Siapa Menyalahkan Siapa? Terlanjur Kena Virus Corona, Masih Dibully Juga?!

Siapa Menyalahkan Siapa? Terlanjur Kena Virus Corona, Masih Dibully Juga?!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Kenapa juga mesti ada orang terkena virus Corona ya? Siapa sih yang mau kena virus itu? Tapi, ketika sudah kena, apakah memang mesti diperlakukan seperti itu?

Daerah tempat saya tinggal, Kabupaten Bombana di Sulawesi Tenggara, telah mendapatkan lima orang pasien positif virus Corona. Satu orang sudah lebih dulu, dia tinggal di Kabupaten Muna Barat, juga di Sulawesi Tenggara. Nah, yang empat orang ini tinggal di Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya, datang pulang kampung dari Maluku.

Berita Mengagetkan

Tentu saja, adanya empat orang baru yang terkena virus Corona tersebut menghebohkan sekaligus mengagetkan warga Bombana. Mereka yang selama ini menjaga diri dari Covid-19, eh, nyatanya ada yang jadi korban juga. Dan, itu dari orang luar. Tuh, kan, apa mereka bilang?

Sebelum membahas lebih jauh, meskipun juga tidak dengan sangat detail juga, saya mau mengisahkan tentang kisah nyata antara suami dan istri. Mereka tidak kena Corona, tetapi menjadi “korban” dari kebijakan manajemen rumah sakit.

Tidak perlu saya sebutkan tempatnya ya? Soalnya ini menyangkut nama baik rumah sakit tersebut, pasangan suami istri tersebut dan nama baik kamu sendiri. Lho, apa hubungannya?

Ceritanya, si istri tersebut mengalami semacam gangguan jiwa. Namanya scizofrenia. Daerah tempat mereka tinggal tidak ada RSJ, makanya itu, mesti rutin berobat di ibukota provinsinya.

Baca Juga: Sehat Q, Media Informasi Digital Lengkap Untuk Sehat A Sampai Z

Sebenarnya sudah ada sih surat rujukan untuk mengambil obat dari sebuah klinik kesehatan di kabupaten tersebut. Namun, karena si suami kurang yakin saja, makanya tetap ke rumah sakit ambil rujukan lagi. Biasanya kan begitu, seperti bulan-bulan yang lalu.

Nah, adanya virus Corona atau mewabahnya virus China tersebut, secara otomatis membuat akses masuk ke rumah sakit tidak bisa seperti biasanya. Anak-anak tidak diperbolehkan masuk. Satu orang saja yang bisa masuk.

Suami tersebut masuk menemui petugas. Ini masih di luar pagar rumah sakit. Ditanya oleh petugas.

“Mau apa, Pak?”

“Mau ambil obat untuk istriku, rujukan ke RSJ!” Kata si suami sambil menunjuk istrinya.

Namun, sebelum petugas melihat ke istri si penanya, dia sudah lebih dulu bertanya, “Siapa yang gila, Pak?”

Mendengar pertanyaan tersebut, batin si suami merasa mangkel, jengkel, marah kepada si petugas. Apa tidak ada pertanyaan yang lebih baik daripada itu? Apa ke RSJ itu mesti orang-orang yang gila? Begitu pikirannya.

Suami itu tidak membalas pertanyaan si petugas dengan kata-kata kasar sebagai reaksi dari perasaan mangkelnya. Padahal bisa saja dia mengatakan, “Jaga bicaramu ya! Jangan sembarang kau bicara! Bilang gila sembarangan!”

Namun, pastilah akan berbuntut panjang. Apalagi di situ ada juga beberapa petugas lain. Pasti akan jadi masalah yang bisa jadi makin menghalangi si suami untuk mendapatkan rujukan dari sana. Meskipun yah, ternyata, bisa dipakai kok rujukan dari klinik tersebut untuk mengambil obat di RSJ.

Siapa Juga yang Mau?

Nah, kaitannya dengan virus Corona sekarang, kita mesti bertanya ke para penderita, apakah tadinya mereka memang ingin terkena virus tersebut? Jelas jawabannya kalau orang normal, mereka akan menjawab: TIDAK MAU! Lebih enak sehat dan punya waktu bebas. Seperti dalam hadist Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berikut ini.

Sesuai dengan yang dikatakan juga oleh Tung Desem Waringin, seorang motivator terkenal Indonesia, bahwa manusia itu punya dua kecenderungan. Menghindari kesengsaraan dan mendekati kenikmatan. Tidak mau yang susah, maunya mudah. Tidak mau sedih, maunya gembira. Wajar.

Namun, kan ada kalanya tidak bisa seperti itu terus. Soalnya dunia ji ini, sesuai yang dikatakan oleh banyak orang Bugis. Dunia ini bisa berubah-ubah. Selalu saja ada dua sisi mata uang yang berbeda, meskipun uang sekarang menjadi sesuatu yang sensitif. Karena kondisi musim Corona begini, banyak sektor ekonomi dan rumah tangga terpukul.

Baca Juga: Kebiasaan Baru Karena Virus Corona

Terus, setiap penderita Covid-19, mereka sudah merasakan tekanan batin yang luar biasa. Bayang-bayang kematian selalu muncul di depan mata mereka. Meskipun masih jauh lebih banyak yang sembuh, tetapi peluang itu kan fifty-fifty. Bisa sembuh, bisa pula tidak. Ya ‘kan?

Apalagi protokol kesehatan dari penanganan penderita virus Corona ini saja berbeda dengan penyakit lainnya kok. Para dokter dan perawatnya pakai baju khusus alias APD atau Alat Pelindung Diri. Orang dengan baju ini mungkin sering kamu bilang astronot ‘kan? Itupun tidak selalu jaminan keamanan bagi para tenaga kesehatan itu sendiri dari virus Corona.

Sementara yang menyalahkan berkutat pada keinginan empat warga Bombana tersebut untuk pulang. Harusnya mereka bertahan di sana. Tidak usah pulang. Ngeyel mereka dengan aturan pemerintah. Tidak boleh pulang kampung, malah pulang kampung! Kapatuli. Ini istilah untuk orang yang tidak mau mendengar lagi. Cuek bebek.

Pokoknya, masyarakat yang merasa terusik dengan munculnya penderita baru virus Corona dan menjadikan daerah Bombana menjadi zona merah, menumpahkan kekesalan mereka kepada empat orang itu. Apalagi dengar-dengar, mereka sudah kontak dengan puluhan orang lainnya. Wah, makin ruwet saja nih!

Yah, okelah, berkomentar itu memang hak setiap orang dan sudah dijamin konstitusi di negara ini. Baik lisan maupu tulisan, boleh-boleh saja, silakan. Namun, dengan komentar menghujat empat penderita tersebut membuat mereka jadi makin terpuruk lho! Apalagi mereka pastilah punya keluarga. Punya orang tua, punya pasangan, punya anak-anak yang harus dijaga perasaannya.

Mungkin si penghujat sendiri juga tidak ambil pusing. Yang penting, luapan kemarahan itu tersalurkan melalui medsos, terutama Facebook. Beberapa akun, seperti dari seorang aparat polisi dan sebuah apotik atau tempat praktek dokter, mengatakan bahwa stop membully para korban. Apakah yang membully itu mau namanya dipajang juga sebagai penderita? Mau fotonya dipajang di medsos karena virus Corona? Jelas tidak, ‘kan?

Atau yang upload hasil pemeriksaan dari dokter pada empat nama itu. Hem, ini bisa bikin tambah down, karena toh makin terserang saja mereka dengan opini yang kurang mengenakkan.

Hal yang sebenarnya dilakukan itu adalah justru memberikan motivasi kepada para korban dan keluarganya untuk tetap semangat, ceria, gembira, berprasangka positif kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bahwa kemungkinan sembuh itu selalu ada. Jangan dibayang-bayangi dengan kematian karena kematian itu tidak dibayang-bayangi sekalipun, dia akan tetap datang kok!

Tunjukkan juga dong solidaritas sesama warga masyarakat. Dukung pemerintah daerah yang terus berusaha untuk melindungi masyarakatnya dari virus Corona!

Kalau ada yang kapatuli, eh, cek dulu! Benarkah yang dikatakan itu? Jangan-jangan perkataan itu kembali kepada si yang punya mulut? Atau jangan-jangan pula, malah keluarganya sendiri ada yang seperti itu?

Kesimpulan

Ketika ada penderita baru, mungkin bisa ditelusuri dari mana, dari siapa, kapan dan bagaimana bisa terkena? Namun, saat sudah tahu juga, maka tidak perlu dong disalahkan.

“Woh, gara-gara kamu ini kontak sama orang itu, akhirnya ikut kena juga!”

Tidak ada gunanya bicara begitu, Bro! Kalau memang takdirnya bakalan terkena, ya, tetap akan terkena. Tidak akan pernah meleset sedikitpun takdir Allah kepada manusia.

Kalau saling menyalahkan, lama-lama bisa menyalahkan Allah juga lho! Naudzubillah min dzalik.

Perlu dipahami bahwa terkena virus Corona itu bukanlah aib. Sebenarnya sama seperti penyakit menular lainnya. Namun, kenapa kok jadi semacam bombastis begitu? Salah satunya memang karena pengaruh medsos.

Jangan diremehkan virus Corona ini, tetapi juga jangan dibikin santai. Ketika kita lihat ada orang yang terkena, maka sewajarnya kita mendukungnya. Kalau tidak bisa dengan bantuan harta untuk keluarganya, paling tidak jaga perasaannya. Sebab, terkena penyakit pandemik ini sudah menjadi beban tersendiri, masih harus dibully lagi. Hadeh…!

Baca Juga: Ditemukan Obat Baru Virus Corona: Telur Rebus!

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.