Pada dasarnya hidup ini memang pilihan. Mau cari istri saja, ada pilihannya. Mau pilih yang cantik atau cantik sekali? Mungkin dia juga punya pilihan, mau menolak kita atau malah langsung muntah.
Berbagai pilihan juga muncul dalam dunia internet kita. Ya, siapa sih sekarang yang tidak pakai internet? Kecuali yang benar-benar dilihat secara langsung tidak pakai internet adalah ayam tetangga yang selalu saja sembarangan membuang kotoran di teras rumah saya. Kalau manusia, dari anak kecil sampai anak besar, internet tidak bisa lepas darinya.
Pilihan kaitannya dengan internet ini adalah memilih media. Apa media yang mau kita pakai? Yang paling akrab tentu saja media sosial. Kita sudah pasti hafal luar kepala, mau itu kepala sekolah maupun kepala desa, macam Facebook, Instagram, Twitter, YouTube termasuk ke dalam media sosial.
Apakah TikTok juga termasuk? Ada lho yang mengatakan tidak! Alasannya TikTok lebih cocok sebagai media distribusi konten. Kita punya konten dalam bentuk video, diunggah di TikTok, maka algoritma media tersebut akan menyebarkannya ke orang-orang yang kemungkinan cocok dan menyukainya. Jadi, tidak murni langsung mencari teman macam Facebook atau Instagram yang mencari followers. TikTok mencari dulu target dari video-video kita.
Media Klasik
Jadul. Itu kepanjangan dari jaman dulu. Apa yang mau dibahas dari jadul itu? Kembali lagi ke urusan media. Ada satu media yang sampai sekarang masih eksis. Media ini termasuk jadul karena keberadaannya sudah tidak terlalu diminati orang. Sebab, isinya memang sebagian besar tulisan. Media itu adalah blog, website, pemiliknya disebut dengan blogger. Sedangkan minuman favoritnya kemungkinan adalah es doger.
Saya mencari di Google, kapan sih ada blog pertama kali? Oh, rupanya dari sumber Wikipedia, kata “blog” berasal dari blogger.com yang dimiliki oleh Pyra Labs. Blogger diakuisisi oleh Google pada akhir tahun 2003. Jadinya, sampai sekarang ketika kita memilih untuk menggunakan blogger.com, maka itu sudah milik Google. Jelas Google membayar untuk memiliki blogger.com. Hem, padahal kita pakainya gratis ya, kok Google bayar?
Namanya media gratisan, maka harus ada konsekuensinya. Ada keterbatasannya, ada kekurangannya yang mungkin dianggap bukan kelebihan bagi sebagian orang. Ya, iyalah, kekurangan jelas bukan kelebihan.
Saat menggunakan blogger.com, lalu kita mengisinya dengan aneka tulisan, ada embel-embelnya, yaitu: blogspot.com. Tergantung kita pakai nama depannya apa? Belakangnya selalu ada begitu.
Ada lagi media lain mirip itu, yaitu: WordPress.com. Ini juga gratis dan ada embel-embelnya, yaitu: wordpress.com. Lalu, bagaimana agar embel-embel itu bisa dihilangkan? Gampang saja, tinggal beli domain sendiri. Disetting sana-sini, maka blogspot.com tadi bisa hilang dan berganti dengan domain kita.
Pelajaran Jadul
Media jadul berhadapan dengan pelajaran jadul. Apa itu? Apalagi kalau bukan pelajaran membaca dan menulis? Bukankah dua sejoli tersebut sudah diajarkan waktu kita TK atau awal masuk SD? Membaca dan menulis menjadi penting karena akan menjadi pondasi untuk pelajaran selanjutnya.
Nah, ternyata, makin besar kita, membaca dan menulis itu kok makin luntur? Apa penyebabnya? Rupanya, membaca dan menulis menjadi luntur bukan karena salah pakai deterjen, melainkan karena media yang disantap sering berupa video. Contohnya adalah televisi yang biasanya menayangkan acara-acara yang kurang bermutu itu. Contohnya sinetron atau film-film yang tidak jelas.
Orang yang menonton sinetron memang cenderung pasif. Matanya menatap dan terpaku, tanpa harus terpalu, ke layar terus. Pikirannya tidak terlalu dijalankan, pokoknya ikuti saja alur cerita yang ada.
Hal itu berbeda dengan membaca. Mau baca apa nih contohnya? Hem, misalnya membaca buku novel. Ada orang yang mengatakan bahwa membaca semacam itu bikin pusing, karena tebal, full tulisan dan tidak ada gambarnya pula, kecuali di bagian kaver.
Kertas yang berisi dengan tulisan itu ‘kan sebenarnya membuat kita jadi berfantasi, berimajinasi, sekaligus membayangkan jalan ceritanya dalam pikiran. Otomatis, otak atau pikiran kita jadi lebih aktif.
Membaca buku sudah membuat otak jadi aktif secara positif, apalagi kalau menulis! Ini yang dikatakan oleh Iqbal Aji Daryono, seorang penulis terkenal yang rutin dimuat di media Detik.com. Menulis akan membuat daya kritis kita, analisis kita, serta membawa pemikiran kita lebih tinggi daripada membaca. Sebab, dalam menulis, pastilah ada membacanya. Sementara membaca, belum tentu pakai menulis.
Gabungan
Manfaat yang sangat luar biasa dari membaca, ditambah dengan media jadul macam blog, sangat pantas untuk digabungkan. Sangat pantas untuk dikawinkan. Sangat cocok juga untuk dinikahkan. Meskipun kedua orang tua mereka tidak setuju. Halah..
Kemarin, Rabu (27/10/2021), malam hari ada pertemuan khusus para blogger guru di grup Lagerunal. Grup ini memang punya singkatan yang aneh. Namanya Cakrawala Blogger Guru Nasional, tetapi disingkatnya dari belakang! Aneh memang, tetapi di situlah keunikannya. Apalagi ada saya sebagai anggotanya, tambah unik lagi, haha..
Pertemuan secara online, bukan lewat Zoom, melainkan lewat Google Meet, dalam rangka memperingati Hari Blogger Nasional. Peringatan hari itu tidak perlu ada upacara, cukup ketemu saja secara daring. Membahas peluang masa depan tentang dunia blog ini, apalagi kaitannya dengan profesi guru.
Optimus, Eh, Optimis
Seperti yang saya katakan kemarin, saya mengatakan bahwa tetap harus ada optimisme menjadi seorang blogger. Walaupun blogger ini basisnya adalah tulisan, tetapi masih banyak kok instansi, perusahaan, atau organisasi apalah yang membutuhkan ulasan bentuk tulisan. Apalagi lomba-lomba blog selalu ada tiap bulan. Bukankah itu peluang yang menggiurkan?
Jika seorang blogger sudah pesimis, maka silakan berhenti saja menjadi blogger. Sebab, buat apa dipaksakan? Ya ‘kan? Sesuatu yang dipaksakan nantinya akan menjadi lecet.
Pada akhirnya, pilihan tergantung masing-masing. Mau jadi blogger atau tidak, silakan saja. Mau pakai blog yang gratisan atau berbayar, juga silakan. Meskipun kita memilih blog gratisan, tetapi untuk listrik, paket data, WiFi, tetap harus bayar lho ya!
Membacanya ngalir aja. Gak terasa udah beres. Tapi banyak hal positif yang saya terima. Bismillah optimus eh optimis ah. Beli domain sendiri.
Sip, Pak, sebagai bentuk personal branding juga.
Saya belum kesampaian ikut kelas menulis IAD, penasaran karena katanya banyak PRnya 🤣
Buat saya menulis itu sama dengan membaca dua kali ✌
PRnya cuma lima kalau tidak salah, Bu.Tapi seru karena ulasannya detail banget. Disampaikannya pakai voice note.
Hidup adalah pilihan,betul Oak Rizky..dan aku telah memilih untuk masuk ke dunia blog sebagai sarana untuk menukis Semoga bisa konsisten menulis dan meningkat menulis yang bermutu bermanfaat untuk orang lain. Aamiin
Aamiin, makasih bu..
Akhirnya saya paham dari mana asalm muasal LAGERUNAL… hehee
Pada akhirnya kita yang memilih dan menjalankannya ya Pak Rizky
Begitulah kepanjangan dari Lagerunal, yang disingkat malah belakangnya, haha..
Tapi, it’s oke, lah.
Kuncinya adalah tetap optimis blog akan terus berkembang. Terlebih banyaknya komunitas dan event yang diselenggarakan adalah jaminan.
Saya penasaran siapa orang tua membaca dan jadul. He he. Semoga keasyikan membaca dinikmati saat blog walking.
Pilihan boleh beda ya Pak. Tapi persatuan harus dijaga. Eh, kok mirip politik ya. hehe.