Cerita Sederhana Tentang Tukang Parkir Mobil dan Dua Orang Pengendara Mobil

Cerita Sederhana Tentang Tukang Parkir Mobil dan Dua Orang Pengendara Mobil

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Masih ingat tentang petuah yang disampaikan oleh Aa Gym tentang tukang parkir mobil? Katanya, tukang parkir itu tidak sombong karena mobilnya banyak dan tidak sakit hati ketika mobilnya diambil. Sekarang tentang apalagi ini?

Mengulas tentang tukang parkir, memang ada dua biasanya, yaitu: mobil dan motor. Tukang parkir mobil mempunyai spesialisasi mengatur mobil saat akan masuk maupun ke luar. Dia punya aba-aba khusus agar mobil bisa masuk ke celah-celah mobil lain. Selain itu, dia bisa mengatur agar mobil tidak bersentuhan dengan mobil orang lain. Kalau orang bersentuhan, apalagi lain jenis secara tidak sengaja, akan membuat greng alias gimana gitu. Tapi, kalau mobil bersentuhan, akan membuat ribut biasanya.

Sementara tukang parkir motor tidak perlu memberi aba-aba untuk pengendaranya saat akan masuk atau ke luar. Dia tidak perlu bilang, “Ayo, kiri, kiri, terus, yak, putar kanan, yak, oke, sip!” Mungkin kalau ada tukang parkir motor begitu, bisa jadi, si pengendara motor baru belajar naik motor. Atau si tukang parkirnya baru belajar jadi tukang parkir. Atau motornya juga baru belajar ke luar dari dealer motor. Halah…

Sebuah Mobil dan Seorang Tukang Parkir

tukang-parkir-mobil-1

Kali ini, akan mengungkapkan sebuah cerita tentang seorang tukang parkir mobil dan dua orang pengendara kendaraan roda empat itu. Pengendara mobil itu satunya sopir, dan satunya adalah bosnya. Dua-duanya laki-laki.

Setelah urusan selesai di dalam, maka mobil itu bersiap-siap untuk ke luar. Di belakang, ada tukang parkir mobil seperti biasa memberi aba-aba. “Ayo, terus, terus, mundur, mundur, ambil kanan, yak!”

Sebenarnya sih sopir itu mampu ke luar dengan sendirinya. Lha wong dia sudah berpengalaman menyetir mobil kok. Selain itu, dia punya tiga spion, jadi lebih gampang melihat ke belakang. Namun, adanya tukang parkir di belakang, yah, cukup membantu juga sih.

Baca Juga: Tips Aman Pakai dan Lepas Masker di Restoran

Saat mobil sudah bersiap untuk melaju dengan lurus, sopir itu memberikan uang sebesar Rp5.000,00 saja. Padahal, rata-rata ongkos parkir ‘kan Rp10.000,00 ke atas untuk mobil. Motor ya dua ribu bisa. Tidak tahu, kalau ada teman menunggu di luar sementara kita belanja di Indomaret, dia kena parkir berapa? Haha…

“Pak, kurang ini!” Protes si tukang parkir mobil.

“Halah, itu sudah saya kasih uang. Sudah cukup itu.” Balas sopir.

“Masa parkir mobil cuma lima ribu? Yang bener aja, Pak!”

“Lho, ‘kan memang nggak lama tadi parkirnya. Toh juga mobilku kelihatan dari dalam kok.”

“Tapi, Pak, ini nggak bisa bayar segini. Kurang!” Tukang parkir mobil itu mulai emosi. “Masa mobil mewah gini kok ngasihnya cuma lima ribu?!”

“Kamu sudah dikasih kok masih protes?”

Bos yang duduk di depan menyaksikan dan mendengarkan adu mulut antara sopirnya dan tukang parkir mobil tersebut. Dia pun bertanya, “Ada apa ini?”

“Ini, Pak, dia masih minta uang parkir, padahal sudah saya kasih.”

“Ohh, cuma itu toh. Sudahlah,” bos itu mengeluarkan uang dari dompetnya. “Ini kasihkan saja.”

Uang dari bos itu sebesar dua puluh ribu rupiah. Lebih tinggi daripada tarif parkir biasanya. Langsung saja diberikan ke si tukang parkir mobil.

“Nah, gitu dong! Ini baru pas.” Si tukang parkir tersenyum senang.

Setelah jalan, bosnya itu memberi petuah ke si sopir, meskipun si bos belum tuah-tuah banget sih.

“Kalau masalah uang begitu, mestinya gak usah terlalu diributkan, lah. Masa hanya gara-gara uang segitu, mau cari masalah?!”

“Kirain uang lima ribu sudah cukup buat dia, Pak.”

“Sekarang ini zaman susah, Mas. Dia jadi tukang parkir begitu juga untuk cari penghasilan. Siapa tahu dia punya anak istri. Kita hanya berkorban dua puluh ribu, Insya Allah masih bisa dicari penggantinya atau lebih besar lagi.”

Sopir itu mengangguk-angguk.

“Jadi tukang parkir mobil itu berat lho! Resikonya besar. Kalau misalnya ada mobil baret, tergores, pasti tukang parkir yang disalahkan. Ya toh?”

Sopir itu mengangguk lagi. Menurut kamu, berapa kali dia mengangguk coba? Hehe..

“Nah, biarlah uang dua puluh ribu itu menjadi rezekinya dia. Yang jelas, mobil kita sudah aman dan bisa kita pakai lagi.”

“Ya, Pak.” Nah, sekarang sopir itu berhenti mengangguk. Mungkin dia malu karena kita mau hitung jumlah anggukannya.

Kesimpulan

Kata Iqbal Aji Daryono, penulis esai Detik.com, kalau tulisan motivasi itu tidak usah panjang-panjang. Sebab, stamina pembaca akan kelelahan. Ya, betul juga sih. Apalagi kalau baca tulisan ini, sambil pegang HP, sambil lari-lari pagi juga. Pasti akan lebih mudah kelelahan. Betul begitu ‘kan?

Tentang tukang parkir mobil di atas, memang bagi bos yang bijak akan memberikan uang langsung. Toh hanya dua puluh ribu, gampang, lah. Meskipun ada juga lho, bos yang sering tidak ada uangnya. Malah mintanya ke orang yang posisinya di bawah dia.

Apa yang bisa diambil dari cerita ini? Apakah bisa diambil snack konsumsinya? Weleh, tidak disediakan kue-kue di sini. Yang bisa diambil adalah bahwa untuk hal-hal yang sepele, semestinya memang tidak perlu dibesar-besarkan. Yah, namanya juga sepele. Kalau agak besar, mungkin namanya sepala alias sekepala.

Bayangkan jika masalah lima ribu rupiah itu jadi membesar. Mungkin si tukang parkir akan nekat, misalnya dengan menggores mobil tanpa sepengetahuan si pemilik mobil. Atau mencatat nopol mobil, terus diikuti oleh teman segengnya. Atau yang lain, yang bisa jadi tidak terduga. Entahlah.

Dan, fenomena tukang parkir itu mirip dengan harta. Awalnya kita tidak melihat apa-apa, begitu ke luar dan pas di atas kendaraan, eh, si dia muncul juga. Muncul begitu saja.

Ada juga sih seorang content creator yang sering membuat video saat dia membeli sesuatu di minimarket, maka dia memberikan sebagiannya untuk si tukang parkir. Ditambah dengan beberapa orang di pinggir jalan. Kan itu bagus juga. Si tukang parkir sering berada di minimarket, macam Indomaret atau Alfamart, tetapi mungkin jarang membeli di dalamnya.

Terus, bagaimana dengan orang yang pelit, yang menggerutu dan tidak ikhlas serta tidak mau sama sekali bayar parkir sebenarnya? Ya, solusinya mudah saja, kalau bisa motor atau mobilnya dibikin kecil, dikantongi, lalu dibawa masuk ke toko, supermarket atau minimarket. Begitu ke luar, diambil dari kantong, lalu dibesarkan lagi. Kalau yang ini, pasti tidak akan bayar uang parkir. Ya ‘kan? Ya ‘kan?

Baca Juga: [Temukan di Sini] 9 Alasan Bosan dengan Pasangan

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

13 Comments

  1. Setuju! Jangan sampai gara-gara hal sedikit (misal uang 5ribu) jadi bisa berdampak masalah besar. Jangan juga terlalu pelit, anggap saja sedekah, kan bisa jadi dibalikin sama Tuhan lebih banyak lagi. Hehehhe

  2. Saya sih tidak masalah keberadaan tukang parkir, namun kalau di Surabaya modal sempritan aja bisa jadi tukang parkir. Contoh di Indomaret ada tulisan bebas parkir trnyata ada tukang parkirnya yg enggak resmi. Saya gak keberatan kasih uang ke mereka, namun terkadang mereka tidak mau bantu apabila parkiran penuh sementara motor saya berada paling depan sendiri. sebagai perempuan kadang kesulitan donk mindahin sepeda motor di keramaian. Tapi tidak semua tukang parkir gak peduli, masih banyak yg peduli dengan motor2 orang

    1. Kan jadi tukang parkir memang gampang cuma modal sempritan kayak wasit bola itu. Cuma ayun-ayun tangan juga, gak berat. Penghasilannya juga lumayan tinggi.

  3. Tukang parkir ini ada yang memang baik, mau nolongin, carikan tempat kosong dan mengarahkan. kalau yang gini, kasih uang lebih pun rasanya ikhlas. Masalahnya banyak tukang parkir yang tiba-tiba nongol minta uang, pas dibutuhin nggak tahu dia ada dimana

  4. Alhamdulilah bosnya memahami dan permasalahan tidak semakin besar. Beda lagi kalau enggak saling memahami, bisa adu mulut bahkan tindakan ekstrim lainnya ya.

  5. Lumayan di atas rata2 juga ya parkir mobil di Sulawesi, kl di tempat kami masih 3000 utk mobil dan 2000 untuk motor. Kecuali di area parkir dalam mal itu per jam tarifnya. Btw, mencoba melihat dari sisi yang lain ya, terkadang juru parkir (jukir) ini ada yang parah kok Mas… baru berhenti sebentar saja tidak mati mesin, eh langsung dianggap parkir. Sementara ibu2 kayak saya misalnya sekali keluar rumah itu biasa 7-8 tempat lho berhentinya, urusannya banyak aja beli ini-itu kadang gak ketemu di cm 1 tempat aja. Kalikan aja 8 kali x 3000 rupiah x 7 hari x 4 kali dalam sebulan, udah 600an ribu kan hanya utk parkir sebentar2 saja. Makanya kl sesekali uangnya kurang ngasih jukir dan jukirnya udah kenal itu gak masalah, trus sesekali ngasih lebih juga sekalian sedekah, heheh

  6. Keren nih. Ngasih tau kebaikan tapi dengan cara sederhana, eh tapi nulisnya saya yakin nggak gampang. Hehe…nyentil tapi kayak nggak nyentil.

    Kalau boleh, saya mau niru tulisan Mas, keren beud…

  7. Jaman sekarang tukang parkirnya pada banyak duitnya, ya ga masalah sih yaa rejeki mereka, alhamdulillah. Cuma kalau orang ga bayar atau kurang harusnya belajar ikhlas juga.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.