Libur telah tiba, libur telah tiba, hore, hore, hore!
Siapa yang masih kenal lagu ini? Sepertinya, anak-anak tahun 1990-an tahu ini yang dibawakan oleh Tasya Kamila. Liburan sekolah kamu dan keluarga ke mana? Apalagi bagi kamu yang sedang liburan sekolah, pernah ke Taman Wisata Air Panas Guci?
Kali ini, kita jalan-jalan ke Tegal, Jawa Tengah. Mandi air panas dan menikmati keindahan alam di sana. Meskipun kamu sebenarnya bisa membuat air panas sendiri di rumah dengan kompor gas, tapi tetap air panas alami jauh lebih menarik. Dan, air panas alami tidak perlu pakai kompor, karena sudah seperti itu keadaannya.
Memanfaatkan Liburan Sekolah
Setelah lama bercengkerama dengan buku, tugas, PR, ujian, bahkan omelan guru (hehe), anak-anak sekolah memang perlu liburan. Untuk lebih mendinginkan otak mereka. Harapannya sih, ketika sudah masuk sekolah nanti, mereka bisa lebih segar. Lebih siap belajar. Bukan lebih siap membolos ya? 🙂
Orang tua jika ada kesempatan, semestinya ikut menemani. Mungkin mereka bisa mengambil cuti. Kalau toh ternyata cutinya sudah pernah diambil tahun ini, bolehkah mengambil cuti orang lain? Waduh, ini yang tidak bisa sepertinya! Dan, memang tidak bisa!
Bagi kamu yang berprofesi sebagai guru, selama ini menghadapi anak-anak dengan berbagai karakter, baik yang karakternya 160, seperti SMS, maupun 280 seperti Twitter, perlu juga liburan. Murid liburan, guru juga ikut. Menjadi guru memang tidak seperti PNS lain. Tugas guru yang utama adalah mendidik, lalu mengajar. Membuat anak didiknya berhasil dan lebih baik daripada gurunya. Anak didik akan selalu senantiasa mencontoh gurunya. Makanya, jadi guru janganlah merokok! Kalau murid kamu ikut-ikutan, kamu yang susah nanti. Siapa tahu, rokokmu yang tergeletak di meja, dicuri sama mereka! Waduh, parah!
Ada yang Mencari Rupiah
Bagi keluarga yang tingkat ekonominya menengah ke atas, mereka bisa menggunakan uang yang cukup untuk liburan, termasuk ke Taman Wisata Air Panas Guci. Namun, rupanya dan ternyata, ada anak-anak yang justru memanfaatkan liburan sekolah untuk mencari rupiah. Ya, mereka membantu orang tuanya mendapatkan pemasukan yang semoga jumlahnya lumayan. Mau tahu siapa saja mereka?
Salah seorang anak berusia 10 tahun bernama Rizki (mirip namaku), sedang mencuci mobil orang lain. Dia menjual jasa cuci mobil di parkiran pasar pada pemandian Air Panas Guci. Kapan dia bertugas? Oh, dia memulai profesinya dari sore sampai malam, lho! Bahkan, bisa sampai larut malam atau menjelang pagi, bila yang membutuhkan jasanya banyak. Wah, begadang berat itu! Kalau sebagian yang lain (semoga bukan kamu) mungkin begadang cuma main game, main HP, melamun, nonton film (lebih cenderung porno), chat tidak jelas dengan orang yang juga tidak jelas, merokok, mabuk dan lain sebagainya. Lebih cenderung negatif. Tidak menghasilkan duit pula.
Rizki termasuk orang yang bisa membuka cabang bisnis. Ini termasuk bagus setelah usaha pertamanya bisa berjalan dengan sukses. Apa yang dibuka Rizki selanjutnya? Ternyata, inspirasinya dari hujan di Taman Wisata Air Panas Guci. Hujan memang mendatangkan inspirasi. Sebagian yang lain (mungkin kamu juga), hujan menjadi inspirasi untuk menulis puisi. Cieh, cieh. Tiba-tiba jadi romantis, padahal nikah saja belum. Hehe… Semoga bagi kamu yang belum menikah, disegerakan ya…!
Rizki menjual jas hujan dengan harga yang sangat murah, yaitu: sepuluh ribu rupiah. Terus, ada pula ojek payung. Kali ini, tarifnya bervariasi, terima saja dari konsumen. Nilainya dari dua ribu sampai lima ribu. Ini berbeda dengan ojek online ya? Karena sepertinya ojek payung itu tidak sampai lima kilometer deh! Kasihan tukang ojeknya harus kehujanan terus.
Anak itu masih kelas 4 SD. Semangatnya luar biasa untuk tidak berpangku tangan dan kaki serta membantu ibunya tercinta. Padahal, ketika ditanya, Rizki matanya merah dan berair sambil mengatakan bahwa ibunya yang tinggal tidak jauh dari tempat wisata itu, sedang kurang enak badan.
Kompetitor Sebagai Motivator
Kalau Rizki berjuang sendiri, mungkin kurang menarik. Bisa jadi penghasilan yang didapatkannya besar, tetapi jadi kurang greget jika tidak ada kompetitor. Ya ‘kan? Terus, siapa kompetitor Rizki? Namanya Gendut. Itu adalah nama panggilan dari teman-temannya. Lalu, bisnis apa yang sama dengan Rizki? Ternyata, ada lagi bisnis yang cukup menarik di pemandian air panas Guci, yaitu: karung. Jual karung. Bukan juga untuk lomba, sih.
Para pengunjung yang berkunjung (waduh kalimatnya) di pemandian air panas Guci, biasanya akan membeli sayuran di pinggir jalan atau tempat parkiran. Nah, sayuran-sayuran segar itu kalau dibawa dengan tangan terasa berat, makanya butuh alat pembungkus. Gendut dan Rizki, menjual karung seharga lima ribu rupiah. Yah, namanya jualan, kadang ada yang beli, kadang ada yang menolak. Wajar dan biasa.
Gendut punya pola jualan yang berbeda dengan Rizki. Dia hanya sampai jam lima sore. Setelah itu pulang, sholat, mengaji dan kumpul bersama keluarganya.
Sekelumit kenyataan di atas menjadi sudut dan cerminan bagi kita. Taman Wisata Air Panas Guci di Tegal, Jawa Tengah, juga tempat wisata lainnya, selalu menyisakan dua sisi. Satu pengunjung/pembeli/konsumen yang membelanjakan uangnya. Satu lagi penduduk lokal/penjual yang berharap uang-uang itu mengalir ke mereka sebagai sumber penghasilan. Jadi, pertanyaannya lagi, liburan sekolah ini kamu mau ke mana bersama keluarga?