Tidak Terlalu Kenal Dekat, Tapi Sekarang Merasa Dekat Sekali

Tidak Terlalu Kenal Dekat, Tapi Sekarang Merasa Dekat Sekali

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Innalilahi wa inna ilaihi rojiun. Hari ini, terasa sangat mengagetkan. Mas Muhammad Fanni Rahman, CEO Penerbit Pro U Media meninggal dunia. Subhanallah, dulu beliau memang sering saya lihat waktu masih di Jogja.

Ya, Jogja, kota dengan sejuta-juta kenangan. Sebab, saya memang lahir di sana. Lahir di RS PKU Muhammadiyah, tanggal 20 Maret 1985. Ternyata, di RS tersebut, beliau menjemput ajalnya.

Basicnya Memang Masjid

fanni-rahman

Sebagai seseorang yang cinta dengan masjid, Mas Fanni Rahman menampakkan kerja dakwahnya yang sangat luar biasa. Dari penuturan teman kampung saya dulu, beliau hampir tidak pernah istirahat. Kerjanya hanyalah dakwah dan kebaikan-kebaikan. Beda dengan seorang pengusaha taipan negeri ini yang pernah saya kagumi. Kerjaannya adalah untuk dunia dan dunia.

Penerbitnya sendiri, Pro U Media, sangat terkenal di Jogja. Apalagi kalangan aktivis dakwah, pasti kenal penerbit yang satu ini. Buku-bukunya sangatlah banyak. Berbagai jenis atau genre ada. Buku dewasa, remaja, ibu-ibu, anak-anak, pokoknya komplit plit!

Ketika saya masih di Jogja, Alhamdulillah, saya cukup aktif mengikuti kegiatan yang disponsori oleh Pro U Media. Kegiatan tersebut berwujud pengajian remaja di masjid-masjid. Ada juga yang diadakan di Masjid Jogokariyan. Masjid yang ini memang Masya Allah. Terlalu banyak memang keunggulannya dibandingkan masjid-masjid lain.

Pro U Media jika menjadi sponsor, biasanya sih memang memberikan doorprize. Namanya penerbit, ya, doorprizenya tidak jauh-jauh dari buku. Saya masih ingat, tahun 2006 atau 2007, ada training remaja dengan menghadirkan pembicara Fatan Fantastic. Beliau ini penulis muda, latar belakangnya setahu saya dari Psikologi. Jadi, cocok, lah. Klop, lah.

Mas Fatan membuka sesi diskusi atau tanya jawab. Dia bilang, bagi yang bertanya, ada kesempatan untuk mendapatkan doorprize. Wah, jelas dong saya tertarik! Saya bertanya yang ada kaitannya dengan materi itu. Oh, ya, waktu itu bulan Ramadhan. Pas hari pertama puasa lagi.

Pada barisan akhwat, ada si dia. Saya sebut saja deh, namanya Farida. Dia itu adalah akhwat tetangga. Kami berada dalam satu jalan aspal yang sama, Jalan Ireda. Mukanya mirip orang Arab atau India. Lumayan tinggi, tetapi kurus. Tanpa pakai cadar, tapi sudah jilbab besar.

Dia lebih tua dua tahun. Kami punya minat yang sama dengan dunia perbukuan. Ketika saya berhasil mendapatkan doorprize buku dengan judul “Bikin Belajar Selezat Coklat”, dia juga ikut merasa senang. Buku tersebut ditulis oleh Fatan Fantastic dan Dinda Dennis. Nama yang terakhir ini adalah kakak kelas saya waktu di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Itu nama laki-laki, lho, bukan perempuan. Cateeett….!

Dapat Gratis, Dapat Lebih Gratis Lagi

Buku “Bikin Belajar Selezat Coklat” yang saya dapat dengan gratis, ternyata menjadi wasilah untuk rezeki selanjutnya. Pro U Media membuat sebuah lomba resensi buku. Saya lihat di daftarnya, eh, ada buku gratisan itu. Segera dong saya jadi semangat. Tapi, waktu itu, saya bingung, resensi buku itu yang bagaimana toh?

Untuk mendapatkan jawabannya, saya rutin pergi ke kampus. Ya, iyalah, namanya juga masih mahasiswa. Masa mahasiswa jarang ke kampus? Eh, kalau sekarang seperti itu ya? Haha…

Saya mencari contoh resensi buku di koran-koran yang ada. Membaca beberapa, ohh, begini toh? Ya, ya, saya mulai paham.

Lomba resensi buku itu yang lebih menantang lagi adalah maksimal cuma dua halaman kuarto. Coba, membuat ringkasan buku, menuliskan kelebihan dan kekurangan, serta saran-saran kalau ada, hanya dengan dua halaman kuarto. Tulisannya kalau masih ingat, Arial ukuran 12. Cukup besar lho!

Secara umum buku itu sudah bagus. Isinya memang difokuskan untuk remaja. Sebab, formatnya saja Book Magz. Buku rasa majalah. Jadi, ya, tulisannya tidak terlalu banyak. Yang banyak itu grafisnya, sama gambarnya.

Kekurangan dari buku itu adalah penyebutan untuk Allah yang tidak tepat. Masa Allah dikatakan Maha Keren dan Maha Beken? Itu yang saya kritik dalam buku tersebut. Harusnya, penyebutan Allah sesuaikan saja dengan Asmaul Husna. Penyebutan Maha Keren dan Maha Beken tidak pernah dikenal oleh ulama terdahulu dan sekarang.

Setelah menunggu, Alhamdulillah, saya dihubungi panitia berhasil menang juara dua. Wuih, itu juara lomba menulis setelah lomba di Koperasi “Kopma” UGM. Di koperasi tersebut, saya juara 1. Lomba esai.

Penyerahan hadiahnya ketika pameran buku di Gedung Graha Wanitatama, Jalan Solo. Saya mendapatkan piala, beberapa buku senilai 350 ribu, lupa berapa buku, dan amplop isi uang tunai. Alhamdulillah, pulangnya hati berbunga-bunga. Senang luar biasa.

Bapak saya saja sampai heran dan kaget. Beliau pegang piala itu dan berseru. Seakan-akan jadi juara juga. Adik-adik saya tertawa melihatnya.

Sebenarnya, waktu itu ada keinginan untuk membagi uang itu untuk kakak dan adik saya. Lima puluh ribu satu orang. Tapi kok tidak jadi alias tertunda-tunda ya? Ternyata, ada hikmahnya. Uang itu saya pakai untuk bayar kuliah. Bapak saya sudah tidak mau lagi bayar kuliah saya. Target lulus 4 tahun maksimal terlewat. Saya malas mengerjakan skripsi, akhirnya sampai setahun. Saya lulus kuliah tepat 5 tahun!

Dari Pro U Media, saya dapat buku gratis juga saat acara Ahad pagi di Masjid Jogokariyan. Duo MC kocak, menantang hadirin untuk maju ke depan dan menjawab pertanyaan seputar materi yang disampaikan oleh Ustadz Salim A. Fillah. Saya bisa dong, karena saya mencatat. Jadi, bisa menjawab dengan sangat tepat. Ada di buku notesku.

Yang Jelas, Sudah Berlalu

Sampai saya menulis ini, status saya di Facebook, bisa dibaca di sini, malah mengumpulkan beberapa teman lama. Mereka yang sama-sama ikut pengajian waktu saya masih di Jogja. Ya, pengajian di kampung, ya, pengajian di Masjid Jogokariyan, basecamp Pro U Media.

Meninggalnya Mas Fanni Rahman, memang mendatangkan kesedihan yang luar biasa bagi sahabat-sahabat dekatnya. Termasuk Ustadz Salim A. Fillah yang juga merasa sangat kehilangan. Beliau yang diminta untuk menulis pertama di penerbit Pro U Media. Awalnya, bukanlah penerbit buku, melainkan cetak undangan dan buletin biasa.

Kini, atau nanti ketika saya mungkin cuti ke Jogja, maka saya tidak akan bertemu lagi dengan Mas Fanni. Mungkin beliau seandainya masih hidup juga tidak kenal saya lagi. Doa terbaik untukmu, Mas. Sampeyan memiliki penerbit besar dan diakui eksistensinya dalam dunia dakwah di Indonesia. Insya Allah, setiap huruf yang tercetak dalam setiap buku yang diterbitkan akan menjadi pahala amal jariyahmu. Ini sih Masya Allah, luar biasa. Buku-buku yang sudah dicetak Pro U Media, Masya Allah. Orang yang sudah membacanya, Masya Allah. Saya pun pantas pula untuk menulis: Allahu Akbar.

Selamat jalan, Mas, semoga kami yang engkau tinggalkan ini bisa mengikuti jejakmu atau mempunyai semangat dakwah serta kebaikan seperti yang engkau punya.

fanni-rahman-2

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.