Membaca salah satu postingan Instagram dari seorang teman, tentang membahagiakan istri. Ada satu kuncinya. Apakah itu?
Perkara membahagiakan istri ini memang susah-susah tidak gampang, walah. Apalagi seorang istri yang notabene dan sering dikasih nota Indomaret juga itu, berbeda dengan suaminya yang notabene dan nota warung kopi juga, laki-laki. Perbedaan itu yang menyatukan keduanya dalam satu ikatan pernikahan yang samara. Itu samara yang artinya sakinah, mawaddah, warahmah, lho, bukan berarti sampai masuk neraka. Naudzubillah min dzalik.
Tentang perbedaan ini, saya tulis di status Facebook. Seperti ini bentuknya:
Saya menulis begitu karena teringat perkataan teman baik saya di Makassar. Bahwa setiap kita akan dipasangkan dengan orang yang berlawanan. Dia sendiri adalah orang yang pembersih. Sementara pasangannya tidak begitu. Ketika pasangannya mengambil baju, maka ditarik begitu saja, akhirnya jadi tidak rapi. Akhirnya diambil solusi, bahwa lemarinya harus pisah! Jangan jadi satu. Persoalan selesai, rumah tangga bisa diselamatkan.
Ketika Istri Tidak Bahagia
Ustadz Bendri Jaisyurrahman pernah mengatakan, apa yang terjadi ketika gagal membahagiakan istri? Berarti apa yang akan terjadi kalau istri tidak bahagia? Jawabannya adalah bisa menurun ke anak. Kemarahan atau kejengkelan istri bisa diluapkan ke anak. Ini yang berat, karena anak masih kecil, tetapi menerima luapan amarah yang luar biasa dari ibunya.
Selain itu, yang lebih rawan lagi adalah ke media sosial. Tumpahan ketidakbahagiaan istri ditulis begitu saja lewat Facebook, atau ke Instagram dengan mencari gambar yang cocok. Bisa juga fotonya yang tampak sedang tidak bahagia.
Kalau sudah masuk di ranah medsos, maka siap-siap saja persoalan akan menjadi persialan. Orang umum jadi ikut mengomentari. Sembarang saja komentar mereka. Orang yang lain, mungkin saja akan nyelonong masuk, lalu tampil seakan-akan pahlawan kesiangan.
Mulailah chat-chat yang basa-basi, berujung ke tanya kehidupan sehari-hari, berlanjut saling panggil sayang, hingga terjadi perselingkuhan yang dirasakan nikmat banget! Semuanya dimulai dari Facebook, lanjut ke Messenger, eh itu juga Facebook ding, sampai ke Whatsapp dan Telegram. Khusus untuk Telegram ini, bisa menghapus di kedua belah pihak. Kita bisa hapus isi chat lawan bicara, begitu pula sebaliknya.
Kuncinya Adalah…
Apa sih cara yang terbaik untuk membahagiakan istri? Ternyata kuncinya adalah sederhana. Apakah dari orang tua si istri? Atau mertua si suami? Eh, itu sama saja ya? Apakah dari keluarga besarnya? Atau dari kucing tetangga? Ini lebih parah lagi, karena suka curi ikan di meja makan.
Well, well, well, kuncinya adalah di suami itu sendiri. Dialah pihak yang mesti membahagiakan istri. Menjadi kebahagiaan istri menjadi salah satu tujuan utamanya dalam berumah tangga.
Bagaimana cara membahagiakan istri? Jelas jawabannya berbeda-beda. Karena karakter istri juga berbeda-beda bukan? Yang lebih tahu adalah suaminya.
Ada yang istrinya bahagia dengan sering diajak ke pantai, langsung ditenggelamkan. Waduh, sadis banget! Ada yang diajak makan di restoran yang romantis. Pakai candle night dinner. Ternyata setelah dicek, pas restorannya sedang mati lampu. Ohh, pantas cuma pakai lilin.
Ada juga yang diajak olahraga. Nah, ini perlu juga. Agar suami dan istri sama-sama sehat. Jangan dikira nanti-nanti sajalah menjaga kesehatan. Sekarang saja, mumpung masih muda, masih kuat. Nanti dipetik hasilnya di masa tua. Sipp, lah.
Selain Itu
Lho, ada lagi yang lain? Ada istri lain? Hem, bukan begitu maksudnya. Yang dimaksud di sini adalah agar bisa membahagiakan istri, harus ada kesabaran dari seorang suami. Sifat perempuan memang susah ditebak. Pagi ini senyum manis, siangnya senyum sadis. Kemarin dikasih 1 juta rupiah masih senyum, sekarang dikasih 2 juta kok malah manyun?
Menanggapi hal semacam itu, suami tetap harus bersabar dalam usaha untuk membahagiakan istri. Berumah tangga itu adalah ibadah yang paling lama dalam kehidupan seseorang. Jika tidak mengandalkan kesabaran, niscaya pasti rumah tangga itu akan hancur, sehancur-hancurnya.
Suami punya badan yang kuat. Fisik yang kuat. Hal itu akan lebih bagus lagi jika ditambahi kuat dalam menahan emosi. Kuat dalam menghadapi istri. Dan, kuat dalam usaha terus untuk membahagiakan istri.
Semoga kita yang menjadi suami tetap berusaha untuk membahagiakan istri ya! Lalu, kalau istri bahagia, yang membahagiakan suami siapa? Ah, jika istri bahagia, masa suaminya tidak ikut bahagia sih? Ya ‘kan?
Ditunggu komentar kamu untuk tulisan saya ini ya! Siapa tahu dengan komentarmu, bisa bermanfaat banyak buat orang lain.
Semoga tiap istri dibahagiakan oleh suaminya (walau bahasa kasihnya berbeda).