Masa telur rebus jadi obat baru virus Corona sih? Yang bener? Sebelum itu, berbagai berita yang kita terima, baik dari media sosial maupun media televisi atau media mulutnya orang (jangan sampai sembarang kena dropletnya lho) tentang virus Corona memang membuat kita terus terbayang-bayang. Pagi, siang, sore, malam, terus saja ada berita semacam itu.
Kenyataannya, rata-rata memang berita yang negatif. Bertambahnya jumlah korban positif, tenaga kesehatan yang butuh bantuan APD, sampai adanya isu jenazah yang dicurigai kena Corona, malah dibawa pulang keluarganya, dibuka plastik dan dimandikan pula. Banyak juga yang melayati. Wah, wah, wah! Seandainya betul itu jenazah kena Corona, betul-betul mengerikan sekali akibatnya!
Makanya wajar, ketika kita membaca atau menonton media-media tersebut, maka tenggorokan kita akan merasa agak gatal, nyeri dan merasa agak sedikit meriang walaupun suhu tubuh normal. Kita seakan-akan terkena juga gejala dari Corona tersebut. Hal ini dikatakan oleh dr. Andri, SpKJ, FACLP lewat akun Twitternya.
Itu adalah reaksi psikosomatik tubuh saat ini yang memang terasa. Muncul karena kecemasan kita yang dipicu oleh berita bertubi-tubi tentang virus Corona. Amygdala atau pusat rasa cemas sekaligus memori menjadi terlalu aktif bekerja, sehingga tubuh ini kurang sanggup untuk mengatasi kerja berat tersebut.
Terus, solusinya apa dong? Menurut dr. Andri lagi, masih lewat Twitter, adalah dengan mengurangi dan membatasi informasi terkait Corona. Misalnya dengan browsing hal-hal lain yang lebih menyenangkan, melakukan hobi dan menyebarkan optimisme bahwa insya Allah kita pasti bisa melewati semua ini. Melalui pandemi ini. Kita sudah berhasil melewati wabah-wabah yang berat kok. Ya ‘kan?
Telur Rebus
Salah satu akibat dari kecemasan terkait Corona adalah tadi malam, Rabu (25/03). Sempat heboh seorang bayi yang baru lahir bisa bicara. Katanya, untuk menangkal Corona adalah dengan memasak dan memakan telur rebus. Telur tersebut harus dimakan sebelum jam 12 malam atau sebelum Kamis tiba. Jadi, telur sudah dianggap obat baru virus Corona.
Kabar tersebut santer terlintas di media sosial, terutama Facebook. Cukup banyak teman saya yang bercerita bahwa pada Rabu (25/03) malam itu, dia dihubungi, mungkin dengan telepon oleh teman-temannya agar segera mencari telur, merebus dan memakannya sebelum tengah malam. Mungkin karena cukup panik, apalagi bangun tidur ‘kan nyawa masih belum terkumpul sempurna – istilahnya begitu – makanya, percaya saja dengan kabar itu.
Ada yang membagikan link Youtube tentang bayi ajaib tersebut dengan link berikut ini. Ada pula dari akun yang bernama Rudy Santoso Liu tentang bayi baru lahir dan mengatakan untuk makan dua butir telur. Ada juga yang mengatakan bahwa itu sebenarnya adalah ulah pedagang telur yang ingin agar telur-telurnya bisa laku sebelum tengah malam. Kira-kira begitulah yang saya ketahui.
Pada link berita yang lain, beberapa masjid di Bolaang Mongondow Utara mengumumkan bahwa telur bisa menangkal virus Corona. Sebagai contohnya adalah Masjid Al-Falah Desa Iyok. Seorang warga Tanjung Buaya bernama Rini mengatakan, “Karena ada pengumuman di masjid, kami langsung bangun dan beli telur dan langsung direbus untuk dimakan.”
Berbagai Tanggapan
Menurut peribahasa, kepala boleh hitam, pendapat boleh berbeda. Kalau menurut peribahasa saya, kepala boleh hitam, tetapi jumlah ketombe pastilah berbeda. Kecerdasan setiap orang juga memang tidak sama. Nah, tanggapan bermacam-macam datang dari teman Facebook saya. Ada yang serius menanggapi, ada pula yang bercanda. Bagi yang serius, langsung menembak dengan perbuatan syirik! Dia mencantumkan dalil sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu, ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az-Zumar [39]: 65)
Ditambah dengan ayat berikut:
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6]: 88)
Boleh deh dengan ayat ini juga:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Q. S. Al-Hujuraat ayat 6)
Serius dalam hal ini karena menyangkut aqidah, pondasi terpenting dalam agama Islam. Mendasarkan sesuatu kepada selain Allah termasuk dalam perbuatan syirik, sangat dimurkai oleh Allah. Wajar juga yang meluncurkan dalil seperti itu karena dia juga belajar agama atau sudah lama mendalami agama Islam.
Lain juga teman yang mengatakan lewat Facebooknya, kira-kira begini. Perintah Allah itu sering kita laksanakan dengan malas-malas atau merasa berat. Tapi, anehnya, begitu ada yang mengatakan seorang bayi baru lahir, barulah percaya 100%. Saling membangunkan yang lain dan maaf, kebodohan pun terus menular. Masa tengah malam, mau cari telur banyak-banyak? Hem..
Saya juga kaget dengan teman lama yang dulu kelihatannya tidak sholat, diajak sholat juga ogah-ogahan waktu di kantor. Ternyata, dia juga berkata bahwa itu berbau kesyirikan. Kasih bangun orang-orang di tengah malam dengan kabar bohong seperti itu.
Ada pula yang menyarankan bahwa lebih baik sholat Tahajjud karena sudah terlanjur bangun di tengah malam. Berdoa dan bertaubat karena berbuat yang berbau kesyirikan itu tadi. Apalagi Tahajjud ‘kan memang di waktu mustajab.
Bagi yang sudah terlanjur merebus telur, diniatkan saja untuk puasa sunnah pada hari Kamis. Sebagai tolak bala juga. Apalagi sudah memasuki bulan Sya’ban. Kira-kira sebulan lagi, Insya Allah, Ramadhan akan datang. Tapi, apakah Corona ini bisa selesai sebelum Ramadhan ya?
Lalu, bagaimana dengan yang tidak serius, Mas? Nah, ini dia yang kelihatannya konyol. Seorang guru muda perempuan mengatakan bahwa masih mending itu bayi bicara suruh makan telur. Bagaimana seandainya bayi tersebut mengatakan bahwa semua yang jomblo harus menikah? Wah, pasti heboh banget, ya ‘kan?
Lain lagi dengan teman saya yang entah PNS, entah bukan, bekerja di Dinas Pariwisata, bahwa hati-hati Bu, memasak telur, jangan sampai salah telur! Wah, teman saya yang satu ini memang pandai dalam mengolah situasi dengan kelucuannya. Semoga telurnya juga tidak apa-apa.
Teman saya yang bekerja sebagai guru bercerita di status Facebooknya bahwa dia dihubungi oleh temannya di berbagai daerah. Ada lima orang katanya. Namun, dia tidak meneruskan menghubungi teman-teman yang lain. Informasi stop di dirinya.
Dalam komentar di statusnya, ada yang dihubungi juga dari daerah yang sulit sinyal. Jangankan sinyal internet, sinyal telepon saja sulitnya minta ampun. Jaringannya GSM alias Geser Sedikit Mati. Hahaha. Betulan saya tertawa membaca singkatan dan kepanjangan itu karena di daerah tempat saya tinggal, ada yang harus naik pohon baru dapat sinyal. Ini biasanya di daerah yang mesti menyeberang laut dari ibukota kabupaten.
Teman saya itu mengatakan bahwa yang tidak dihubungi tentang kasus telur ini, berarti tidak terkenal. Waduh, berarti saya juga dong, karena saya tidak dihubungi oleh siapapun! Atau jangan-jangan mereka tahu bahwa saya ini lebih suka telur goreng mata sapi daripada telur rebus? Apalagi dicampur dengan nasi ditambah kecap manis, wah, sudah sajian lezat waktu saya masih ABG, tinggal di rumah orang tua. Sekarang? Juga masih begitu. Bukan masih ABG-nya, tetapi masih suka telur mata sapi.
Khawatir Naik Lagi
Heboh berita hoax telur rebus di Sulawesi Tenggara ini dikhawatirkan memang bisa menggoyang keimanan. Percaya kepada hal-hal yang mistis dan sama sekali tidak terbukti untuk menyembuhkan virus Corona. Memang sih, virus Corona masih ganas, kita belum bisa benar-benar terbebas dari makhluk super kecil ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala itu. Namun, setidaknya kita jangan menambah perbuatan dosa, apalagi dosa besar yang menggerogoti iman kepada Allah.
Dan, semacam itu memang bisa disebut khurafat. Ingat lho, itu belum fitnah Dajjal yang muncul. Baru fitnah kecil seputar telur rebus, sudah banyak orang panik dan malah dilaksanakan. Ohh, ternyata yang melaksanakan itu kebanyakan perempuan. Ternyata, benar yang pernah saya dengar dari seorang ustadz muda, rata-rata pengikut Dajjal itu adalah perempuan. Makanya, nanti ketika Dajjal muncul, kaum perempuan meski diikat. Tapi, jangan sekarang lho ya!
Menanggapi berita yang nyata-nyata hoax, kita memang mesti cerdas dalam menggunakan medsos. Kalau berhenti di kita masih mendingan. Bagaimana jika kita ikut menyebarkannya? Wah, ini yang jelas-jelas bisa merugikan kita dan orang lain. Apalagi kalau dianggap telur sebagai obat baru virus Corona! Waduh, ini penelitian dari mana ya? Selama ini memang belum ada kok obat baru virus Corona tersebut!
Selanjutnya, yang dikhawatirkan dari kasus aneh bin nyeleneh ini adalah naiknya harga telur! Orang cari masker, harganya naik, langka luar biasa. Orang cari hand sanitizer, juga susah sekali didapat. Ibarat mencari jarum di tengah samudera, bukan lagi di jerami! Nah, ketika santer berita telur rebus penangkal Corona, nyatanya masih saja ada orang super heboh membeli telur dalam jumlah banyak. Yang untung jelas si penjual telur dong!
Hal yang jelas, harga-harga memang makin naik. Termasuk dalam hal ini adalah uang panaik, sebagaimana tradisi di Sulawesi Tenggara. Hey, tunggu dulu, bukankah sekarang dilarang untuk kumpul-kumpul atau bikin acara karena virus Corona ini? Berarti uang panaik yang notabene digunakan untuk resepsi pernikahan itu bisa terkurangi banyak dong?!
Wah, ini jelas bisa jadi pertanda bagus buat anak muda jomblo! Kesempatan untuk menikah dengan biaya yang lebih murah. Atau masih saja belum punya keberanian? Hem, mau sampai kapan? Masa mau terus masuk sebagai bagian dari KORONA alias Komunitas Remaja jOmblo meraNA? Perlu diketahui bahwa menikah itu adalah sumber kebahagiaan dan kaitannya dengan tulisan ini, bisa juga untuk memanfaatkan telur yang ada dengan baik, secara halal dan legal.