Buku-buku yang Menginspirasiku

Buku-buku yang Menginspirasiku

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Ketika saya menulis ini, memang menjelang tengah malam. Kok ada tengah malam ya? Terus samping malam dan depan malam ke mana dong?

Sebenarnya, saya tadi tidak mau mengikuti tantangan menulis ini. Soalnya, masih ada juga pekerjaan lain, masih sama sih tentang tulis-menulis. Dan, sama sekali berbeda dengan batik tulis lho ya!

Waktu di jam tangan saya yang cuma seharga seratus ribu rupiah adalah 11.55 WITA. Ingat, itu WITA, bukan WATI, apalagi RETNO. Yang dihitung waktu dalam tantangan Kamis Menulis adalah WIB. Itu jelas artinya Waktu Indonesia Barat, bukan Wajahmu Imut Banget, halah..

Tentang Buku

Kita tahu, buku adalah jendela dunia. Pertanyaan selanjutnya adalah kalau buku adalah jendela dunia, lalu di mana pintunya? Ada jendela kok tidak ada pintu? Sedangkan kalau ada pintu, tetapi tidak ada jendela, pastilah itu pintu kulkas!

Jika ingin jadi orang cerdas, memang harus banyak membaca buku. Apa saja buku yang bisa dibaca? Ya, sebenarnya apa saja bisa dibaca, asalkan syaratnya cuma satu, yaitu: ada tulisannya! Jangan buku kosong kamu baca, buat apa juga?

Saya sendiri menyukai buku sejak SD. Yang saya baca waktu itu adalah buku-buku bapak saya. Tidak ada keterangannya, buku-bukunya tidak boleh dibaca anak SD. Sebab, buku-buku tersebut seputar psikologi. Rupanya, saya sedari dulu suka dengan psikologi. Alhamdulillah, tidak sampai menjadi psikopat.

Buku Spesial

Bagi saya, di antara buku-buku yang pernah saya baca, pastilah ada yang berkesan. Oh, tentu saja, ada memang buku yang menjadi favorit saya.

Contohnya: novel Ayat-ayat Cinta yang pertama karangan Habiburrahman el Shirazy. Buku tersebut saya baca sampai 6 kali kalau saya tidak salah menghitung. Asyik sekali isinya, detail sekali deskripsi tempatnya, kuat penokohannya, dan menjadi inspirasi yang luar biasa bagi saya. Maksudnya, inspirasi untuk seperti tokoh utama Fahri, bukan untuk menjadi unta, meskipun di Mesir sana tempat lokasi cerita novel itu banyak unta.

Bagi saya, buku-buku yang menginspirasi memang lebih banyak ke karya fiksi. Ya, novel itu tadi. Saya punya 20-an novel Tere Liye. Pengarang yang satu ini memang luar biasa imajinasinya. Ada saja bahan cerita untuk novelnya. Dari hal-hal yang sederhana dan jarang dipikirkan manusia, apalagi hewan, apalagi tumbuhan, tetapi mampu menjadi cerita yang kuat dan dahsyat!

Tiap ada bukunya yang baru, saya berusaha untuk membelinya. Tentunya yang original dong! Saya pernah mencoba membeli yang bajakan di marketplace, tetapi sangat menyesal. Bukunya jelek, tampak seperti fotokopian, tidak nyaman dibaca, dan satu lagi, saya merasa bersalah kepada penulis dan penerbitnya. Mereka sudah memproduksi sebuah buku secara legal dan halal, lha kok dibajak dengan nakal?

Buku lain yang menginspirasi saya adalah buku tabungan! Lho, kok buku tabungan, Mas? Oh, ya, jelas, meskipun buku tersebut tipis dan mungil bentuknya, tetapi isinya menyimpan berjuta kisah.

Isinya tentang perjuangan saya sebagai suami dan kepala keluarga dalam mencari nafkah plus memberi nafkah. Ketika di awal bulan, langsung seperti orang kaya. Namun, tanggal-tanggal berikutnya, mulai tergerus sedikit demi sedikit, sampai akhirnya cukup mepet.

Bulan lalu, saya sampai menguras uang sampai ke basement dompet dan buku tabungan. Kebutuhan memang sangat tinggi, sementara pemasukan memang sih ada peningkatan, tetapi tetap kurang banyak. Ya, sudah, Alhamdulillah berhasil teratasi. Bulan ini semoga lebih baik.

Buku kedua yang menginspirasi saya adalah buku nikah! Meskipun ini tipis dan mungil seperti buku tabungan tadi, tetapi isinya juga banyak. Yang paling utama adalah kisah cinta antara aku dan istriku sendiri. Dari awal menikah di tahun 2011 sampai sekarang, Alhamdulillah, masih bertahan. Pastilah ada konflik, baik besar maupun kecil. Namun, menurut Ustadz Salim A. Fillah, konflik itu sementara, sedangkan hubungan kita selamanya! Cieh, cieh, oke deh..

Jika diibaratkan film, maka buku tabungan mungkin lebih pas berakhir dengan sad ending. Sedangkan buku nikah adalah happy ending. Keduanya pun menjadi kolaborasi dan persekongkolan yang indah untuk mengisi kehidupan saya, bersama istri dan anak-anak saya.

kamis-menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

5 Comments

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.