Hanya Demi Konten, Ujungnya Malah The End

Hanya Demi Konten, Ujungnya Malah The End

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Menarik sekali tulisan dari Bu Ovi dengan link: https://www.kompasiana.com/mawarsofia8785/633a0f244addee4c400960c2/demi-content-akhir-sang-youtober

Tulisannya tentang seorang YouTuber yang uji nyali memasuki rumah tua. Dia mengadakan live streaming untuk melihat apakah ada hantu atau tidak? Eh, ternyata, si YouTuber yang jadi hantunya sendiri! Dalam kata yang lain, dia malah berpindah alam sendiri.

Semuanya Demi Konten

Aneh-aneh memang isi dari media sosial kita. Aneka rupa konten di dalamnya begitu sangat mewarnai kehidupan kita. Dulu seringnya ada konten prank. Itu lho yang awalnya membohongi orang. Akhirnya diungkapkan semua setelah si korban merasa bingung, marah, dan jengkel. Itulah prank, konten bohong, sedangkan yang di kantor pos itu bukan prank, melainkan prang! Lebih lengkapnya prangko. Eh, huruf e-nya ketinggalan.

Selain ngeprank, ada pula konten makan. Ini biasa dinamakan dengan mukbang. Jelas artinya bukan: gemuk, Abang! Saya pernah menonton video dari seseorang yang makan enam porsi nasi padang. Tentu saja banyak sekali! Enam porsi lho, bukan enam butir nasi.

Ada pula yang makan jahe dan pare mentah-mentah. Kalau yang ini, lebih tepatnya begitu pahit hidupnya, sampai makan yang pahit-pahit juga.

Konten mandi lumpur juga ditampilkan. Live pula. Kalau yang ini, banyak yang mencela karena kesannya memang orang malas alias pengangguran. Masa, hanya guyur-guyur lumpur terus berharap dapat cuan dari para pemirsa livenya? Jika sama-sama lumpur, mending pakai lumpur Lapindo.

Konten selain menjijikkan, ada juga yang berbahaya, bahkan menyerempet hilangnya nyawa. Seperti konten anak-anak ABG menghentikan truk yang sedang kencang berjalan. Saya bingung dengan konten semacam itu, apa sih maksudnya? Apa sih tujuannya? Truk ‘kan memang kendaraan yang tidak langsung berhenti tiba-tiba. Ada gaya seperti kipas angin yang ketika dimatikan, tidak langsung berhenti baling-balingnya. Ternyata, memang ada korban sampai meninggal dunia. Nah lho, apakah di alam kubur nanti masih mau bikin konten yang semacam itu?

Padahal, ada lho caranya untuk menghentikan kendaraan berat. Bahkan, sudah ada yang mencobanya. Ini terjadi bertahun-tahun yang lalu. Hanya dengan bermodalkan cincin batu akik, kendaraan berat bisa berhenti. Iya, betul, ini tidak bohong. Misalnya, dipakai waktu naik bus kota. Ketika tujuan sudah dekat, tinggal pukulkan cincin itu ke kaca jendela, lalu bilang, “Kiri, Pak, kiri!”

Dijamin, kendaraan bus kota yang cukup besar itu akan berhenti. Bukankah itu sama saja bisa menghentikan kendaraan besar hanya bermodal cincin batu akik ‘kan? Iya ‘kan? Apa cuma ‘kan bukan iya?

Orientasinya Memang Cuan

Janganlah jadi munafik, orang-orang yang bikin konten itu memang berharap cuan. Tidak hanya perempuan yang butuh cuan, sementara laki-laki biasanya butuh nyonya, bukan, melainkan cuan di sini adalah uang, duit. Semakin banyak penontonnya, maka potensi untuk diberikan GIF juga besar. Eh, bukannya GIF merek sabun ya? Oh, itu GIV. Maaf, beda huruf terakhirnya.

Namun, apakah sekadar ingin dapat uang, terus akal dibuat melayang? Yang penting penontonnya banyak, terus isi atau kontennya adalah sampah? Tentu hal ini kurang tepat juga. Seperti yang terjadi pada pasangan artis baru-baru ini.

Mereka membuat konten berpura-pura ada KDRT, lalu lapor ke polisi. Begitu mau diproses laporannya, eh, ngeprank lagi. Hem, saya setuju dengan pernyataan polisi bahwa mereka berdua akan ditindak. Masa institusi negara dipermainkan seperti itu? Polisi yang bisa dimainkan hanyalah polisi tidur dan patung polisi!

Mestinya Memang Bermanfaat

Walaupun banyak orang Indonesia yang menyukai konten-konten bodoh dan membodohi, jangan sampai menirunya. Sebab, kita manusia dibekali dengan akal pikiran. Sementara biasanya, anak TK membawa bekal minuman. Hubungannya apa coba lho?

Jika orientasinya hanya demi konten, maka cara-cara yang tidak benar akan dianggap benar. Padahal, ketika konten tersebut diunggah, maka itu sudah jadi milik publik. Bagaimana jika konten tersebut justru tidak bermanfaat, bahkan mengandung dosa, apakah si pembuatnya sanggup untuk menanggung dunia dan akhirat?

Meskipun konten positif, bermanfaat, mengandung ilmu, dan membuat berpikir secara benar tidak terlalu disukai di Indonesia, tetapi janganlah pesimis. Sebab, peluang itu masihlah tetap ada. Semakin banyak konten bodoh di internet, orang akan bosan juga. Nah, di situlah kesempatan untuk menampilkan konten yang bermanfaat.

Seandainya yang menyukai sedikit, kita harus percaya bahwa segala kebaikan itu disukai Allah. Jadi, orientasinya tidak semata-mata mencari pandangan manusia, tetapi mencari pahala, mencari amal jariyah di situ. Jenis amal tersebut memang investasi jangka panjang, bahkan sangat panjang. Ketika si pembuatnya meninggal dunia, transfer pahalanya mengalir terus. Jelas enak sekali bukan?

Ayo, cobalah membuat konten-konten yang positif! Negeri ini memang butuh banyak motivasi. Jangan sampai negeri ini jadi semakin terpuruk. Khawatirnya, jika sudah terpuruk, nanti jadinya malah terburuk.

pantun-bale

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

4 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.