Pernah tidak kamu terpikir mau keluar dari grup WA? Sebenarnya, sebelum melakukan itu, apa dulu niatnya? Terus, bagaimana cara keluar dari grup WA tersebut juga? Kalau bisa sih, tanpa diketahui siapapun! Hey, segitunya!
Ketika kamu sedang mencari di Google tentang Whatsapp, maka yang muncul adalah Whatsapp yang tidak bisa diakses lagi oleh merek-merek ponsel berikut ini. Tentang penggunanya, mungkin boleh juga kamu hitung sendiri. Waduh, banyak juga pastinya! Namun, yang jelas, ada satu kenyataan, bahwa setiap pengguna Whatsapp pastilah tergabung dalam grup, minimal satu, maksimal tak terhingga mungkin.
Alasan Bikin Grup Whatsapp
- Alasan Serius
Setiap grup yang dibuat di Whatsapp, pastilah mesti ada tujuannya dulu. Tujuan itu bisa serius, bisa juga tidak. Yang serius misalnya, grup panitia mau bikin kegiatan. Ketua panitia, sekretaris, bendahara dan seksi-seksi yang lain, masuk di grup tersebut. Namanya ya ditentukan sendiri, lah, masa harus saya yang kasih nama?! Hehe…
Kok perlu sih dibikin grup WA segala? Memang, biasanya panitia membentuk rapat atau musyawarah (istilah dakwahnya itu) adalah untuk mengkonsolidasikan arahan maupun petunjuk demi berhasilnya sebuah kegiatan. Kalau cuma rapat yang dibikin satu waktu, bisa sore atau malam hari, mungkin belum tuntas. Atau ada hal-hal yang lain yang perlu diomongkan di luar rapat tersebut.
Baca Juga: Perlu Cara Cerdas Pakai Media Sosial, Karena Sejatinya Kita Memang Cerdas
Bisa jadi, ada beberapa panitia yang malu mengungkapkan pendapatnya di depan umum. Malu bicara. Malu kedengaran suaranya. Bisa jadi karena suaranya cempreng atau malah medok, seperti suara saya. Orang seperti itu, akan lebih bagus mungkin ketika menyampaikan pendapat atau usulnya lewat grup WA. Yang masalah itu sebenarnya, sudah tidak pernah bicara di rapat, juga tidak ada pendapatnya sama sekali di grup. Hem…
Adanya grup WA panitia tersebut, membuat persiapan acara atau kegiatan jadi lebih dinamis. Misalnya, ada satu masalah mendadak, pembicaranya tidak bisa hadir tiba-tiba, karena mencret misalnya (wah, kayak siapa itu ya, hehe), maka harus segera dicari solusinya. Entah itu pembicara lain dari luar daerah, atau dari lokal sendiri. Yang penting ada pembicara, narasumber atau apalah itu namanya.
Atau, tiba-tiba ada anggota yang tidak bisa melaksanakan tugasnya. Padahal dia koordinator. Ini juga harus cepat ditangani agar persiapan tetap bisa dijalankan dengan maksimal. Dan, butuh kecepatan dan daya pikir yang melesat bagi seorang ketua panitia menghadapi yang seperti ini.
Untuk alasan serius yang lain orang kok bikin grup WA adalah demi tujuan pendidikan. Contohnya, grup antara dosen dengan mahasiswanya. Katakanlah, satu orang dosen pembimbing harus menangani beberapa orang mahasiswa. Maka, dibuat grup agar lebih mudah koordinasi. Mungkin untuk urusan jadwal konsultasi skripsi. Kan sering itu dosen menangani skripsi dan tesis sekaligus. Kalau tidak ada grup begitu, bisa bertabrakan waktunya. Berarti jam tangannya yang bertabrakan ya…? Halah…
- Alasan Tidak Serius
Lain serius, lain juga yang tidak serius. Kalau grup WA yang satu ini, boleh jadi diisi oleh emak-emak yang rajin menggosip. Mungkin satu kelompok arisan. Menentukan tempat arisan berikutnya, bagaimana konsumsinya, siapa yang belum bayar dan lain-lain, dalam satu grup WA memang bermanfaat. Pas tidak bahas itu, justru bisa merambah ke hal lain. Misalnya, Nia Ramadhani yang tidak bisa mengupas durian. Wah, ini sudah ada beritanya?!
Karena grup yang tidak serius, maka maklum saja isinya bercanda-canda semua. Atau, atau, ya, ini termasuk tidak serius, adalah orang yang pacaran. Mereka berdua membentuk satu grup WA. Isinya dua orang saja, tapi seolah-olah banyak orang dan yang lain cuma jadi obat nyamuk. Aneh ya? Padahal hubungannya tidak serius juga, makanya wajar jika grupnya juga tidak serius! Uhuk!
Yang jelas, mau serius atau tidak, coba cek WA kamu, pastilah ada satu atau dua grup yang kamu gabung di dalamnya. Sebelum bahas cara keluar dari grup WA, simak dulu dong, beberapa jenis pengguna WA di grup.
Tiga Jenis Ashabul Grup Whatsapp
Menurut peribahasa, kepala boleh hitam, pendapat boleh berbeda. Hem, pendapat itu memang berasal dari pikiran yang ada di dalam kepala. Bukan karena jumlah ketombe atau frekuensi pakai sampo. Berapa kecretan sampo yang dipakai atau isi sampo yang dituangkan di tangan, itu juga tidak terlalu berpengaruh.
Sesuai yang saya ketahui dari pengguna grup Whatsapp, memang ada tiga jenis orang. Pertama, aktif chatting di grup. Namanya orang aktif, dia bisa chat tanya kabar misalnya, bagaimana kegiatan besok, bagaimana rencana atau hasil dari rapat kemarin dan bagaimana-bagaimana lainnya. Kadang, diselingi juga dengan humor recehan lainnya. Atau sebar link website lain, atau malah hoax juga ikut disebar. Hadeh…
Kedua, seperlunya saja merespon, itupun jika ditag misalnya. Atau disasar langsung dari orang lain. Orang macam begini sebenarnya pendiam, tetapi akan bereaksi ketika butuh jawaban dari dia atau tanggapan.
Dan yang ketiga adalah orang yang sama sekali cuek bebek dengan isi dari grup WA tersebut. Dia cuma membaca sekilas dari isi grup itu, kadang juga tidak. Lebih sering tombol back yang ditekan dan membiarkan sendiri grup itu berjalan tanpa pembacaan dari dia. Orang yang begini juga jangan terlalu disalahkan, karena karakternya memang begitu. Dia malas mikir, malas berpendapat, dan sebenarnya juga malas ada di situ lho!
Pertanyaannya sekarang, kamu yang tipe mana ya? Hehehe…
Ketika Muncul Masalah di Grup Whatsapp
Dunia ini memang penuh dengan masalah. Tapi ingat, penuh juga dengan solusi atau pemecahannya. Termasuk dalam hal ini adalah masalah di grup Whatsapp. Terus, ada yang menempuh jalan dengan cara keluar dari grup WA itu? Apakah itu sebuah solusi? Tunggu dulu ya, Bambang…
Apa sih yang biasanya menjadi masalah? Kalau saya sih, melihatnya dari kenyataan yang ada adalah DICUEKIN! Contohnya, ada satu anggota grup yang tanya sesuatu. Penting lho padahal. Eh, tidak ada yang jawab, apalagi respon. Jawab dengan kalimat atau satu dua kata. Respon dengan like atau emoticon lainnya. Bikin sebel ‘kan? Bikin makan ati ‘kan? Jelang dos, eh, jelas dong!
Jika terjadi dalam satu atau dua kali, maka masih bisa dimaklumi bagi si korban, tapi bagaimana jika sering? Bukankah korban itu juga anggota dari grup itu? Lah terus, kok dicuekin begitu ya? Apakah karena dirasa perannya tidak penting sama sekali? Apakah karena dia dianggap anak kemarin sore? Hebat ya? Baru lahir kemarin sore, tapi sudah pintar main WA? Jangan heran lho, bahkan balita pun sudah pintar! Bener ‘kan?
Baca Juga: Fenomena Anak Kecanduan Game Online
Selain dicuekin atau dianggap angin lalu chat dari orang di grup itu, juga karena ada konflik dengan anggota lainnya. Ini bisa terjadi karena salah miskomunikasi saja. Eh, kok bahasanya salah miskomunikasi sih? Yang bener adalah salah komunikasi atau miskomunikasi. Nah, ini baru bener! Silakan dihapus sendiri ya yang salah barusan. Hehe…
Solusinya?
Bagi orang yang agak berpikiran pendek, maka langkah yang akan diambil adalah ke luar saja dari grup tersebut! Toh, buat apa gabung di dalamnya, kalau terus dicuekin. Seakan-akan, adanya kita atau tidak, sama saja. Malah, lebih bagus tidak ada sekalian. Ke luar saja, lebih ringan bagi HP, apalagi jika HP kita harganya murah dan teknologi rendah. Auuu…
Namun, solusi yang lebih tepat sebenarnya, dipikirkan lagi, matang-matang, jangan juga sampai gosong Gan karena terlalu matang! Pikirkan baik-baik, saat mau dan akan mengambil cara keluar dari grup itu. Resikonya ketika ke luar, info-info penting dari grup Whatsapp itu tidak akan kita dapatkan lagi. Kecuali, ada salah anggotanya yang meneruskan ke kita. Nah, itu baru kita tahu. Tapi, percakapan di dalamnya seputar info jelas juga tidak bisa kita baca. Kecuali, kita pinjam HP teman yang masih gabung. Hem, cukup repot ‘kan?
Jadi, bagaimana dong, kalau dicuekin terus? Masa tidak ke luar sih? Dalam pencarian Google, cukup banyak cara ke luar dari grup Whatsapp tanpa ketahuan dan lain sebagainya. Bahkan, ada pula usaha atau jasa merangkai kata yang bisa membuat kata-kata perpisahan saat mau ke luar dari grup WA. Ada-ada saja ya? Mau ke luar, ya, tinggal ke luar. Pakai kata-kata maaf HP lemot, HP hang, terlalu banyak memori, tidak lagi punya pulsa dan lain-lain.
Orang lain akan mengerti kalau kita mengungkapkan dengan alasan. Ini menurut sebuah penelitian, ada orang mengantri mau fotokopi. Saya pernah baca ini di sebuah buku, kalau tidak salah, yang tulis adalah Tung Desem Waringin. Orang-orang yang mau fotokopi kan cukup banyak orang, maka mesti dilayani satu persatu.
Ada orang yang mau fotokopi dengan alasan, “Permisi, saya mau fotokopi karena buru-buru!”, “Saya mau fotokopi karena mau ada urusan lain!”, bahkan dengan alasan “Maaf, saya ke sini karena mau fotokopi”, semua kalimat tersebut masih bisa dimaklumi, lho! Yang penting ada kata “karena, alasannya, sebab” dan sebagainya.
Introspeksi
Ketika kita mau ke luar dari grup WA, coba ingat-ingat dulu kelakuan kita sendiri. Apakah kita juga sering menanggapi chat atau postingan anggota lain? Jangan-jangan kita sendiri juga cuek dengan orang lain? Jadi, ketika kita chat, maka boleh jadi, wajar saja yang lain juga tidak ada tanggapan apa-apa.
Lalu, bagaimana dengan admin? Bukankah dia harus menanggapi setiap yang ada di grup yang dipimpinnya itu? Oh, ini juga belum tentu. Namanya admin, bisa jadi dia hanya tahu bikin grup saja, tapi pengelolaannya tidak bisa sama sekali. Atau biar keren saja dia jadi admin, padahal juga cuek dengan setiap anggotanya.
Kalau sudah begitu, maka jangan selalu andalkan admin. Karena belum tentu admin juga pandai menjawab pertanyaan atau chat yang masuk. Boleh jadi dia sibuk, urusan lain, ada masalah rumah tangganya, galau pengin nambah istri lagi atau alasan lain. Berprasangka positiflah.
Kesimpulan: Mau Ke Luar Atau Tidak?
Terserah kamu saja, mau ke luar atau tidak. Namun, jika dirasa manfaatnya kurang dan lebih banyak nganggurnya, maka ke luar saja. Itu lebih baik. Atau di grup itu, campur laki-laki dan perempuan. Mungkin saja, postingan kita dengan niat untuk caper alias cari perhatian, apalagi di situ ada juga yang belum menikah, ketika dicuekin, eh, kita jadi baper. Terus, ke luar deh!
Meskipun kita ikut banyak grup di Whatsapp, ada yang memang sepi banget melebihi kuburan. Ke luar sayang, tidak ke luar garing. Maka, solusinya? Boleh jawab di komentar saja ya, bagi pengalaman kamu menghadapi grup Whatsapp yang pernah kamu ikuti sampai sekarang.