Apa yang Menarik dari Angka 88 Bagi Saya?

Apa yang Menarik dari Angka 88 Bagi Saya?

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Angka 88 merupakan angka yang spesial bagi saya ternyata. Apa saja itu?

Kalau merujuk angka 88, maka pikiran kita pasti tertuju kepada salep legendaris, yaitu: Salep 88. Salep yang terbukti efektif untuk mengatasi panu, kadas, kurap, kutu air, dan gatal-gatal. Saya sudah pernah memakainya sejak dulu. Langsung topcer untuk gangguan kulit, terutama di daerah kaki yang basah dan lembap.

Namun, saya tidak akan membahas salep tersebut. Soalnya, ngapain juga? Toh saya tidak dibayar juga sama perusahaannya, ya ‘kan? Jadi, saya bahas yang lain saja.

Tahun Kelahiran Adik Kandung Saya

Saya lahir pada tahun 1985. Sementara saya punya adik laki-laki yang lahir pada tahun 1988. Berarti selisih berapa tuh? Coba tebak, berapa hayo..? Ada berapa selisihnya? Ada berapa selisihnya? Ada berapa selisihnya? Kalau membaca ini, mesti dengan gaya Dora the Explorer ya! Katakan tiga, katakan tiga, katakan tiga!

Adik saya ini bernama Alfi Nur Rusydi. Adik yang menjadi teman bermain saya di rumah dulu di Jogja. Kakak saya juga laki-laki, jadi kami ini bertiga laki-laki semua, sebelum akhirnya lahir adik perempuan pada tahun 2000. Jarak 15 tahun dengan saya.

Adik saya yang laki-laki itu tinggal di Malang, Jawa Timur, berprofesi sebagai dosen tetap di kampus negeri di sana. Pernah menempuh S2 di Belanda. Sementara S1 dia ambil jurusan Geografi di UGM. Cukup luar biasa bukan?

Pada tahun 2015, saya bersama istri dan anak saya, waktu itu masih satu, istri juga masih satu, halah, pergi ke sana untuk berlibur. Saya ambil cuti selama 12 hari kerja, lumayanlah buat rekreasi dan menikmati kota Jogja.

Pergi ke Malang memakai kereta api. Transportasi ini memang sangat enak, karena kita tinggal duduk, lalu tidur kalau mau, tidak harus kita sendiri yang mengemudikannya.

Kota Malang yang super dingin membuat anak pertama saya sakit setelah beberapa hari tinggal di sana. Kata istri adik saya, di sana dia jarang sekali berkeringat. Hawanya selalu dingin. Air kamar mandinya saja seperti air dari freezer. Namun, ya, tetap harus mandi dong.

Ketika jalan pagi bersama anak yang saya gendong, napas saya mirip di film barat, mengeluarkan uap. Wuih, keren juga ini!

Kota Malang memiliki kebun binatang super besar namanya Jatim Park. Ini memang super sangar dan luas sekali. Binatang-binatang yang ada pun jarang ditemui. Mungkin binatang-binatang itu juga akan berpikir, jarang menemui pengunjung macam saya!

Asyiknya berlibur macam begitu, sekarang belum bisa lagi. Malang masih zona merah, yang corona di sana sudah banyak sekali. Dan, saya pun belum memutuskan untuk cuti lagi. Seharusnya sih 2020 kemarin, namun datang pandemi, membuat tidak jadi.

Tadi angka 88 kaitannya dengan tahun kelahiran adik saya, terus apalagi?

Tahun Kelahiran Istri Saya

Nah, tentu angka 88 juga menjadi tahun kelahiran istri saya. Saya menikah di tahun 2011. Mulanya sih, saya mencari berbagai macam perempuan muslimah yang akan saya nikahi. Ketika di Jogja, hampir menikah dengan gadis tetangga satu kampung. Dia jilbab besar, aktivis gerakan sosial dari PKS atau Partai Keadilan Sejahtera. Lebih tua dua tahun.

Namun, akhirnya ditolak. Mungkin dia menolak saya karena memang waktu saya melamar belum kerja. Melamarnya pun tidak dengan kedua orang tua, tetapi lewat pesan-pesan tersirat melalui SMS. Dikiranya tidak serius mungkin.

Saat di Kendari juga mencari yang kira-kira cocok. Ada seorang cewek yang menjadi teman kerja saya di sebuah lembaga pendidikan kursus Bahasa Inggris. Orangnya manis, kulit sawo matang, tetapi tidak memakai jilbab. Akan tetapi, tidak jadi juga karena saya ‘kan mencari yang pakai jilbab.

Hampir juga dengan teman satu kantor ketika saya bekerja di bawah paman saya. Ketika itu, paman saya menjadi kepala Badan Penyuluhan Kehutanan, Perikanan, dan lain sebagainya. Singkatannya Bakorluh Provinsi Sulawesi Tenggara. Teman satu kantor itu manis juga, selisih usia dua tahun daripada saya. Dia lebih tua.

Sayangnya, dia sudah punya pacar, seorang duda beranak satu. Ya, sudah, saya mundur saya. Padahal teman-teman satu kantor sudah sering menjodoh-jodohkan. Dia sendiri juga semacam memberikan sinyal, tetapi sinyal ke pacarnya jauh lebih kuat, haha..

Saya harus bangkit dan mencari lagi. Sampai akhirnya saya diberikan SK CPNS di Kabupaten Bombana, yang jaraknya sekitar 3-4 jam dari Kendari melalui perjalanan darat.

Pertama, saya tertarik dengan seorang gadis muslimah yang berprofesi sebagai seorang guru Bahasa Indonesia. Wah, kayaknya bakal seru ini, punya minat yang sama terhadap literasi bahasa negeri ini! Dia berada di kecamatan yang cukup jauh dari kecamatan tempat saya tinggal.

Saya mendapatkan nomornya dari teman saya, seorang remaja masjid. Kenalan, sampai akhirnya saling kirim pesan. Pernah juga adu kirim puisi. Pada akhirnya, saya yang menang. Mungkin dia bosan, atau mengalah saja, hehe..

Yang itu, saya memutuskan untuk tidak maju lagi. Lho, kenapa? Adiknya, perempuan juga, masih pegawai honor di Dinas Kehutanan, menikah dengan uang panaik atau biaya pernikahan khas Sulawesi senilai 20 juta rupiah.

Tunggu, uangnya kok gedhe banget? Itu adiknya lho, bagaimana dengan kakaknya? Pasti lebih mahal lagi, bisa 30 atau bahkan 40 juta rupiah. Saya berpikir ngeri, jadi mundur saja. Cari yang lain saja.

Pilihan hati akhirnya tertuju kepada seorang gadis, anak dari bapak kost saya. Bapak dari istri saya dulu sering mengundang saya makan gorengan dan teh manis di ruang tamunya. Beliau juga kerap datang ke kamar saya.

Proses pernikahan itu mudah dan memang dipermudah. Alhamdulillah. Saya menikah dengan biaya 10 juta rupiah saja, itupun kurang sedikit. Semuanya murni saya yang biayai, meskipun harus berutang ke bendahara kantor dan adik angkatan saya waktu kuliah yang kerja di BPK RI.

Angka yang Paling Diingat

Dua kaitan dengan angka 88, yaitu: tahun kelahiran adik dan istri saya menjadi momen spesial bagi mereka berdua. Dan, mereka pun menjadi bagian dari kehidupan saya. Sejatinya tahun kelahiran itu memang paling diingat oleh si pelakunya. Seperti saya yang lahir tahun 1985, maka saya akan ingat terus tahun itu.

kamis-menulis

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

20 Comments

  1. Tahun yang mengesankan ya Pak Rizky. Semoga samawa terus. Bahagia dengan semua anggota keluarga.

  2. Waah ternyta perjalanan untuk mencari seseorang yang pas dan paling the best dijadikan pasangan hidup begitu panjang ya Pak… Akhirnya hati tertambat seorang gadis lahiran tahun 1988.. Semoga bahagia selalu.. Aamiin

    1. Bisa jadi Bu, yang jelas, mereka belum pernah janjian sebelumnya mau lahir di tahun yang sama.

  3. Keren pak Rizki, jarang laki2 bisa mengingat tanggal bulan atau tahun orang lain 😁sehat selalu dan banyak rizki ya pak sesuai namanya

  4. Tema 88 yang dieksekusi dengan ide yang dekat dalam kehidupan Pak Rizky.
    Ternyata begitu yaa ide, saat dicari sulit, namun ternyata bisa ketemu dari sekitar kita.

  5. Keren Bang Rizky, mau menikah dengan teman satu kantor. Jadi bisa istrinya lebih dari satu ya. Satu kantor loh he he he. Saya selalu terpesona drngan tulisan Bang Rizky. Enak. Kaya tempe mendoan anget.

  6. Wah pernah kedinginan di Malang ya pak…..kalau Malang itu agak hangat dikit pak….yang fibgin sampai keluar asap seperti frezeer itu mungkin kota Batu. Dulu bagian dari Malang tapi sekarang berpisah dan hawanya dinginnnnnn. Tapi kisahnya sangat menarik. Salam Literasi pak…..

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.