Ada sebuah video yang sempat viral di media sosial. Ceritanya itu di sebuah masjid. Waktu khotbah Jumat.
Seorang laki-laki “didatangi” oleh kotak infaq beroda, tanpa ada mesinnya. Dalam kantongnya, ada uang seribu dan seratus ribu rupiah. Nah, dia tanpa banyak berpikir, langsung memasukkan uang seribu ke dalam kotak.
Belum berjalan si kotak, ada jamaah yang mencolek badannya dari belakang. Jamaah itu menyodorkan uang seratus ribu rupiah. Dalam pikiran si laki-laki, oh, jamaah itu mau berinfak juga. Makanya, dimasukkan sekalian.
Rupanya, si laki-laki baru tahu bahwa uang seratus ribu tadi adalah miliknya yang terjatuh dari kantong. Waduh, kok baru tahu belakangan? Mestinya ‘kan cuma seribu saja yang dimasukkan, bukan seratus ribu.
Disuruh Ikhlas
Ada yang mendefinisikan ikhlas atau keikhlasan itu ibarat buang air di WC. Kita merelakan saja yang sudah dibuang, tidak perlu dipikirkan lagi, apalagi diambil kembali. Ihh, jorok!
Mungkin ada benarnya, tetapi masa sih ikhlas yang merupakan ibadah kepada Allah, kok malah disamakan dengan hal yang jorok seperti itu? Seperti tidak ada perumpamaan yang lain?
Ikhlas ini memang termasuk berat. Apalagi dengan amalan yang terlihat manusia. Misalnya: salat berjamaah di masjid. Tidak mungkin ‘kan kita pakai mode menghilang seperti di chat Whatsapp itu? Atau berqurban yang sebentar lagi Insya Allah akan kita hadapi.
Tidak akan bisa sapi atau kambing itu tidak terlihat oleh orang. Memangnya sapi atau kambing siluman? Yang biasanya siluman itu ular, yaitu: siluman ular putih dan siluman ular hijau. Wah, ini sih film jadul banget!
Nyatanya, yang berat itu justru mendatangkan pahala yang besar. Ibadah yang diterima oleh Allah punya dua syarat, satu ikhlas, kedua sesuai tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Mau bagaimanapun ikhlasnya seseorang, kalau dia salat Subuh tujuh rakaat, tidak akan pernah diterima. Meskipun dia berpandangan, salat Subuh kok cuma dua rakaat? Dikit banget. Tambahin ah! Hem, tambahin palanya peyang!
Ikhlas ini termasuk amalan hati. Yang tahu hanyalah si pelaku dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Seperti puasa, itu juga melatih keikhlasan.
Siang hari bolong, di kamar bisa kok kita minum satu galon saking hausnya. Namun, apakah akan kita lakukan? Tentu tidak toh? Kita berharap amalan puasa diterima Allah, makanya berusaha untuk ikhlas.
Ikhlas Juga yang Satu Ini
Dari bicara tentang ibadah, menuju ikhlas dalam hal cinta, terlebih cinta kepada manusia. Ini juga termasuk berat. Lagi-lagi urusan hati.
Cinta yang bagaimana ini? Apalagi kalau bukan cinta yang tidak sampai berakhir di pernikahan? Ada cerita seseorang. Sebut saja si perempuan itu Aisy. Dia adalah termasuk muslimah yang favorit. Sudah 10 laki-laki lebih yang pernah melamarnya. Namun, semuanya ditolak!
Malah, seorang imam masjid yang sangat besar dan menjadi ikon masjid di daerah tersebut pernah menyatakan ketertarikannya. Eh, Aisy tetap menolaknya.
Orang tuanya pun sampai pusing. Anaknya ini mau menikah dengan siapa? Mereka pun bingung. Sampai akhirnya, ada seorang pemuda yang bekerja sebagai pegawai bengkel motor. Pemuda tersebut punya kadar agama yang biasa-biasa saja. Tidak hafal Al-Qur’an, hadits, apalagi hafal perkataan para ulama.
Ketika melamar, rupanya Aisy mau. Dia terima lamaran si pemuda. Setelah menikah, ada seorang sopir mobil angkutan umum yang bertemu dengan Aisy. Sopir itu sangat mengenalnya karena memang langganan Aisy.
Sopir berseloroh, “Wah, sudah menikah ya! Tapi kok suaminya jelek dan item begini?”
Cukup kurang ajar bukan? Lalu, apa jawab Aisy?
“Saya tidak pandang itu. Yang saya cari yang sholeh.”
Sopir pun terdiam. Kalau sudah begitu yang dicari, mau apalagi? Pastilah itu yang utama.
Sebenarnya ada faktor lain mengapa Aisy menerima pemuda itu jadi suaminya? Rupanya, faktor umur juga. Gadis itu sudah lewat 25 tahun. Wajar dong kalau perempuan umur segitu merasa was-was dengan urusan jodohnya? Jangan sampai kalau sekarang ditolak, nanti dapat jodohnya umur 70 tahun. Kan repot banget tuh!
Suami Aisy juga kenal cukup banyak orang. Ada di antara mereka yang kaget, lho kok sudah menikah? Dengan si Aisy lagi yang merupakan muslimah favorit.
Dia pun menjelaskan bahwa memang sudah menikah. Dan, mau tak mau, laki-laki lain yang pernah suka dan ada niat untuk melamarnya, baik betul-betul dilaksanakan atau tidak, harus ikhlas. Ya, ikhlas seikhlas-ikhlasnya.
Perkara jodoh ini memang sudah diatur oleh Allah. Kalau ada laki-laki yang masih belum menikah sampai sekarang, mungkin dia memang susah diatur!
Cara Melatih Agar Ikhlas
Perkara hati memang harus dikembalikan kepada masing-masing orang. Dalam Islam, tidak bisa dihakimi seseorang karena perkara hati. Yang bisa dihakimi adalah yang terlihat.
Orang tampak salat, tidak bisa dikatakan bahwa dia munafik atau benci dengan Islam, selama hal itu memang tidak tampak. Kalau ternyata dia beribadah dengan ikhlas kepada Allah, bisa mengalahkan orang lain pula.
Ikhlas memang perlu dilatih. Ikhlas memang perlu dilakukan dengan baik dan benar. Caranya adalah dengan terus mencoba, mencoba, dan mencoba. Kalau hari ini belum ikhlas, mudah-mudahan besok bisa. Coba terus, selama umur masih ada.
Ikhlas adalah amalan besar, sebaliknya riya atau keinginan dipuji manusia itu adalah dosa yang termasuk besar. Selain riya, ada juga sum’ah, ingin dipuji orang lain karena suara kita.
Susah lho menghindar dari keduanya! Namun, ya itu tadi, selama mencoba dan tidak lelah mencoba, mudah-mudahan Allah benar-benar memberikan kita keikhlasan.
Saya pun berusaha untuk ikhlas dalam menulis ini. Sebab, waktu di tempat saya adalah 00.27 WITA. Sedangkan, yang dihitung adalah WIB. Saya ikhlas jika nanti dapat hadiahnya dari hasil undian. Iya, saya ikhlas seikhlas-ikhlasnya!
Waaw luar biasa Pak Rizky… Bisa mengejar WIB. Ikhlasin aza Pak.. bismilah.. seikhlas- ikhkasnya..smg beruntung Aamiin
Ya, Bu, terima kasih doanya.
Mudah mudahan iklas dapat hadiqh ya pak