Ada yang Lebih Baik daripada Menjadi Suami Siaga

Ada yang Lebih Baik daripada Menjadi Suami Siaga

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pernah dengar istilah “suami siaga”? Itu adalah singkatan dari suami antar jaga. Saya pernah mendengarnya dulu, tetapi lupa tahun berapa. Pokoknya sudah lama. Tapi, ya, lamanya tidak pas penjajahan Belanda dulu, lah!

Membaca berbagai literatur tentang menjadi suami siaga itu, pada dasarnya itu berkaitan dengan kondisi istri yang sedang hamil dan akan melahirkan. Tentu, kalau kaitannya dengan istri yang sedang hamil, suami harus ikut bertanggung jawab. Bukankah dulu bikinnya bareng-bareng? Masa sekarang begitu istri mau melahirkan, suaminya tidak peduli. Waduh, apa kata duitnya, eh, dunia?

Istilah suami siaga dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sayang sekali, tidak ada keluarga saya yang bekerja di sana. Namun, hal itu tentu tidak menghalangi saya untuk memakai istilah tersebut. Termasuk kamu dan keluargamu. Kesehatan adalah milik semua orang, bukan hanya milik orang Kementerian Kesehatan saja. Kalau Kementerian Kesakitan, sampai sekarang belum pernah ada yang terbentuk.

Sebenarnya, suami siaga itu tidak hanya pas istri mau melahirkan, tetapi juga di masa-masa kehamilan. Saya punya teman, istrinya sampai keguguran. Saya menyaksikan sendiri penguburan jenazah calon anaknya itu. Memang sih di bawah empat bulan, jadi ruh belum dititup oleh Allah. Sedih rasanya, apalagi bagi dia dan istrinya yang mengalami. Anak yang diharapkan lahir, ternyata harus berakhir.

Rupanya, kondisi istrinya yang memang kurang fit. Mungkin juga banyak bergerak atau kurang istirahat. Padahal, istri itu memang harusnya istrirahat, artinya istri harus banyak istirahat. Saya juga tidak tahu detailnya, karena memang tidak pernah melihat wajah istrinya seingat saya.

Rajin Mengantar

Suami antar jaga atau suami siaga itu harus siap mengantar istrinya ketika periksa di awal kehamilan. Enak memang kalau fasilitasnya ada di daerah yang bersangkutan. Alhamdulillah, di tempat saya, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, juga cukup lengkap. Bahkan dokter spesialis kandungan pun ada dua, satu laki-laki dan satunya perempuan.

Tentang periksa kehamilan di dokter laki-laki, sebenarnya hal itu bukanlah masalah. Setidaknya bukan masalah bagi saya, asal bukan istri saya sendiri! Kalau istri orang lain sih, bukan masalah buat saya, beneran. Hanya memang, ketika istri saya melahirkan anak ketiga, dokter yang menanganinya perempuan. Jadi lebih nyaman begitulah.

Nah, pembaca yang dirahmati Allah, istri yang hamil itu sejatinya memang butuh dukungan. Dengan diantar periksa kehamilan, dia akan merasa sangat senang. Bebannya yang mulai bertambah menjadi sedikit berkurang karena berbagi dengan suami. Hamil itu berat lho bagi seorang perempuan. Kalau tidak percaya, silakan laki-laki mencobanya!

Dulu sih pernah tahu ada yang menulis ibaratnya membawa kelapa tiga kilogram ke mana-mana. Berat bukan? Begitulah kira-kira yang dirasakan oleh istri. Makanya, suami siaga itu menjadi suatu keharusan kalau ingin istrinya hidup dengan nyaman sewaktu hamil.

Hal yang Harus Dipersiapkan Oleh Suami Siaga

Okelah, istilah suami siaga itu memang paling tepat untuk suami yang istrinya hamil sampai melahirkan nanti. Namun, apa saja sih yang harus dilakukan oleh suami siaga?

Pertama, adalah mempersiapkan ilmunya. Hamil dan melahirkan itu butuh ilmu tersendiri. Inilah kesempatan bagi suami untuk belajar tentang calon bayi, bayi, dan segala tetek bengeknya. Sarananya sangatlah luas, bisa dari buku, internet, menonton video, cerita dengan teman yang pernah mengalami, ikut komunitas parenting yang bagus, dan lain sebagainya. Meskipun suami sudah tidak lagi sekolah, tetapi belajarnya tidak boleh berhenti bukan?

Kedua, mempersiapkan semuanya. Termasuk dalam hal ini adalah segala piranti bayi, ya pakaiannya, celana, perlak atau alas kasur bayi, selimut, peralatan mandi, dan lain sebagainya. Orang tuanya yang harus mempersiapkan, lah. Tidak mungkin bukan orang tuanya tanya ke bayinya, “Nak, kamu mau pakaian bayi warna apa?”

Buat juga kamar yang nyaman, bersih, indah, dan sejuk kalau bisa. Mungkin memang itu sudah kamar orang tuanya, tinggal dipercantik lagi. Bayi mungkin belum bisa ditempatkan di kamar tersendiri, apalagi di rumah tersendiri. Kejauhan, mah!

Ketiga, dukung terus istri. Hal tersebut bisa dilakukan dengan sering mengatakan kata cinta, sayang, memberi pelukan, cerita yang indah-indah, bahkan termasuk mendoakan istrinya. Istri tentu akan senang diperlakukan seperti itu. Jangan sampai muncul perlakuan yang kasar, sampai memukul apalagi menendang. Waduh, naudzubillah min dzalik. Ada juga ya suami yang seperti itu?

Lebih Baik daripada Suami Siaga

Melihat segala keunggulan dan kebaikan suami siaga, adakah yang lebih baik? Ternyata, memang ada! Yang lebih baik daripada suami siaga adalah suami penggalang, penegak, dan pandega! Itulah suami yang sedang merintis karir menjadi kakak pembina Pramuka!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.