Butuh Apa sih Ayah dari Ibu?

Butuh Apa sih Ayah dari Ibu?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Meskipun ayah itu seorang laki-laki, ternyata dia itu memang butuh juga. Artinya bukan paktuh, melainkan butuh itu tadi. Butuh dari siapa? Ya, siapa lagi kalau butuhnya dari ibu. Masa butuhnya dari presiden? Kejauhan!

Sebagai seorang laki-laki, ayah memang menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Ini juga rumah tangga betulan, bukan rumah yang isinya cuma tangga. Apalagi rumah yang isinya cuma permainan ular tangga. Aduh, kismin banget itu.

Ayah diidentikkan dengan sosok yang selalu tegar. Nah, kalau tegar ini adalah teman satu fakultas saya. Dia berbeda jurusan dengan saya. Kamu kenal sama dia tidak? Dan, dia sekarang juga tidak tahu di mana, kerja di mana, istrinya berapa, anak juga berapa, anak kucingnya berapa, entahlah. Kamu tahu tidak?

Kembali ke dunia ayah lagi. Meskipun ayah harus selalu tegar, apalagi namanya memang Pak Tegar, dia butuh sesuatu dari ibu. Ya, namanya juga pasangan suami istri. By the way, kok selalu identiknya pasangan suami istri ya? Bukan pasangan istri suami? Hayo, kira-kira kenapa hayo?

Namanya pasangan, selalu terdiri lebih dari satu dan kurang dari satu juta. Ada berbagai pasangan di dunia ini, misalnya: pasangan sepatu, sandal, sepatu lagi, sandal lagi. Contohnya cuma dua saja, hehe…

Coba bayangkan kalau kamu cuma pakai sepatu sebelah saja. Yang kiri saja, yang kanan saja, atau malah sepatu yang jelek saja. Pasti kamu tidak akan bisa melangkah dengan sempurna ‘kan? Makanya itu, butuh yang namanya keseimbangan. Pakai yang kiri, juga yang kanan. Pakai yang kanan, juga yang kiri. Lho, Mas, kok diulang-ulang terus yang kiri dan kanan? Soalnya, buat menambah kata saja sih! Haha..

Jadi, suami itu mirip sepatu, aduh maksudnya, suami itu butuh pasangan dengan istrinya. Kan tidak dikatakan suami kalau tidak punya istri bukan? Lalu, apa saja yang dibutuhkan suami dari istri sih? Baik, kita simak poin per poin.

Kebutuhan Ayah

1. Kepercayaan

Yang dimaksud kepercayaan di sini bukanlah kepercayaan yang menyangkut agama lho ya! Sebab, ada orang yang mengaku kepercayaan terhadap Tuhan, tetapi tidak mau menjalankan ibadah. Kalau percaya seharusnya ‘kan membuktikan kepercayaan tersebut, ya ‘kan? Masa cuma sekadar percaya? Buktinya mana dong?

Suami membutuhkan kepercayaan dari istri. Percaya bahwa suaminya adalah pemimpin keluarga yang baik. Menjadi kepala keluarga. Kalau perlu juga kepala lingkungan mungkin. Asal jangan dulu kepala negara. Waduh, itu terlalu jauh! Jangan dulu, lah yauw..

2. Dukungan

Setelah istri percaya dengan suami, bahwa suaminya sanggup untuk menyelesaikan masalah-masalah di dalam rumah tangga, berikutnya yang dibutuhkan suami dari istri adalah dukungan. Perlu diingat, dukungan ini tidak harus berupa: “Yuk, Dukung Saya Ya! Ketik REG spasi SUAMI.” Itu mah malah audisi di TV.

Dukungan dari istri bisa dalam bentuk memijat badan suami usai bekerja dari luar rumah. Saat suami suntuk, istri bisa langsung menyuntik. Caranya, dengan diam dulu. Sebab, kalau suami tampak wajah yang kusut, istri langsung bertanya kenapa, maka itu bisa makin kusut!

3. Ayah Lebih Dekat ke Anak

Mungkin kurangnya waktu kebersamaan ayah dengan anak-anak memang terjadi. Sebab, ayah menghabiskan waktu lebih banyak di luar rumah. Ya, kerja, ya, bisnis, ya, main golf misalnya.

Untuk bisa dekat dengan anak, membutuhkan bantuan dari ibu. Contohnya: ibu membisikkan bahwa ayah sayang ke anak-anak. Ayah merindukan anak-anak. Nanti kalau ayah datang, maka harus disambut dengan ceria dan gembira. Nanti kalau ayah tiba, main-main saja dengan ayah.

Bisa jadi, ada ayah yang kaku dengan anak. Tugas ibu adalah mencairkan suasana. Membuat suasana kebersamaan antara ayah dan anak menjadi jauh lebih nyaman.

4. Bukan Untuk Terus Dikritik

Ayah bukanlah pisang yang harus dikritik. Eh, tunggu! Kalau pisang itu mah dikripik. Masa ayah mau disamakan dengan pisang? Haha…

Ayah sebagai pemimpin rumah tangga tentunya bisa bertindak benar dan suatu saat nanti berbuat salah. Tugas ibu adalah meluruskan ayah. Akan tetapi, tidak dengan meluruskan terus-menerus. Biarkan ayah juga menyelesaikan masalahnya sendiri. Apalagi karakter pemimpin yang melekat pada ayah memperlihatkan individualitas. Kalau seorang pemimpin terus dikritik, maka tentu saja dia akan marah nantinya.

Cukup disampaikan dengan cara yang lebih baik. Contohnya: sesudah berhubungan intim. Nah, itu adalah waktu yang tepat untuk menyampaikan saran ke ayah. Akan tetapi, biasanya cara ini kurang berhasil! Sebab, ayah kalau sudah berhubungan, maka kecenderungannya adalah tidur nyenyak! Ya apa ya?

Saling Membutuhkan

Ayah butuh dari ibu, begitu pula ibu butuh dari ayah. Untuk kebutuhan ibu dari ayah, maka Insya Allah di tulisan selanjutnya ya!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.