Yajuj dan Majuj, Kisah Akhir Zaman yang Mungkin Sering Kita Dengar

Yajuj dan Majuj, Kisah Akhir Zaman yang Mungkin Sering Kita Dengar

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Setiap malam Jum’at atau hari Jum’atnya, kita disunnahkan membaca Surah Al-Kahfi, surah ke-18. Ada kisah tentang Yajuj dan Majuj. Bagaimana penjabarannya?

Mengenai Surah Al-Kahfi ini, ada dalil-dalilnya, seperti berikut ini:

“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ nomor 6470).

Ada juga dalil lainnya, ini dia:

“Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada malam Jum’at, dia akan disinari cahaya antara dia dan Ka’bah.” (HR. Ad Darimi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471).

Ternyata, memang ada dua dalilnya. Namun, justru yang sering dipraktikkan masyarakat kita adalah membaca Surah Yasiin. Sebenarnya, kita perlu bertanya, ini dalilnya mana? Ternyata, dari orang-orang yang mempraktikkan tersebut, tidak tahu juga.

Padahal, inti dari ibadah itu adalah haram. Artinya hukum asalnya terlarang, selama tidak ada dalil yang memerintahkannya. Beda dengan muamalah, hukum asalnya boleh, selama tidak ada yang melarangnya.

Sholat itu pada dasarnya tidak boleh, setelah ada dalilnya, baru bisa. Contoh: sholat Subuh dua rakaat, itu jelas ada perintahnya dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Tapi, kalau sholat Subuh empat rakaat, jangan dilakukan, karena itu tidak ada perintahnya. Jangan dibalik, mau melakukan sholat Subuh empat rakaat, tidak apa-apa, karena tidak ada dalil yang melarangnya.

Ya, memang, mau sholat Subuh sejuta rakaat juga tidak ada larangannya, tetapi itu lebih cocok untuk muamalah. Contohnya: makan tempe itu boleh. Kenapa boleh? Karena tidak ada dalil yang melarangnya. Jangan dibalik, karena nabi dan para sahabat tidak pernah memakannya, tidak pernah mengamalkannya, makanya tidak boleh makan tempe. Kalau seperti itu adanya, akan sangat repot.

Zaman nabi dan para sahabat, makanannya lebih sederhana daripada sekarang. Kalau sekarang merasa dilarang karena tidak ada contohnya, sungguh akan sangat mubazir makanan-makanan yang ada. Lha enak semua je!

Oleh karena itu, dalam masalah ibadah, lebih baik dan memang lebih bagus, kita tanya dulu dalilnya mana? Perintahnya ada apa tidak? Kalau ternyata di zaman nabi tidak ada, kok sekarang ada, itu sama saja menganggap Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam berkhianat. Hah, berkhianat? Ya, karena tidak menyampaikan wahyu seluruhnya. Seakan-akan ada amalan yang disembunyikan. Yang tidak pernah dilakukan oleh mereka waktu masih hidup dulu.

Kisah Menjelang Hari Kiamat

Bumi ini nantinya memang akan hancur. Itu sudah pasti. Sebelum benar-benar hancur, ada tanda-tandanya. Ibarat hati juga sih, hati yang hancur ada tanda-tandanya. Misalnya: sering menangis, galau, lupa makan, kurang suka minum, bahkan seandainya bernapas itu tidak wajib, dia akan pilih tidak bernapas.

Hati yang hancur karena ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Ditinggal mantan menikah, karena terlalu lama mengobral janji, kurang aksi. Akhirnya ditikung oleh yang sudah siap, meski tidak terlalu mapan. Tidak selalu harus berpenghasilan tetap, yang penting tetap berpenghasilan.

Salah satu tanda besar hari kiamat adalah munculnya Yajuj dan Majuj. Kelompok manusia ini ke luar ke permukaan bumi untuk berbuat kerusakan. Betul-betul kerasukan, eh, kerusakan. Dari literatur yang ada, saat ada danau, mereka akan minum danau itu sampai habis. Tidak ada tempat yang tidak ada mereka.

Yajuj dan Majuj akan ke luar dari tembok yang dibuat oleh Zulkarnain sebagaimana dalam Surah Al-Kahfi. Mereka akan muncul setelah Nabi Isa alaihissalam membunuh Dajjal. Tidak ada yang bisa mengalahkan mereka. Lalu, bagaimana terbunuhnya?

Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang langsung membunuh mereka. Dan, apa susahnya bagi Allah menghancurkan ciptaan-Nya sendiri? Lewat ulat-ulat di leher Yajuj dan Majuj, mereka mati. Bumi akan dipenuhi dengan bangkai mereka. Allah jugalah yang membersihkan bumi setelah itu.

Apa Hikmahnya?

Yajuj dan Majuj sering ditafsirkan macam-macam. Seperti orang Mongol, lah, seperti suku yang ada di bumi ini, lah. Bahkan tembok yang menghadang atau mengurung Yajuj dan Majuj dianggapnya tembok China. Padahal tembok mereka itu besi yang dicampur dengan tembaga. Tingginya seperti gunung dan kuat luar biasa. Yajuj dan Majuj tidak bisa mendaki, tidak bisa pula melubangi.

Nanti ketika Allah menghendaki, maka tembok itu akan runtuh. Dan, seketika mereka akan turun dengan sangat cepat. Menyebar ke mana-mana. Mengerikan memang. Bukankah menjelang bumi ini kiamat, memang tanda-tandanya mengerikan?

Apakah kita akan melihatnya? Apakah kita akan sampai ke masa itu? Waallahu ‘alam. Semoga saja tidak, karena sangat berat dan belum tentu iman kita kuat. Apalagi sebelum itu, sudah muncul Dajjal, yang mengaku sebagai tuhan.

Dajjal saja yang di keningnya ada tulisan “kafara” alias kafir, ternyata banyak sekali pengikutnya. Tulisan itu bisa dibaca oleh orang yang memang bisa membaca, maupun yang tidak bisa membaca.

Ada yang mengatakan, “Lho, bukankah Dajjal itu ada tulisan kafara, mestinya orang Islam jangan ikut-ikutan!”

Halah, janganlah Dajjal. Lha, di bungkus rokok saja ada tulisan “Merokok Membunuhmu”, masih sangat banyak orang Islam yang tetap merokok, kok. Lho kok? Bahkan ketika tidak puasa, merokok sudah dimulai sejak ayam berkokok.

Referensi: Rumaysho

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.