Pentingnya Kesehatan Bagi Seorang Guru

Pentingnya Kesehatan Bagi Seorang Guru

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Menanggapi tulisan master blogger teacher, Supadilah, melalui link https://www.supadilah.com/2022/01/ini-alasan-guru-harus-sehat-kalau-bisa.html?m=1, saya ingin menanggapi melalui tulisan ini.

Pada dasarnya, semua orang memang ingin sehat. Tentang sehat ini, saya pernah diceritakan oleh teman di dalam kelas. Kalau tidak salah, ketika itu saya masih mahasiswa. Ada kakak angkatan bercerita, tetapi tidak terlalu saya tanggapi.

Dia bercerita tentang keluarganya yang sedang sakit. Saya mendengarkan, tetapi tidak terlalu fokus. Sampai akhirnya, saya bertanya setelah dia rampung, “Jadi dia masih sehat toh?”

Jawabnya sambil menyanggah, “Kok malah sehat toh? Dia itu sudah meninggal, he!”

Waduh, ternyata itulah akibat saya tidak terlalu mendengarkan. Tapi, saya tetap berusaha cool sambil bertanya, “Tapi di dalam kubur, dia sehat toh?”

Sehat Dambaan Guru

Mengajar itu memang tidak mudah. Butuh energi yang ekstra, apalagi jika mengajar dari pagi sampai siang atau malah sore. Energi yang keluar itu adalah energi bicara, gerakan, berpikir, bahkan lari kalau guru olahraga. Meskipun guru hanya diam di meja kelasnya, tetaplah akan capek juga nanti. Karena dia sedang berpikir itu tadi.

Ketika guru sakit, maka tidak hanya guru yang rugi karena mungkin terpotong gaji atau honornya, tetapi juga murid-muridnya. Mereka akan nelangsa ketika sang guru tidak masuk. Dan, kalau sudah begitu, biasanya jam berikutnya dimajukan.

Hal itu, paling terasa ketika saya dulu di SMA jurusan IPS. Bukan, bukan karena gurunya sakit, melainkan karena memang jarang masuk. Itu namanya sakit malas.

Kelas IPS tidak terlalu dianggap, beda dengan kelas IPA yang sering full pelajarannya. IPS dipandang bisa dipelajari sendiri ilmunya. Cukup membaca buku, maka selesailah sudah. Kalau IPA, harus diterangkan oleh gurunya.

Nah, kalau jam di hari itu sudah dimajukan semua, tetapi dirasa kok masih pulang pagi, maka bisa jadi jam pelajaran hari berikutnya yang dimajukan. Sekali lagi, itu bisa terjadi kalau di jurusan IPS. Mungkin lho ya!

Sakit Jadi Sehat

Ketika melihat kerja guru yang cukup melelahkan seperti itu, sebenarnya bisa terjadi sebaliknya. Melihat keriangan anak-anak murid, celoteh mereka, tawa mereka, justru dapat menjadi obat tersendiri bagi seorang guru, lho!

Saya pun mengalami seperti itu. Penatnya kerja kantoran bukan sebagai guru dari Senin sampai Jum’at, lalu Sabtu bertemu dan mengajar murid-murid saya kelas X dan XI SMA, saya justru menemukan energi baru.

Saya jadi terasa muda kembali, meskipun sebetulnya ya memang masih muda kok. Definisi muda menurut Imam Nawawi rahimahullah adalah sampai 40 tahun. Nah, saya belum sampai 40 tahun, makanya berani merasa anak muda.

Selain itu, dunia pendidikan itu memang sangat dinamis. Menghadapi berbagai karakter murid yang dari tahun ke tahun berbeda bisa lebih mendewasakan guru yang memang sudah dewasa. Rasa stres pastilah ada, rasa sedih dan kecewa juga pasti ada, tetapi bahagia bisa juga ada kok. Tergantung dari guru tersebut dalam mengatur kelas.

Saya jadi ingat sebuah kalimat. Meskipun guru mungkin diberi honor kecil dan kurang cukup untuk membeli mobil Ferrari secara cash, tetapi sejatinya adalah dia seorang bos. Dia berwenang untuk memimpin dan mengatur satu kelas yang bisa terdiri dari 20 murid, 30, atau bahkan 40. Saat guru masuk kelas, para murid sedang menunggu. Mau dikasih pelajaran apa nih? Mau diberi materi apa nih?

Itulah hal yang melekat pada seorang guru. Dia adalah seorang pemimpin juga. Dan, yang lebih menarik lagi, tidak ada yang namanya mantan guru. Ketika mengajar murid yang masih SD atau SMP, saat murid-muridnya dewasa dan bertemu gurunya kembali, maka guru tersebut tetaplah gurunya. Mungkin akan disapa kalau bertemu di jalan.

Guru tersebut mungkin lupa, karena begitu banyak muridnya yang sudah lulus atau meninggalkannya. Namun, nama seorang guru akan selalu melekat di hati dan sanubari murid. Seperti contoh guru SMA saya. Namanya Pak Supoyo, guru olahraga. Ternyata bisa diartikan Suka Pendidikan Olahraga Yo!

Atau yang susah adalah pelajaran Kimia. Namanya Pak Sukarsidi. Teman saya memberikan tambahan namanya menjadi Sukarsidi Mengerti alias Sukar Sih Dimengerti.

Kesehatan yang Mana?

Fisik yang sehat mesti ada pada guru. Namun, masih ada lagi kesehatan yang tidak kalah pentingnya, yaitu: kesehatan jiwa. Menurut definisi yang ada, stres adalah gangguan jiwa paling ringan. Kalau guru stres, pada dasarnya guru tersebut sedang mengalami gangguan jiwa, meskipun kecil.

Guru perlu menjaga kewarasannya dan kesehatan hati, jiwa, atau pikirannya. Mungkin pernah dengar ada guru yang mengamuk di kelas. Rupanya, masalah di rumah terbawa sampai ke sekolah. Murid-muridnya yang tidak bersalah kena semprot juga. Meja belajar pun jadi korban. Pohon di samping kelas? Eh, rupanya telah berbuah. Yah, tidak ada hubungannya.

Seorang guru yang stres akan terlihat dari raut muka yang kaku seperti rautan pensil. Saya pernah mendapati guru yang seperti itu. Guru SD yang sudah meninggal. Beliau pernah marah ketika menulis di papan tulis, lalu melemparkan penghapus ke papan tulis kapur sambil memutar badannya. Kami para murid tentu saja kaget bin terkejut. Akhirnya, kami pun jadi takut.

Guru yang sedang sakit pikiran maupun jiwanya dalam taraf ringan perlu hati-hati saat mengajar. Sebab, pada dasarnya, mengajar itu butuh kegembiraan. Butuh kesegaran. Butuh hal-hal yang menyenangkan bagi seluruh penghuni kelas.

Kalau ada guru yang sedang sakit jiwa, lalu dia mengamuk dan marah-marah tidak jelas, maka jangan disalahkan bila ada murid memberi julukan “guru killer”.

Namun, sebaliknya, guru yang banyak senyum, suka melucu, memandang ke arah murid dengan penuh rasa sayang, maka itulah saya, eh, maksudnya guru yang semoga jadi kebaikan.

Bagaimanapun, guru menghadapi manusia juga. Kalau marah ke komputer tinggal dibanting. Marah ke HP karena chat tidak pernah dibalas, walah, juga tinggal dibanting. Bosan dengan siaran televisi atau kalah pertandingan bola, tinggal dibanting juga. Lho, Mas, kok sarannya dibanting semua? Ya, tidak apa-apa toh, kan bukan punya saya juga!

Yuk, berusaha jadi guru yang sehat, lahir dan batin, minal aidin wal faidzin. Saya teringat sebuah kalimat dari seorang motivator, “Tidak ada rasa marah seandainya tidak kita izinkan.”

Ya, rasa stres, marah, atau kecewa itu ada karena kita sendiri yang menghendakinya. Karena kita sendiri yang membuka jalannya. Jika demikian halnya, maka rasa gembira pun akan muncul bila kita memang mau. Pertanyaannya, mau apa tidak menjadi gembira? Masa harus minum dulu soda gembira?

pantun-bale

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

14 Comments

  1. Masya Allah..jadi pemuda itu sampai umur 40 tahun ya Pak… pak Rizky banyak melucu. Ketawa aja. Pasti awet muda nih.. hehe

  2. Mengizinkan diri untuk berbahagia, jangan mengizinkan diri untuk marah-marah. Salam sehat dan bahagia selalu.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.