eits, ini bukan jawaban ujian akhir, melainkan jawaban dari permasalahan orang yang ingin menulis buku, tetapi bingung caranya.

Sebuah buku yang ditulis oleh Akbar Zainudin. Beliau ini pernah menulis buku best seller “Man Jadda Wajada”. Buku tentang kepenulisan yang diulas di tulisan ini mengambil judul “Uktub! Panduan Lengkap Menulis Buku dalam 180 hari”. Waow!

Pertama melihat dan memegang buku ini rasanya memang luar biasa. Tidak semata-mata dan setelinga-telinga karena judulnya, tetapi saya memang mendapatkannya secara gratis. Buku hadiah dari Om Jay yang baru saja mendapatkan gelar doktornya tersebut. Bukunya datang pada tanggal 6 Juni 2022 kalau tidak salah.

Om Jay ini adalah seorang guru blogger. Sudah sering memberikan pelatihan agar guru bisa menulis melalui blog. Sementara saya sendiri adalah guru doger, guru yang menyukai es doger.

Motivasi Menjadi Penulis Buku

Dalam hidup ini, sering orang bertanya bagaimana caranya, kok bisa begitu, apa yang harus dilakukan agar mendapatkan yang sama, dan lain sebagainya. Intinya, lebih ke segi teknis, termasuk main teknis meja, bagaimana bikin pukulan yang kencang dan mendapatkan poin?

Itu boleh saja. Sangat wajar. Akan tetapi, ada hal yang semestinya sebelum itu. Ada sesuatu yang seharusnya kita pegang sebagai dasar. Apakah itu? Lho, ya, ndak tahu, kok tanya saya? Ups, siapa yang bilang begini ya? Hehe..

Agar bisa menjadi penulis buku yang berhasil, kita memang perlu memiliki motivasi. Semangat. Alasan yang kuat. Tiga hal itu menjadi faktor “mengapa”. Jadi, mengapa kita harus menulis buku? Temukan dulu jawaban ini. Baru kita bicara segi teknisnya.

Jika kita masih belum menemukan alasan kuat untuk menulis buku, maka bisa saja di tengah jalan kita mengalami kemacetan. Tidak mood. Dan, pada akhirnya harapan untuk menjadi penulis buku tinggal harapan, sampai lupa sarapan.

Uktub! Judul buku ini bisa membantu kita untuk menulis buku, karena sejak awal diberikan pendorong semangat. Misalnya, subbab dari Bab 1, yaitu: Buku adalah Kartu Nama Terbaik. Yang namanya kartu nama itu bentuknya ‘kan memang khas. Kecil, tipis, dapat dimasukkan saku celana, mudah disimpan di dompet, dan diberikan ketika berkenalan dengan orang lain.

Nah, buku lebih daripada itu. Kalau kita mendapatkan buku dari orang lain saat kenalan, waow, saya yakin akan sangat lebih berkesan. Selain itu, penulis juga mengungkapkan bahwa buku bisa menjadi sumber penghasilan, travelling ke banyak tempat, warisan sejarah, cara mengasah otak, dan cara agar menjadi lebih bermanfaat. Dari alasan-alasan ini saja, sudah membuat hati kita bergejolak. Wah, saya harus menjadi penulis buku juga nih! Eits, tunggu dulu! Masih ada kelanjutannya, Rudolfo!

Penulis buku ini memang menghendaki agar para pembacanya begitu membaca, langsung merancang, tidak banyak pakai teori, langsung saja menulis buku. Hal itu saya baca dari halaman-halaman kosong di akhir subbab. Pembaca mesti menuliskan sendiri tentang motivasinya, setelah membaca ringkasan subbab yang dituangkan dalam TIPS AND TWIT.

Setelah memperoleh motivasi, selanjutnya penulis memberikan pilihan bagi kita untuk menjadi penulis part time ataukah full time? Kalau part time itu berarti kita masih memiliki pekerjaan lain di luar menulis, misalnya menjadi anggota part time politik, hem, ini sih beda.

Sedangkan yang full time, menggantungkan penghasilan utama memang dari menulis. Mau pilih yang mana memang tergantung kita. Yang penting ada time atau waktu untuk menulis.

Menulislah dengan Cinta

Sebelum membahas hal-hal yang teknis tentang menulis buku, Akbar Zainudin yang berpengalaman selain penulis buku juga motivator serta pengusaha ini, memberikan satu kata yang pastinya kita tahu, yaitu: cinta. Kata yang satu ini memang powerful dalam segala aspek. Jika kita tidak cinta terhadap sesuatu, maka kita pasti akan berat melakukannya.

Termasuk menulis buku. Menulis itu memang tidak mudah, selalu saja ada halangannya. Apalagi buku yang mempunyai ketebalan minimal 150 halaman lebih. Bagi orang yang tidak terbiasa sebelumnya, pasti akan berat. Menjenuhkan. Membosankan. Akhirnya, malas lagi meneruskan. Namun, kalau sudah cinta, maka seberat apapun, tetap akan dijalani.

Mulai memasuki tips dan trik menulis buku, sebelumnya kita pasti mengenal ada dua jenis buku, yaitu: fiksi dan nonfiksi. Dari dua jenis itu, yang mana mau kita tulis? Buku ini tetap dapat menjadi panduan. Sebab, keduanya diulas cara-cara yang jitu, runtut, dan relatif mudah untuk kita ikuti. Pada bab 2 dengan judul MULAILAH MENULIS, penulis memaparkan tentang cara mencari ide, langkah menulis buku nonfiksi dan fiksi, termasuk cara membuat mind map. Wah, apalagi itu?

Mind map dikembangkan oleh Tony Buzan di Amerika dan sekarang ini telah digunakan oleh berbagai kalangan di seluruh penjuru dunia (halaman 85).

Tahap-tahap Berikutnya

Buku ini tidak hanya mengulas tentang menulis buku, tetapi juga sampai menerbitkan buku dan memasarkannya. Penulis memberikan dua cara saat berhubungan dengan penerbit, yaitu: apakah buku kita ini nanti diterbitkan dengan sistem royalti ataukah jual putus?

Penulis juga mengajarkan tentang pertimbangan penerbit dalam menilai naskah. Misalnya, tema buku, keunikan dan kedalaman isi buku, alur tulisan ataupun konflik yang dibangun, tidak berbau SARA, dan lain sebagainya.

Agar naskah kita diterima oleh penerbit, jelas harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku di penerbit tersebut. Pada halaman 146, dijelaskan persyaratan pengiriman naskah buku. Ditambah dengan ketentuan untuk mengirim naskah ke Penerbit Gramedia Pustaka Utama, NouraBooks, Bentang Pustaka, Gagas Media, dan lain-lain.

Bagi yang sudah memiliki naskah dan siap untuk diterbitkan, maka dapat mengirimkannya ke berbagai penerbit. Pada halaman 161, disebutkan alamat-alamat penerbit di Indonesia. Ada 155 alamat penerbit yang lengkap di buku ini, termasuk kesukaan terbitan mereka. Misalnya Aulia Cendekia Press, terbitan buku agama Islam. Masscom Media dengan terbitan buku umum. Dan masih banyak lagi.

Hanya memang disarankan untuk tidak mengirim naskah langsung ke dua penerbit. Sebab, kalau diterima dua-duanya, maka penulis bisa diblack list. Itu adalah etika media yang harus dijaga oleh setiap penulis. Bahkan untuk tulisan yang lebih pendek sekalipun, seperti artikel, opini, esai, atau cerpen, dilarang keras untuk dimasukkan ke lebih dari satu media. Jika sudah ada keterangan ditolak atau tidak dimuat, baru dikirimkan ke media lain.

Motivasi yang Perlu Dijaga

Namanya sebuah buku, kalau dibaca terus-menerus, pastilah akan tiba di bagian akhir. Agar menjaga semangat dan motivasi di awal tadi, di bagian ini pula ditanamkan motivasi lagi. Selain kita mesti menuliskan sejarah sendiri, juga jangan berhenti belajar. Ditambah dengan didorong untuk terus menjadi orang yang rendah hati.

Sebelum buku ini benar-benar rampung dan kita mulai menulis buku, ada latihan menulis pada bab 7. Latihan membuat kata, kalimat, paragraf, menjabarkan sebuah benda, sampai dengan membuat jadwal dan target pelaksanaan.

Melihat dari isi buku yang super lengkap, wajar memang buku ini menjabarkan dari A sampai Z. Ibaratnya menonton tutorial YouTube, kalau yang ini dalam bentuk tulisan dan gambar. Bagi yang ingin menulis buku, jangan lupakan untuk menyertakan buku ini ke mana saja. Hanya, kekurangan dari buku ini menurut saya adalah bau kertasnya yang sedikit kurang sedap. Apa mungkin tintanya atau penyebab lain, entahlah.

Jadi, sudah siap menulis buku? Nikmati saja prosesnya, pelan-pelan, sesuaikan dengan kemampuan. Jangan sampai terlalu ngotot dan terforsir menulis buku, sampai kena diare juga. Eh!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

1 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.