Meja Bagus: Posisi Menentukan Prestasi

Meja Bagus: Posisi Menentukan Prestasi

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Membaca sebuah tulisan singkat dengan link: http://suyatibinyo.blogspot.com/2022/03/meja-bagus.html

Dalam tulisan tersebut seorang anak buru-buru untuk ke sekolah demi mendapatkan meja yang bagus. Dalam pikiran saya, meja yang bagus itu seperti apa? Apakah bahannya yang masih bagus, misalnya kayunya tidak lapuk? Atau posisinya yang bagus saat belajar di kelas? Tidak disebutkan di dalam tulisan.

Makanya, saya mencoba mengira-ngira, meskipun saya bukanlah Ira, apalagi Ira Koesno. Walah, jadul banget nama presenter TV yang satu ini!

Sebuah Motivasi untuk Kenyamanan

Kita belum bicara tentang meja, tetapi terlebih dahulu membahas baju. Bagi yang tidak suka pakai baju alias kemeja begitu, bolehlah membahas tentang kaos.

Dalam tren sekarang, kaos hanya mempunyai empat lubang. Cek sendiri di rumah. Kalau lebih dari itu, berarti kemungkinan ada tikus di dalam lemari, hiiii…

Tatkala memilih pakaian, biasanya orang dihadapkan pada dua alasan. Satu dari segi visual, satu lagi dari kenyamanan.

Orang yang memilih baju karena visual, cenderung memilih warna-warna yang mencolok. Contohnya: merah membara. Nah, jika orang merasa tidak tercolok dengan warna itu, kemungkinan colokan HP di rumahnya bermasalah. Lah, apa hubungannya coba?

Ada tipe orang yang berpakaian dengan pernak-pernik menarik. Tujuannya agar dilihat orang lain. Mungkin juga dengan memilih merek-merek mahal. Agar merasa bangga saat ditanya orang lain.

“Berapa ini harga bajunya? Kok bagus banget sih?”

“Oh, baju ini, Bu, cuma 30 juta, saya beli waktu di Singapore. Wah, murah banget!”

Merek memang menentukan prestise. Merek mahal, apalagi luar negeri cenderung akan menaikkan martabat pemakainya. Meskipun yah, sayang sekali, banyak pula merek palsu. Ah, masih mending merek palsu, daripada orangnya yang palsu. Hayo, pilih mana?

Faktor kedua dalam memilih baju adalah kenyamanan. Yang penting ukurannya pas, enak, tidak gerah, kainnya lembut, menyerap keringat, baik diri sendiri maupun orang lain (lho), sesuai dengan bentuk tubuh, dan lain sebagainya.

Untuk jenis baju ini, warna mungkin menjadi faktor kedua atau ketiga. Harga juga faktor berikutnya. Yang penting itu tadi nyaman, sambil makan Nyam-nyam, malah makanan anak kecil dikonsumsi.

Makanya, untuk orang jenis kedua ini, dia pede saja waktu mencari di pasar baju-baju bekas. Kan banyak tuh, pasar semacam itu, apalagi di kota-kota. Harganya cenderung miring.

Bukan berarti barunya Rp300.000,00, lalu jadi harga miring menjadi Rp30.000,00. Memang sih harganya miring, tetapi ‘kan tulisannya ikut miring.

Kalau saya, tidak mau memilih baju di pasar baju-baju bekas. Alasannya saya jijik saja, tidak sreg saja. Saya lebih suka memakai baju yang dibelikan orang lain. Nah, seperti itulah baju yang paling saya suka!

Baju dan Meja

Kaitannya dengan tulisan di blog yang saya kutip tentang meja, mungkin saja ada beberapa meja yang rusak di kelas tersebut.

Ada satu atau dua meja yang catnya masih mulus, kayunya masih halus, dan uji ketahanan pun lulus. Bisa jadi, meja itu tidak harus di depan. Mungkin di tengah, atau di belakang, asalkan jangan juga mejanya di luar kelas, apalagi di lapangan. Masa mau mengikuti pelajaran dari jarak 20 meter lebih?

Meja dan tentu saja kursi, ini menjadi satu paket, memang dapat berpengaruh terhadap prestasi seorang anak. Sebenarnya, jika mau lebih jelas mengikuti pelajaran, paling bagus meja di depan.

Pada shaf pertama dan kedua, itu lebih utama daripada yang di bagian belakang. Alasannya tentu saja jika di depan lebih bisa berkonsentrasi. Suara guru langsung didengarkan tanpa banyak gangguan. Tulisan guru di tembok, eh, papan tulis, juga lebih jelas terbaca.

Jadi, mengacu tulisan Bu Suyati, kita bisa mendapati bahwa motivasi anaknya untuk hadir di sekolah lebih pagi itu patut diacungi jempol. Hanya demi mendapatkan meja bagus, berusaha untuk menyelesaikan urusan di rumah secepat mungkin, lalu hadir di sekolah secepat mungkin juga.

Andaikan hadir siang, apalagi hadir pas sudah pulang sekolah, maka tidak akan mendapatkan meja bagus tersebut. Mendapatkan meja yang bagus memang perlu didukung orang tua. Asalkan meja bagus untuk murid lho ya! Sebab, dalam satu kelas, meja yang paling bagus tetaplah meja guru.

Ada taplaknya, vas bunga, tempat alat tulis, colokan, papan nama, beberapa tumpukan buku, map, gelas, piring, tisu dan tempatnya, sambal, dan kecap. Nah, lho, meja apaan tuh?

Satu lagi faktor yang menyegarkan di kelas adalah guru mempersilakan murid untuk duduk bebas. Waktu saya SMP, tidak begitu. Saya duduk dengan teman sebangku, sekarang sudah meninggal, dengan posisi yang itu-itu saja.

Barisan kedua dari kiri kalau dari sudut pandang guru dan urutan ketiga dari depan dan belakang. Pas di tengah.

Kalau kelas dibebaskan, maka murid-murid akan berburu kursi dan meja yang bagus. Mungkin meja yang dekat jendela agar lebih segar diterpa angin dari luar.

Mungkin meja yang dekat pintu, kalau bosan, mata langsung lihat keluar, apalagi melihat yang sedang berolahraga. Hus! Atau malah meja di paling belakang, yang membuat murid jadi tersembunyi tidur waktu pelajaran.

Apapun meja yang diinginkan oleh murid itu, janganlah sampai repot-repot membawa meja sendiri dari rumah. Kalau sudah pulang sekolah, meja itu dibawa lagi ke rumah. Ini jelas merepotkan.

Apalah arti sebuah meja bagus, jika tidak mampu membuat muridnya menjadi pintar? Ya ‘kan? Pada dasarnya, posisi menentukan prestasi. Artinya kalau posisinya di rangking 1, jelas anak tersebut berprestasi. Kan begitu juga maksudnya.

pantun-bale

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

2 Comments

  1. Mantab ulasanya Pak.. betul apalah artinya meja bagus jika rak mampu membuat siswa kita berprestasi. Semangat untuk bisa betikan motivasi untuk siswa kita.

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.