Kali ini, pada resume pelatihan menulis gratis 2020 untuk guru, pertanyaan yang muncul adalah: Apa sih yang sering terlintas dalam benak kita tentang guru? Yah, mungkin kita ingat sampai sekarang, bahwa guru itu sesuai dengan bahasa Jawa, yaitu: digugu dan ditiru.
Artinya secara umum, bahwa sosok guru itu wajib ditaati dan diikuti. Dari segi ilmu, pengetahuan, kemampuan menyelesaikan masalah, bahkan sampai akhlaknya.
Ketika guru sedang berada di sekolah, sejatinya dia itu pengajar yang sebenarnya, di dalam maupun luar kelas. Saat di dalam kelas, berada di depan papan tulis, menulis materi pelajaran dengan spidol maupun kapur tulis. Memangnya masih ada ya yang pakai kapur?
Guru duduk di meja guru dalam kelas tersebut. Biasanya sih lebih kecil daripada bangku murid yang menampung dua orang. Dihiasi taplak kecil, plus bunga yang terlihat indah. Mungkin bunga imitasi, jadi tidak perlu disirami.
Menjadi Sosok Teladan
Bagaimana ketika di luar kelas? Oh, sama saja seperti saya katakan tadi. Perilaku guru akan selalu dicontoh, tidak cuma muridnya lho, tetapi guru yang lain.
Oleh karena itu, mohon maaf, saya sangat menyayangkan apabila ada guru yang merokok di dalam sekolah. Membawa benda putih kecil sembilan sentimeter itu ke sana ke mari di antara kelas-kelas.
Sementara murid-murid melihat dan ikut menyayangkan. Itu murid-murid yang benar lho ya! Kalau yang rusak, ya, akan mencontoh juga.
Baca Juga: Menjadi Mahasiswa Sempurna dalam Versi Lain
Bayangkan dosa yang ditanggung oleh guru tersebut, apabila ada murid yang mencontohnya. Ketika ditanya, kenapa merokok? Jawabannya, “Karena guruku juga begitu!”
Seterusnya selama bertahun-tahun, dari tahun ajaran satu ke berikutnya. Lebih bagus memang berhentilah wahai guru yang merokok! Tempatmu bukan di sini untuk menghisap asap haram itu.
Teladan Kebaikan
Memang sih, tidak ada guru yang sempurna, kecuali teladan kita, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Seorang guru pastilah ada kekurangan, maupun kelebihan.
Tapi jangan bilang kelebihan lemak lho ya! Hehe..
Dan, yang perlu diingat adalah tidak ada yang namanya mantan guru lho! Seorang guru, meski sudah pensiun sekalipun, tetap akan diingat muridnya sebagai guru.
Wajar jika ada murid yang sudah lulus lama, sudah menikah dan punya anak, tetap teringat sosok gurunya. Bahkan, sangat menghormati apabila ketemu di jalan atau berkunjung ke rumahnya.
Mungkin guru tersebut sudah lupa. Wajar. Dalam kelas yang diajar sekarang saja, belum tentu guru mengetahui nama seluruh muridnya kok.
Akan tetapi, nama seorang guru akan selalu berada di hati murid-muridnya. Berkat didikan guru tersebut dengan penuh kesabaran, maka para muridnya bisa berhasil menjadi orang. Lho, sebelumnya apa kalau bukan orang?
Mengabadikan Teladan
Umur manusia memang pendek. Dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, umur umat ini antara 60-70 tahun. Jarang ada yang lebih dari 100 tahun, atau ratusan hingga ribuan tahun macam umat Nabi Nuh Alahissalam.
Lalu, umur 60-70 tahun itu mau diisi apa saja? Apalagi bagi seorang guru. Jelaslah, sebagian besar hidupnya diisi untuk mengajar.
Memenuhi kewajiban masuk kelas, bertemu para murid, mengajarkan materi, memberikan soal, membahas dan terakhir memberikan nilai. Begitu rutinitasnya dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Pembelajaran Bagi PNS dari Sosok Bob Sadino
Kini sudah ada sertifikasi. Alhamdulillah. Itu membuat kesejahteraan guru meningkat. Di luar jam pelajaran, guru bisa membuat les privat atau bekerja di lembaga pendidikan lain.
Tahukah kamu, ada satu lagi hal yang belum banyak dilakukan guru, tetapi mendatangkan potensi yang luar biasa? Jawabannya adalah… Kita ganti paragraf dulu ya! Pegal nih! Hehe..
Melalui Sebuah Buku
Seperti yang saya tulis sebelumnya, kata pepatah, buku adalah jendela dunia. Membaca buku, membuka mata kita tentang dunia. Tapi, jangan dikaitkan dengan dunia hitam alias dunianya para dukun lho ya!
Bagi seorang guru, pantaskah jika bisa membuat buku? Oh, pantas sekali! Ini tanya sendiri, jawab sendiri.
Maksudnya begini, buku itu ‘kan memang sesuatu yang sangat dekat dengan dunia guru. Bagaimana mau mengajar dengan baik jika bukunya tidak ada? Bisa buku cetak, bisa buku digital yang nongol di HP itu.
Para guru memang bisa tergabung dalam sebuah tim untuk membuat buku pelajaran. Yah, sesuai dengan disiplin ilmu yang diajarnya.
Namun, hal itu mungkin lebih terkait dengan kebijakan dari pihak di atasnya. Dalam hal ini adalah pemerintah yang menginginkan ada buku pelajaran bagi para murid.
Sementara, aktivitas guru itu banyak sekali. Luar biasa banyak, bahkan! Dan, selalu saja ada cerita-cerita menarik dari situ yang perlu diungkapkan ke publik.
Kisah atau pengalaman guru menghadapi anak nakal misalnya. Atau ketika kelas sedang ribut. Atau yang lebih mengharu-biru, ketika ada murid yang curhat tentang kehidupan keluarganya.
Baca Juga: Sebuah Kisah Tentang Pengendalian Diri (Jangan Mau Terpengaruh Orang Lain)
Kehidupan guru itu memang dinamis. Berkembang sesuai zamannya. Buktinya sekarang, era pandemi ini, guru-guru dituntut untuk tetap kreatif mengajar lewat daring. Online istilah sononya.
Bermodalkan HP dan kuota internet secukupnya, guru berpikir bagaimana menyampaikan pelajaran ke para muridnya dengan baik, seperti mengajar langsung alias offline. Bukan offside lho ya! Itu mah di sepakbola.
Hal tersebut menjadi sangat menarik, karena guru didorong untuk belajar lagi. Memanfaatkan teknologi yang ada. Misalnya, guru harus mengerti tentang aplikasi Zoom, Google Form, Google Class Room dan lain sebagainya.
Intinya, pandemi corona yang bikin merana ini, mengharuskan guru dan murid tidak boleh bertatap muka terlebih dulu. Hanya lewat layar.
Zaman dulu? Jelas tidak begini. Mana boleh murid bawa HP ke sekolah? Sekarang, murid harus bawa HP, tetapi tidak boleh ke sekolah! Nah…!
Pertanyaan selanjutnya, jika ada guru yang tertarik untuk menerbitkan buku, bagaimana caranya?
Komunitas Guru Menulis
Alhamdulillah, saya yang juga berprofesi sebagai guru ini ikut dalam sebuah grup tentang menulis. Khusus untuk para guru. Namanya Belajar Menulis gelombang 16. Pelatihan menulis gratis 2020 alias di tahun ini.
Sebentar, sebentar… Bukannya setiap guru itu pada dasarnya bisa menulis? Kan sudah pernah sekolah? Ya, memang begitu. Menulis itu keterampilan dasar yang diajarkan di TK, maupun SD. Berdampingan dengan keterampilan membaca.
Akan tetapi, yang ditekankan di sini adalah menulis dalam konteks yang lebih luas. Menulis artikel, cerpen, puisi, atau bahkan novel, saya yakin, tidak semua guru bisa.
Jangan sebuah buku yang tebal, artikel pendek saja masih banyak kok yang merasa sulit! Merasa grogi, khawatir tulisannya jelek. Merasa tidak PD, jangan-jangan nanti tulisannya dikritik orang. Kalau dikripik pisang, lebih enak kali ya?
Berbagai alasan lainnya, membuat guru tidak jadi menulis sampai sekarang. Padahal, semestinya dia ingat dengan yang diajarkan kepada murid-muridnya, tidak apa-apa salah, yang penting mau belajar dan mencoba.
Lho, seharusnya guru juga seperti itu. Tidak ada salahnya mencoba bukan, untuk mulai menulis. Dan, perlu diingat, tidak harus guru bahasa lho yang jago menulis. Semua guru mata pelajaran bisa, karena kembali ke kaidah tadi, membaca dan menulis adalah kemampuan dasar.
Grup menulis bagi guru yang saya ikuti di WA memang memberikan pengetahuan dan ilmu yang luar biasa. Saya bisa mendapatkan inspirasi untuk menulis dan harus dituangkan di blog pribadi.
Alhamdulillah, saya sudah memiliki website pribadi sejak tahun 2018. Saya langsung memutuskan untuk membuat website yang berbayar karena saya tidak mau main-main dengan ini.
Masa sudah berbayar, terus disia-siakan begitu saja? Kalau sudah berbayar, maka mesti diseriusi. Alhamdulillah, berkat blog ini, saya pernah menjuarai dua lomba blog.
Baca Juga: Berbeda Karena Cinta, Bersatu Karena Cinta Pula (Resensi Novel Kambing dan Hujan)
Materi yang disampaikan di grup pelatihan menulis gratis 2020 tersebut mesti dibuat resumenya. Dan, inilah dia, untuk pertemuan kedua, seputar menerbitkan buku.
Dalam kuliah menulis, hari Rabu (07/10) kemarin, pemateri atau narasumbernya adalah Mukminin, S.Pd, M.Pd. Beliau adalah guru berstatus PNS di SMP I Kedungpring, Lamongan. Menjadi guru sejak 1989-2020 sampai sekarang.
Selain sebagai penulis, blogger, Mukminin atau Cak Inin juga sebagai penerbit independen. Namanya Penerbit Kamila Press. Sudah banyak buku yang diterbitkan. Beberapa karyanya dalam pelatihan menulis gratis 2020 untuk guru ini sebagai berikut:
Pesan dari Cak Inin
Kalau tentang perjalanan Mukminin alias Cak Inin dalam pelatihan menulis gratis 2020 yang saya ikuti tersebut memang panjang dan tidak bisa dituliskan di sini semuanya. Namun, ada hal-hal prinsipil yang menjadi tips untuk menerbitkan buku. Namanya NMATMI. Apa saja itu?
Niat Kuat
Mengenai niat ini sebenarnya termasuk unik juga. Segala sesuatu atau aktivitas manusia itu berasal dari niat. Kalau tidak niat, tetapi melakukan, maka itu bisa dikatakan mengigau.
Contoh, tidak niat berjalan, tetapi berjalan juga padahal mata terpejam, maka itu dipastikan kita sedang berada dalam fase mimpi. Mungkin orang yang seperti itu, dia ingin jalan-jalan ke luar kota. Sayangnya masih ada corona.
Menulis, apalagi buku, itu jelas membutuhkan niat yang kuat dan besar. Sebab, tidak cuma menulis satu atau dua kata, tetapi berlembar-lembar atau berhalaman-halaman, mungkin melebihi halaman rumah saya.
Jika tulisan sudah jadi, maka tentunya dong kita ingin dibaca oleh orang lain. Maka di situlah sebagai sarana berbagi. Ilmu bisa bertambah, kebodohan berkurang, manfaat pun berkali-kali lipat. Nah, semuanya pelajaran Matematika bukan?
Milikilah niat yang kuat dalam menulis buku. Boleh niat menyebarkan ilmu, agar nama kita dikenal orang, eksistensi diri, atau uang? Apakah niat karena uang itu terlarang?
Tidak dong! Boleh-boleh saja menulis buku untuk mendapatkan penghasilan. Namanya saja keahlian maupun keterampilan, seperti: memasak, membuat bangunan, bikin kerajinan dan lain-lain. Kalau semua profesi itu bisa mendapatkan uang, mengapa menulis tidak?
Uang juga hal yang memang dikejar oleh hampir semua orang. Asalkan halal dan berkah, maka punya uang banyak tidak masalah. Tentu harus dengan keikhlasan juga dong.
Jauh lebih baik mendapatkan ratusan juta rupiah dari menulis, tetapi ikhlas, daripada tidak dibayar, toh juga tidak ikhlas. Silakan pilih sesuai yang kamu mau!
Mencari Mentor
Jika dianalogikan, mentor ini seperti motor. Artinya, untuk bisa menuju ke tempat lain, maka kita butuh motor. Entah itu, motor di mobil maupun sepeda motor. Untuk pesawat terbang, juga butuh motor lho!
Akan sangat susah kalau kita melakukan sesuatu tanpa adanya pembimbing alias mentor itu tadi. Namun, harus mentor yang baik ya! Ada juga mentor yang buruk, yaitu: Dementor. Itu lho, makhluk astral mengerikan di film Harry Potter.
Mentor itu adalah orang yang lebih dulu daripada kita. Seperti dalam perjalanan lagi, dia lebih dulu sampai. Jadi, dia sudah tahu jalur, kendalanya, ramai atau tidak dan sebagainya.
Cak Inin (hampir saja saya tulis Cak Imin), menyarankan untuk jangan sembarang cari mentor. Tentunya, lebih pas adalah mentor yang sukses. Masa kita berguru kepada penulis kemarin sore? Ya ‘kan? Eh, kemarin sore itu hari apa ya?
Seperti dalam grup menulis yang saya ikuti di WA, banyak penulis hebat. Maka, saya bisa belajar dari mereka. Termasuk dari blog-blog mereka.
Oh, ya, tidak cuma mentor, tetapi juga teman-teman senapas. Berada dalam komunitas yang positif itu sangatlah perlu. Di sini yang ditekankan benar-benar positif dalam arti memberikan semangat dan motivasi untuk maju lho ya! Bukan positif corona. Kalau yang ini, kita lari saja!
ATM
Banyak orang yang diperlakukan istimewa ketika berada di ATM. Bukan orang yang memperlakukan seperti itu, melainkan si mesin ATM sendiri.
Lho, kok bisa Mas? Iya, jelas, karena setelah memasukkan kartu ATM dan mengambil uang, si mesin ATM yang budiman mengatakan begini, “Maaf, saldo Anda tidak mencukupi.”
Ternyata, dia tahu etikanya ‘kan? Mesti minta maaf lebih dulu, meskipun yang salah memang si pemegang kartu ATM. Semoga ada rezekinya bisa diisi.
Dalam tulisan ini, kita tidak akan bahas ATM yang model begitu. ATM dalam arti lain, punya kepanjangan ATTTMMMM…..
Baca Juga: Renungan Penuh Hikmah Saat Mengambil Uang di ATM
Oh, itu kalau anak kecil ditanya kepanjangan ATM. Untuk urusan motivasi menulis, ATM adalah Amati, Tiru, Modifikasi!
Amati. Apa yang perlu diamati? Ya, jelas tulisan, lah! Masa rumahnya si penulis?
Tulisan yang bagus itu punya sistematika tertentu. Punya bentuk yang berbeda daripada tulisan kurang bagus. Dibaca menarik, bisa bikin tersenyum, bahkan tertawa, tidak bosan dibaca berulang-ulang dan menginspirasi. Saya harap tulisan saya bisa begitu, ya!
Kalau sudah menemukan tulisan yang bagus, langkah selanjutnya adalah tiru. Dalam hal ini, tiru bukan berarti copas alias dicontoh plek. Tulisan orang langsung klik kanan, copy paste, lalu dipindahkan ke web sendiri. Itu sih ilegal namanya.
Makanya itu, untuk menghindari hal demikian, maka website saya ini dirancang susah dicopas. Coba saja kamu copy paste tulisan ini, sulit ‘kan? Tidak seperti blog lain pada umumnya.
Masih kaitannya dengan meniru, yang dimaksud adalah meniru dulu tulisan orang lain. Setiap penulis pastilah punya gaya. Dan, itulah keunikannya. Tidak ada penulis yang benar-benar mirip dalam menghasilkan karya.
Kalau sudah meniru gaya tulisan orang lain, langkah berikutnya adalah menemukan sendiri gaya tulisan kita. Waduh, bagaimana caranya? Gampang. Dengan sering menulis, maka kita bisa mendapatkan gaya sendiri. Percaya deh!
Gaya kita sudah ketemu, maka tinggal modifikasi. Tidak cuma mobil atau motor, atau bahkan, hem, muka seseorang yang dimodifikasi, tulisan juga bisa. Kembali ke poin kedua tadi, semakin sering dan konsisten menulis, kita akan memodifikasi sumber tulisan lain. Ini juga, percaya deh!
Manut
Dalam bahasa Indonesia, manut itu artinya menurut. Meski ada juga arti lain, yaitu: burung. Eh, tunggu! Kalau itu sih namanya manuk.
Seorang mentor yang memberikan arahan atau panduan dalam menulis, maka kita mesti mengikutinya. Sebab, dia sudah berpengalaman dan ilmunya lebih luas. Panduannya sudah terbukti.
Makanya, cara terbaiknya adalah ikuti saja yang ada! Meskipun nanti di tengah jalan, ada perubahan-perubahan tertentu, maka tinggal disesuaikan saja.
Istiqomah
Ini bukan nama orang, meskipun teman SMA saya punya nama itu, yaitu: Isra Istiqomah. Kamu tidak kenal ‘kan?
Konsistensi. Persistensi. Jangan naik tensi. Menulis itu adalah sebuah proses, yang bisa jadi panjang, sepanjang jalan kenangan.
Butuh yang namanya latihan setiap hari. Seharusnya jika ingin jadi penulis yang berhasil, memang harus rutin menulis setiap hari.
Seperti yang disarankan Cak Inin, setiap pagi, habis Subuh. Pikiran masih segar, belum mandi, suasana masih agak sepi, waktu yang pas untuk mulai menuangkan isi kepala ke dalam tulisan yang joss.
Namun, tidak menutup kemungkinan, menulis bisa dilakukan kapan saja, asal ada waktu dan tempat yang mendukung. Seperti saya sendiri, lebih banyak justru setelah Isya. Bahkan sampai begadang untuk merangkai kata demi kata.
Setiap orang bisa punya waktu menulis yang berbeda. Tapi ingat, jangan selalu mengandalkan waktu saja lho! Lebih spesifik lagi, adalah bergantung kepada mood.
“Waduh, saya gak mood nulis hari ini! Besok saja, lah!”
“Ada pekerjaan hari ini, sibuk luar biasa. Nulisnya kapan-kapan saja. Toh juga masih ada waktu.”
Hal-hal semacam itu dapat membuat kita jadi lebih lama dalam menulis. Pada akhirnya, yang sudah dimulai, kapan mau diakhiri? Sudah mulai masuk halaman pertama, kedua, eh, tidak lanjut lagi karena berbagai alasan.
Keadaan seperti itu berarti tergantung kepada mood. Penulis yang profesional, tidak tergantung kepada suasana hati. Ketika suasana hatinya ingin mempermalasnya, dia melawannya. Pada akhirnya, tulisannya pun jadi. Bukunya pun terbit.
Siap Menerbitkan Buku?
NMATMI sudah saya jabarkan dalam tulisan ini. Tidak sepenuhnya penjelasan dari Cak Inin, tetapi saya tambahkan agar lebih joss lagi. Bukankah tulisan yang bagus itu juga termasuk hasil modifikasi dari orang lain?
Pelatihan menulis gratis 2020 seperti di WA tersebut ujungnya nanti adalah menerbitkan buku. Bolehlah kita menjadi makin semangat bisa menerbitkan buku sendiri, meskipun dibuka juga kesempatan untuk membuat buku antologi.
Mau sendiri atau bersama orang lain dalam menerbitkan buku, akan lebih bagus jika hati kita sudah dipenuhi dengan cinta yang halal dan legal. Untuk itu, buku yang paling pas adalah buku nikah. Bentuknya tipis dan kecil, tetapi dukungan pasangan sangat perlu, agar proses penulisan kita makin terampil.
Tulisan dan isinya 👍👍👍 lengkap dan banyak pesan yang bisa kita petik di dalamnya. 🙏🙏🙏
Terima kasih banyak, semoga bermanfaat buat semua.
Mantap! Blogger pro memang beda 🙂
Alhamdulillah. Masih harus banyak belajar lagi ini Pak. Terima kasih sudah berkunjung.
Masya Allah…bagus sekali….bolehlah saya belajar dari bapak….
Alhamdulillah, boleh-boleh saja. Silakan kita saling sharing saja.