Masuk Kerja Setelah Lebaran, Momen Pas Untuk Bikin Salah

Masuk Kerja Setelah Lebaran, Momen Pas Untuk Bikin Salah

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Alhamdulillah, kita masih berada di bulan Syawal. Masih suasana lebaran yang terasa. Tapi tidak terasa, sudah mau masuk kerja lagi. Tepatnya tanggal 10 Juni. Masuk kerja setelah lebaran atau Idul Fitri, apa saja yang harus dihadapi?

Sebenarnya, suasana Ramadhan adalah suasana kerja yang segar. Memang sih, kondisi badan sewaktu puasa terasa lemas karena tidak makan dan minum. Mungkin juga mengantuk karena semalam mungkin sholat tarawih lama. Atau malah cepat? Seperti yang ada di video-video viral itu, melebih kecepatan Valentino Rossi? Hehe…

Masuk kerja setelah lebaran bagi sebagian orang memang malas. Ya, libur cukup panjang, eh, tiba-tiba masuk kerja lagi. Namun, memang ada kerinduan untuk kerja lagi, apalagi ketemu dengan orang-orang kantor. Tapi, kalau dengan teman kantor yang perokok bagaimana? Rindu lagi untuk ketemu? Rindu lagi untuk menghisap asap rokok mereka? Yakin deh, tidak semua orang mau begitu!

Tempat Kerja Bebas Asap Rokok

Tempat Kerja Bebas Asap Rokok
Asbak dan Rokok Bagaikana Suami dan Istri, Salah Satunya Memasuki Satunya yang Lain

Kita memang tidak tahu, teman kerja kita itu yang perokok, sebenarnya puasa apa tidak sih ketika Ramadhan? Bisa jadi, dia memang tidak puasa. Apa karena kelihatan segar? Lah, apa orang segar itu pastilah tidak puasa? Hohoho…. Ada seorang pejabat, pas bulan puasa, dia minta minum ke salah seorang pejabat lain dengan tingkat di bawahnya. Yang ditanya, penasaran, air minumnya untuk siapa? Dikira untuk anak kecilnya, ternyata untuk dia sendiri! Padahal, kelihatan dia tidak merokok lho! Ternyata, tidak merokoknya cuma di ruangan bersama staf. Kalau di ruangan sendiri, barulah dia merokok! Ohh…

Baca Juga: Tong Kosong Nyaring Bunyinya [Ternyata Ada Hubungannya dengan Ayam dan Kura-kura]

Masuk kerja setelah Idul Fitri mungkin akan merindukan momen ketika puasa. Kantor tanpa asap rokok, membuat kerja jadi lebih nyaman. Sekarang, kembali tidak berpuasa. Orang-orang kantor kembali dengan perokokannya. Otomatis kita yang tidak merokok, juga akan kena dampaknya.

Katanya, Bermaaf-maafan

Bermaaf-maafan
Meminta dan Memberi Maaf Ditandai dengan Menyodorkan Tangan, Satu Saja Tangan Kanan dengan Tangan Kanannya, Jangan Terbalik

Begitu masuk kerja setelah Idul Fitri atau lebaran, jabat tangan sana jabat tangan sini. Tidak ada yang jabat kaki. Laki-laki sama perempuan, perempuan sama perempuan, juga laki-laki dengan perempuan. Astaqfirulllah… Saling memaafkan dengan sesama manusia, tapi langsung membuat salah dengan Allah. Lebur dosa satu, muncul dosa lain. Jadi, gali lubang tutup lubang dong namanya? Ya, bisa jadi. Ibaratnya, orang ngutang. Tutup utang yang satu, pakai utang yang lain. Eh, tunggu, kayak negara mana itu ya? Hehe…

Oke, kesalahan antarsesama pegawai dianggap selesai. Kosong-kosong istilahnya. Entah, kapan bikin goal lagi? Mau tahu kapan? Jelas, saat salah seorang pegawai mulai merokok. Korek diambil, dihisap, dihembuskan. Lalu, asap racun itu mulai bertamu ke hidung pekerja lainnya. Apakah salah? Jelas, tidak salah, dong! Lho, kok tidak salah?

Jelas, tidak salah bagi yang merokok itu. Sudah biasa kan, para perokok itu tidak pernah merasa salah, jika merokok di sembarang tempat. Bagi dia, ya, kenikmatan merokok itu harus dirasakan dengan luar biasa, pusing amat dengan orang lain. Pada akhirnya, tangannya menyalami, minta maaf, beri maaf, begitu rokoknya dinyalakan, tepat saat itu, maaf-maafan itu gugur laksana bunga desa gugur tes CPNS. Hem, apa hubungannya coba?

Setelah Lebaran, Hati Dilebarkan

Hati Dilebarkan

Menghadapi kondisi yang dirasa kurang menyenangkan begitu, maka di sinilah momen lebaran itu muncul. Lebaran, ya, hati dilebarkan. Kalau mau bersabar dengan para pekerja lain yang merokok, ya, silakan bersabar. Tapi kalau sudah tidak, resign saja. Masih banyak kok tempat lain yang lebih kondusif dan nyaman bagi non perokok.

Baca Juga: 5 Perasaan yang Muncul Setelah Resign Dari Pekerjaan

Memang sih, Indonesia ini adalah surga firdaus bagi kalangan perokok dan siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tidak merokok. Termasuk di lingkungan kerja, tempat kita mencari penghasilan. Rokok beserta asapnya tentu saja adalah perpaduan yang pas untuk menjadi inspirasi bagi sebagian pekerja untuk bekerja. Yah, namanya juga pekerja, pastilah bekerja.

Namun, yang masih rancu, jelas bukan rancu tikus, setelah lebaran, dosa-dosa dilebur, maaf-maafan, tapi kesalahan tetap dilakukan. Menyebarkan racun kimia berbahaya, ke sembarang orang. Bagaikan gas air mata, yang mengincar kenangan masa lalu yang suram. Katanya sih itu, katanya…

Jika orangnya sudah perokok berat, akan sangat sulit untuk menghentikannya. Kecuali ada usaha untuk menghentikannya. Misalnya, sebelum dia beli rokok, kantor memberikan uang gantinya. Wah, enak juga kalau begitu! Seharusnya, dibuat aturan yang tegas untuk memberi tempat khusus bagi para perokok di tempat kerja. Semestinya pula, itu menjadi kewenangan bos untuk mengatur. Tapi, bagaimana kalau bos juga termasuk kaum ahli hisap?

Inilah dilema yang dirasakan di Indonesia. Aturan tentang merokok belum jelas dan memang sepertinya dibuat seperti itu. Pada akhirnya, setelah lebaran, ya, kembali ke halaman sebelumnya. Bukan lagi membuka lembaran baru, tetapi balik lagi ke bab yang lalu. Lebaran pun terlihat jelas di kalender di tanggal merah. Sementara, muncul lagi salah, ketika kebiasaan mereka masihlah belum berubah. Waspadalah!

Baca Juga: Hari Senin? Kok Banyak yang Tidak Ingin?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.