Melebihi Batas Maksimal Diri Sendiri

Melebihi Batas Maksimal Diri Sendiri

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pernah mendengar kisah tentang seseorang yang melebihi batas maksimal diri sendiri? Berikut saya ulas buat kamu semua.

Kalau bicara tentang melebihi batas maksimal diri sendiri, maka mungkin akan dianggap manusia super. Tapi, jangan disamakan dengan orang yang hobinya makan Supermie, lho!

Keadaan Genting

keadaan-genting-melebihi-batas-maksimal-diri-sendiri

Saya mendengar cerita nyata orang yang melebihi batas maksimal diri sendiri ketika masih SMP. Waktu itu, jelas saya masih amit-amit, tetapi tidak usah diteruskan jadi amit-amit jabang bayi. Yah, karena saya bukan lagi bayi.

Guru SMP waktu itu, muatan lokal elektronika, namanya Pak Edi. Nama lengkapnya saya lupa. Mungkin di sini ada yang ingat nama lengkapnya?

Beliau bercerita pernah terjadi kejadian yang hampir saja mengakibatkan kebakaran di sekolah. Mungkin ada semacam konslet semacam itulah.

Lalu, apa yang dilakukannya?

Beliau dengan kedua tangan kosong, langsung memutuskan kabel. Padahal, secara wajar, akan sangat susah memutuskan kabel tersebut tanpa alat bantu.

Namun, karena keadaan genting seperti subjudul di atas, kabel itu terpotong begitu saja. Luar biasa bukan?

Dan, itulah karena kepepet dan darurat, kemampuan di luar batas kewajaran bisa muncul. Kita pun bisa begitu sebenarnya. Maksudnya, tidak harus potong kabel juga.

Dikejar Anjing

dikejar-anjing-melebihi-batas-maksimal-diri-sendiri

Sepertinya saya juga pernah mendengar cerita ada orang yang dikejar anjing galak. Orang itu terpojok karena di depannya pagar tinggi, kira-kira dua meter.

Oleh karena sangat ketakutan, ditambah dengan adrenalin yang terpicu deras, orang tersebut berhasil melewati pagar yang tinggi luar biasa itu.

Sementara sang anjing sendiri, waduh terlalu sopan ini, maksudnya si anjing itu sendiri terbengong-bengong, ada orang bisa lompat pagar setinggi dua meter.

Dalam Resume Ini

Untuk tulisan ini, dari banyak resume yang saya tulis, dalam pelatihan atau belajar menulis bersama Om Jay dan PB PGRI, saya diajarkan tentang yang namanya ekspektasi.

Narasumber yang dihadirkan adalah Jamila K. Baderan, M.Pd. Beliau adalah guru di SD Negeri No. 30, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo.

Lahir di Sidodadi, 14 Juni 1978. Beliau sebagai istri dari Amir Hamzah, S.P. Alhamdulillah, sudah dikaruniai 3 putri dan 1 putra. Mantap.

Sebagai seorang guru yang suka dunia menulis, Jamila K. Baderan berhasil menerima tantangan dari Prof. Eko Indrajit untuk menulis buku dalam waktu seminggu atau sepekan.

Jamila menerima tantangan itu padahal sebelumnya merasa ragu, apakah bisa menyelesaikannya dalam waktu yang sempit itu?

Berkat nekat, niat, tekad dan konsistensi, ternyata berhasil juga. Lalu, bagaimana tips menulis menurut Jamila?

  1. Ketika ingin menulis, maka tuliskan saja.
  2. Menulis yang baik itu apa adanya, hilangkan beban dan tekanan.
  3. Kegiatan menulis perlu dijadikan sebagai suatu kebutuhan.
  4. Kalau sudah mulai menulis, maka selesaikan, tuntaskan. Editing itu urusan belakangan.
  5. Menulis dalam waktu cepat.
  6. Tulislah saja, tidak perlu terlalu risau dengan baik dan buruknya.

Enam poin tersebut, tidak akan saya ulas lebih dalam, karena dalam tulisan ini adalah tentang melebihi batas maksimal diri sendiri.

Belajar dari Seorang Pengusaha

chairul-tanjung-melebihi-batas-maksimal-diri-sendiri

Dalam tulisan ini, saya tambahkan lagi tentang melebihi batas maksimal diri sendiri. Kali ini kita akan belajar dari seorang pengusaha cukup sukses di negeri ini, Chairul Tanjung.

Kita tahu, beliau termasuk taipan muslim Indonesia. Memiliki banyak perusahaan, seperti: Trans TV, Trans Studio, Bandung Super Mall, Trans 7, Carrefour Indonesia, Bank Mega, Bank Mega Syariah, dan lain sebagainya.

Kekayaannya konon mencapai 18 triliun rupiah. Sangat besar bukan? Jelang dos, eh, jelas dong!

Apa kunci beliau menjadi seperti itu? Ternyata, memang benar, hasil tidak akan pernah mengkhianati usaha.

Beliau sering begadang malam. Pada awal pendirian perusahaannya, rapat sampai tengah malam. Ketika memulai mendirikan Bank Mega, beliau rapat di kantor jam dua pagi.

Pada pagi harinya, beliau sudah ada urusan lain lagi. Begitu seterusnya, selama kurang lebih 30 tahun, waktu kerja yang luar biasa dan betul-betul di luar kebiasaan kerja orang pada umumnya.

Hasilnya, beliau berhasil mendirikan aneka perusahaan. Bahkan, beliau mengaku tidak tahu lagi berapa banyak perusahaannya, karena hampir semua sudah dikelola oleh para profesional.

Yah, meskipun usaha beliau juga banyak yang berkecimpung dengan riba besar, tetapi semangatnya saja untuk menjadi orang sukses yang kita ambil.

Hal itu mirip dengan pelatihan menulis pada Rabu (11/11) bersama Jamila K. Baderan, M.Pd. Menyelesaikan buku dalam waktu seminggu itu menurut saya memang luar biasa!

Biasanya, butuh waktu dua hingga tiga bulan agar satu buku selesai. Namun, begitulah, jika sudah ada tekad yang kuat, usaha yang maksimal, hasil pun fenomenal.

Kesimpulan

Melebihi batas maksimal diri sendiri memang harus memperhatikan faktor lain. Misalnya: kesehatan dan keluarga.

Sebab, ketika diri ini diforsir untuk mengejar target, maka tubuh yang tidak kuat akan limbung juga. Oleh karena itu, perlu persiapan yang matang dan luar biasa.

Namun, ketika niat sudah sangat kuat, dan memang harus begitu, melebihi batas maksimal diri sendiri tetap bisa dilakukan.

Siapakah yang sebelumnya menetapkan batas maksimal itu? Bukankah diri kita sendiri? Ya ‘kan?

Nah, ketika kita tahu, bisa lebih daripada itu, maka batas maksimal jadi bergeser.

Kita bisa lihat dalam dunia mahasiswa. Belajar dengan sistem kebut semalam alias SKS masih banyak dilakukan. Padahal, itu melipat waktu belajar satu semester dalam semalam saja.

Wah, kalau itu ada faktor malasnya juga sih! Hehe…

Namun, yang kita bicarakan di sini adalah dalam konteks positif saja. Melebihi batas maksimal diri sendiri, jika dilakukan dengan niat yang benar, maka hasilnya Insya Allah akan sangat bermanfaat.

Kemampuan manusia bisa ditingkatkan. Sebab, yang tahu kemampuan itu adalah diri kita sendiri. Jika ternyata mampu, mengapa tidak?

Tidak hanya dalam urusan menulis, dalam hal apapun. Pekerjaan, belajar, bisnis atau hal positif lain, bisa dikerjakan melebihi batas maksimal diri sendiri.

Lakukan dan buktikan hasilnya!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

6 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.