Blokir adalah Cara Terbaik Tanpa Banyak Pikir!

Blokir adalah Cara Terbaik Tanpa Banyak Pikir!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Pakar parenting, Ustadz Bendri, pernah mengatakan bahwa generasi sekarang itu cenderung berpikir sempit. Apa-apa, kalau ada masalah sedikit saja, main blokir. Apakah itu selalu benar?

Blokir adalah mekanisme sistem yang memang disediakan oleh media sosial kita. Ketika kita berteman, diikuti, atau ada followers yang menyebalkan, maka blokir bisa kita lakukan. Dan, itu sah-sah saja, karena memang sudah ada fiturnya. Dan, itu juga hak kita sebagai pemakai media sosial tersebut.

Saya teringat, kalau tidak salah di Facebook, jika ada postingan yang cenderung tidak suka dengan kita, tidak usah terlalu ditanggapi. Cukup dengan diblokir saja. Maka, postingan tersebut akan hilang dan tidak akan terbaca lagi, kecuali kita yang buka blokirnya, lho!

Tidak hanya di media sosial, dalam aplikasi chat kita, semacam Whatsapp dan Telegram, blokir juga bisa dilakukan. Ini biasanya jika ada seseorang yang menawarkan sesuatu, katakanlah peluang kerja abal-abal, maka blokir saja orang tersebut. Kita memang tidak kenal dengan dia dan tidak mau ada urusan dengan dia. Maka putus komunikasi adalah hal yang terbaik.

Menghadapi Pembenci

blokir-3
Foto oleh Markus Winkler dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/kayu-penulisan-tipografi-ubin-19783686/

Tahu ‘kan orang yang paling mulia di dunia ini? Yap, beliau adalah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam. Orang yang sudah diangkat derajatnya sangat tinggi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sudah dijamin surga Firdaus, dosa, kalaupun ada, sudah diampuni oleh Allah. Syafaatnya ditunggu oleh umatnya di hari akhir nanti. Syafaatnya akan menolong orang-orang yang memang pantas untuk ditolong.

Meskipun derajatnya paling mulia di dunia dan akhirat, nyatanya beliau tetap ada yang benci. Beliau tetap ada musuhnya. Bahkan pamannya sendiri, keluarganya sendiri, menjadi musuh besar beliau. Hal ini menandakan bahwa dakwah itu memang mendatangkan tantangan yang berat, paling berat justru dari keluarga sendiri.

Nah, orang semulia beliau ada musuhnya, apalagi kita yang bukan nabi, bukan rasul, tidak dijamin surga, belum dijamin diampuni dosa-dosa. Kita yang manusia biasa, bergelimang kesalahan dan maksiat, pastilah ada musuhnya. Pastilah ada yang tidak suka dengan kita. Mau sebaik dan sebagus apapun kita, pasti ada orang yang iri, bahkan anan. Hah? Ada iri, ada juga anan, hehe.

Makanya, tidak usah terlalu digubris. Tidak perlu terlalu dipedulikan. Ketika ada orang yang tidak suka, dengan diri, sifat, dan perbuatan kita, selama kita benar, maka hal itu adalah bagian dari dinamika kehidupan. Bahkan, terhadap orang yang pernah menjadi teman dan sahabat kita, bisa kok sekarang jadi musuh kita. Bisa kok jadi orang yang paling benci dengan kita.

Hati kita adalah milik Allah dan senantiasa dibolak-balikkan oleh-Nya. Wajar jika orang yang tampak baik di mata kita, pada besok-besok hari menjadi orang yang paling buruk bagi kita. Sebaliknya, orang yang tampak buruk di mata kita, eh, ternyata sekarang jadi teman baik kita, sahabat kita.

Diblokir, Tanpa Banyak Pikir

blokir-1
Sumber: Foto oleh cottonbro studio: https://www.pexels.com/id-id/foto/pengusaha-pria-tangan-iphone-5083010/

Mungkin kita pernah melakukan kesalahan terhadap orang lain. Kita juga pernah mengakui kesalahan tersebut. Kita berusaha menghindar dan tidak mau lagi berbuat yang sama. Mencoba untuk membuka lembaran baru dalam kehidupan kita.

Namun, belum tentu hal tersebut akan berhenti. Bisa saja, kita akan terus dikejar oleh orang tersebut agar kita terpancing untuk melakukan kesalahan yang sama. Sebenarnya, kesalahan tersebut memang bukan murni dari diri kita, melainkan justru dari orang tersebut, atau bahkan pasangannya. Akan tetapi, seakan-akan kita yang paling disalahkan. Kita yang paling menjadi pelakunya. Padahal, setiap perbuatan itu bisa ada dua sisi.

Kalau sudah begitu, kalau sudah menjengkelkan begitu, maka tidak ada yang lain, blokir saja. Apalagi orang tersebut sudah tidak ada lagi niat baik. Dia terus mencari kesalahan kita, bahkan niat buruknya untuk menyebarkan kesalahan kita, maka jelas blokir lebih utama.

Jika orang tersebut mencoba untuk masuk, selanjutnya menjapri teman-teman kita melalui jalur media sosial, menyebarkan aib atau kesalahan kita, maka sebelum itu terjadi, blokirlah dengan cepat. Facebook sekarang sudah cukup canggih. Tidak hanya memblokir akun yang bersangkutan, tetapi akun-akun lain yang akan dibuat oleh orang tersebut. Begitu pula di Instagram. Jadi, kita akan lebih tenang, satu akun, dua akun, banyak akun, selama dari orang yang sama, maka akan terblokir juga!

Hidup kita ini indah, masih banyak yang mau dikerjakan. Masih banyak ibadah yang belum kita lakukan. Sholat kita masih belum sempurna. Puasa sunnah kita masih belum bisa konsisten. Sholat Tahajjud masih berat untuk dikerjakan tiap malam. Begitu banyak amal kebajikan yang menunggu untuk kita lakukan, di tengah waktu hidup kita yang terasa semakin sempit.

Saat kondisi begitu, muncul orang yang terus menggerogoti kehidupan kita, dia mungkin benci setengah mati, benci selamanya, maka blokir adalah jalan ninja terbaik. Tidak perlu risau dengan putusnya silaturahmi. Toh, silaturahmi itu lebih utama kepada keluarga kok. Kita berusaha menjalin hubungan yang baik dan tidak mau hubungan yang buruk, namun saat ada orang yang terus memburukkan kita, maka blokir betul-betul jalan terbaik. Sangat terbaik dan paling-paling terbaik!

Ketika kita membuat postingan di Facebook misalnya, lalu disetting untuk publik, ternyata dia muncul juga, maka itu adalah tanda kebodohannya. Rupanya, dia masih kepo dengan kehidupan kita, ahay! Masih mencari, mengincar, dan terus mengamati kehidupan kita untuk dicari keburukan-keburukan kita. Bukankah dia menjadi seburuk-buruknya makhluk? Yap, benar. Makanya, agar kita tidak terpancing menjadi orang yang buruk juga, hindari dengan memblokirnya.

Biarkan dia bergelut dengan kebencian terhadap kita setiap hari. Biarkan saja dia terus memendam dendam, terus merawat rasa tidak sukanya terhadap kita dan kita mah cuek aja. Masih banyak kok orang yang perlu kita sayangi dengan benar. Masih banyak orang miskin, anak yatim, orang terlantar yang membutuhkan cinta dan perhatian kita. Kalau hal itu memang nyata adanya, kenapa kita pusing dengan tingkah laku satu orang yang terus membenci kita? Kenapa kita risau dengan orang yang akan terus mengincar kita? Blokir saja, sudah itu yang paling benar.

Kata-kata yang jelek yang dia ucapkan kepada kita, kelak akan kembali kepadanya, kok. Kan ingat kata Aa Gym, teko itu akan selalu mengeluarkan isinya. Jika isinya teh, maka yang keluar teh. Bila isinya kopi hitam nan pahit, maka itu pula yang akan keluar. Tidak mungkin isinya kopi, keluarnya teh!

Jadi, Sudah Berapa Banyak?

blokir-2
Foto oleh Thought Catalog: https://www.pexels.com/id-id/foto/iphone-perak-2228555/

Ya, sudah berapa banyak yang kamu blokir? Sudah berapa orang yang membenci kamu dan kamu sudah memblokirnya? Kalau memang tidak ada, Alhamdulillah. Namun, jika ada, maka tips dari saya untuk memblokirnya semoga jadi bermanfaat yang banyak. Hidup ini masih banyak yang perlu dipikirkan, jangan risau sekali lagi dengan orang yang benci atau terus ingin melumatkan kita. Dia akan terlumat sendiri dengan kebencian, iri hati, dengki, dan perbuatan buruknya sendiri. Kita mah akan bahagia dengan pasangan, keluarga, dan teman-teman kita yang baik ini.

Tidak usah merasa takut jika memblokirnya. Tidak perlu merasa takut pula dengan orangnya. Kadang, sesuatu yang kita takutkan itu memang tidak akan terjadi. Sesuatu yang kita khawatirkan itu ternyata cuma ada di pikiran. Kita serang saja dia, tetapi dengan cara yang sangat elegan.

Ingat, kita adalah orang yang berpendidikan, bukan seperti dia yang seakan-akan tidak pernah sekolah dan mengecap bangku pendidikan. Kata-kata buruk dan kotornya tidak perlu dibalas, karena jiwa kita yang sudah bersih. Cukup hindari, lumatkan dia, dan pergi jauh-jauh dari dia dengan memblokirnya.

Berterima kasihlah pula kepada para pembuat media sosial. Adanya fitur blokir, membuat kita jadi lebih nyaman hidup, lebih tenang dalam ibadah, lebih asyik dalam bercengkrama dengan keluarga. sementara dia pusing tujuh keliling untuk terus mau mencelakai kita. Untuk terus mau menghujat dan menghina kita. Katakan saja, “Sory, ye, sory, ye!”

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.