Bagaimana Tanggapanmu Terhadap Libur Maulid Nabi 2021 yang Digeser?

Bagaimana Tanggapanmu Terhadap Libur Maulid Nabi 2021 yang Digeser?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Ada lagi kebijakan pemerintah terkait dengan hari libur nasional. Kali ini tentang libur Maulid Nabi 2021 yang dipindah dari tanggal 19 Oktober menjadi 20 Oktober.

Saya baca berita tentang perubahan tersebut. Katanya, hal itu tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama.

Apa yang mendasari digesernya hari libur? Ternyata, Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Kamaruddin Amin mengatakan bahwa kebijakan tersebut sebagai langkah antisipasi munculnya kasus baru Covid-19. Begitu ya?

Tentang Maulid

Pertama kali saya menemukan perayaan Maulid Nabi yang berbeda di Sulawesi Tenggara ini. Ketika itu, saya masih tinggal di Kendari, bersama paman dan bibi saya.

Ketika libur Maulid Nabi, malamnya ada perayaan di masjid kompleks perumahan paman saya di Kelurahan Lepo-lepo. Orang tua berkumpul, ibu-ibu berkumpul, anak-anak berkumpul, bayi berkumpul, bahkan seandainya jin kelihatan, juga akan berkumpul.

Aneka makanan tersaji di dekat kami. Namun, yang mencolok dari perayaan itu adalah male atau pohon yang dihias sedemikian rupa. Isinya adalah kemasan-kemasan plastik, bekas minuman gelas, yang diisi oleh telur.

Wah, pohon-pohon yang warna-warni tersebut sekilas memang mirip pohon Natal! Akan tetapi, ketika itu saya belum berpikiran sampai ke sana. Rasanya senang saja begitu menghadiri suatu perayaan bersama para tetangga.

Rebutan

Tiba gilirannya, ternyata ada rebutan juga. Mereka berebut telur-telur yang tergantung itu. Orang dewasa dan anak-anak bersaing sedemikian rupa.

Oleh karena rebutan, otomatis timbul masalah. Ada telur yang terjatuh, terinjak, mlenyek di lantai. Bikin kotor masjid. Namun, sudah begitulah tiap tahun, selalu saja berulang. Jadi, kotor bukan masalah yang berarti.

Waktu itu dalam hati saya sangatlah positif. Bahkan, saya doakan mereka yang mengikuti perayaan ini. Menurut saya ketika itu, perayaan Maulid Nabi adalah simbol kebersamaan dan keberagaman yang luar biasa. Semuanya berkumpul untuk merayakan hari lahirnya Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.

Setelah Tahu

Ketika sudah tinggal di Kabupaten Bombana sampai dengan sekarang, saya mengetahui bahwa Maulid Nabi itu sebenarnya terlarang. Alasannya adalah itu memperingati hari lahir Nabi dan itu tidak pernah dilakukan oleh beliau Shallallahu Alaihi Wasallam, begitu pula para sahabat dan generasi terbaik setelahnya.

Awalnya sih tidak setuju. Lha wong itu ‘kan perayaan yang sebenarnya bagus di masyarakat toh. Kenapa mesti dilarang? Ternyata, segala sesuatu yang sifatnya ibadah, mestilah disandarkan dengan contoh dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Bukankah orang mengikut perayaan Maulid Nabi itu pada dasarnya mengharapkan pahala? Iya ‘kan? Apakah datang cuma ingin makan dan menonton orang berebut male? Kalau cuma niat begitu, rasanya kok masih sangatlah kurang. Pahala yang diharapkan orang, apalagi yang sudah rutin menjalankan ritual itu.

Alhamdulillah, sampai sekarang, tidak pernah lagi menghadiri perayaan Maulid Nabi. Bagi saya itu memang bid’ah. Dan, tidak perlu diikuti. Bagi yang mengikuti, silakan saja. Nanti tanggung jawab sendiri di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala ya..!

Rencana Libur

Libur Maulid Nabi 2021 pada hari Rabu nanti, akan ada walimah dari teman saya di sini. Sebenarnya, menikah itu sih tidak masalah, hanya saya pernah ada masalah dengan calon mempelai perempuan. Dia pernah memblokir saya dan saya sendiri tidak tahu apa sebabnya?

Ada kerja sama di bidang pendidikan, ternyata justru tidak menjadikan kerja sama yang baik. Waktu saya diblokir, saya jadi bingung. Apakah karena saya sering melihat status WA-nya? Kalau cuma melihat begitu, bukankah perempuan lain juga sering saya lihat tulisan atau gambarnya di status aplikasi hijau tersebut?

Apakah karena saya pernah memanggilnya dengan sebutan “ukhti”? Lho, panggilan tersebut juga tidak masalah, apakah harus dengan “ustadzah” seperti yang lain? Ah, saya sih coba-coba saja. Ukhti adalah panggilan untuk saudara perempuan. Saudara dalam ukhuwah, bukan saudara kandung.

Saya diminta menjadi MC dalam acara walimah itu. Terus terang, ada rasa balas dendam dalam diri saya untuk tidak mau menjadi MC. Akan tetapi, seorang teman mengatakan bahwa saya harus membuktikan yang sebaliknya. Si perempuan pernah memblokir saya, tetapi saya membalasnya dengan kebaikan. Ohh, begitu ya?

Lalu, kira-kira bagaimana nanti ketika sudah benar-benar datang libur Maulid Nabi 2021 itu? Apa yang akan saya lakukan ketika acara? Bersediakah saya betul-betul menjadi MC? Kita tunggu saja nanti ya!

Terus, tentang libur Maulid Nabi 2021 yang digeser tanggal merahnya, bagi saya tidaklah terlalu masalah. Soalnya ‘kan memang tidak kemana-mana, di Bombana saja. Mau digeser Kamis juga tidak masalah. Suka-suka pemerintah saja.

Yang lalu, tanggal 17 Agustus 2021 yang diperingati upacaranya hari Selasa juga tidak masalah. Mestinya kalau konsisten, ya, digeser hari Rabu juga dong! Wuih, seandainya betul-betul konsisten, baru pertama kalinya peringatan kemerdekaan RI dilaksanakan tanggal 18 Agustus. Wah, bisa gempar tuh!

Sabar saja ya dengan kebijakan pemerintah sekarang. Kita sebagai rakyat tinggal menonton dan melaksanakan saja semampu kita. Bukankah kewajiban kita adalah memang taat kepada pemerintah?

Jika kepemimpinannya jelek, masih ada Allah, kok. Tinggal kita adukan kepada Allah, beres, gampang! Kalau untuk urusan dengan pemerintah, dianggap mudah saja, lah.

“Dunia ji ini!” Kata orang Sulawesi.

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.