Heran sekaligus kaget. Pertama kali membaca sebuah buku yang menghimpun kisah 20 blogger di Indonesia ini. Beberapa saya kenal, lebih banyak yang tidak kenal. Begitu pula pasti lebih banyak yang tidak kenal saya.
Melalui grup Whatsapp yang memang tidak ada di Telegram, yah namanya saja grup Whatsapp Blogwalking Asik, saya mengenal buku dengan judul Blog at First Sight. Kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia, blog pada pandangan pertama.
Mirip cinta pada pandangan pertama ya? Namun, memang cinta banyak diungkapkan dalam buku ini. 20 orang yang mencintai dunia blogging, makanya mereka pantas disebut blogger.
Yah, kalau tidak cinta, ngapain susah-susah bikin blog ya? Sesuatu yang dijalankan tidak dengan rasa cinta, maka kita tidak akan merasa ramah. Seperti kisah fiksi terkenal itu, ramah dan cinta.
Persepsi yang Salah
Sebelum membahas lebih jauh tentang buku setebal 142 halaman dan tentu saja mungkin tidak setebal lipstik cewek menor ini, saya teringat pernyataan seorang internet marketer Indonesia. Inisialnya A, belakangnya E, dibaca Andrie. Lebih lengkapnya lagi Andrie Andropia. Awalnya inisial, kok sekarang nama lengkap?
Kata internet marketer yang pernah keluar dari PNS itu, dunia blog sudah tidak terlalu menarik lagi. Orang sekarang tidak terlalu berminat untuk membaca tulisan di dalam blog orang lain. Hal ini juga sesuai dengan data, hem, tolong carikan saya datanya ya, bahwa kecenderungan orang sekarang memang lebih suka menonton daripada membaca.
Makanya, video yang ada di TikTok jauh lebih banyak viewersnya daripada tulisan yang dipajang di blog, apalagi jika blognya itu belum bayar domain dan hosting alias sudah kadaluarsa, halah.
Video bisa dikatakan memuaskan daya visual seseorang. Lebih menarik dengan gerakan orang, warna, ditambah dengan suara yang memanjakan telinga, apalagi jika telinganya sudah bersih dari kotoran.
Blog yang isinya memang sebagian besar tulisan dianggap membosankan. Bukankah kita tahu bahwa literasi masyarakat Indonesia termasuk rendah? Selain rendah, justru tingkat komentarnya tinggi. Daya sebar hoax juga tinggi. Belum baca semua, sudah disebar. Makanya, sering ada perintah: Baca Sampai Selesai. Yang dimaksud di situ ya semua tulisannya, bukan diartikan: Baca Judulnya Sampai Selesai. Kita tidak boleh terjebak dengan judul, meskipun usia kita dapat dikatakan sudah jadul.
Ternyata, persepsi yang salah itu dipatahkan oleh buku ini. Dunia blog itu ternyata luas sekali. Manfaat ngeblog pun banyak. Buktinya, 20 penulis dalam buku ini mengungkapkan suka duka mengelola blog. Ada yang menjadikan menulis di blog itu sebagai terapi healing. Ada yang menjadikannya untuk bertarung di lomba blog. Ada yang berhasil mendapatkan cuan dari blog. Cuan memang cocoknya bagi laki-laki, sedangkan kalau perempuan itu namanya nyonya!
Oleh karena itu, sebuah persepsi tidak serta merta disandarkan pada pendapat satu orang. Kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Melihat dari sudut pandang itu mirip tukang mengintip. Kalau mau memandang, harus cari sudut-sudut.
Masih kaitannya dengan blog, selalu ada persepsi lain yang kemungkinan benarnya ada. Jadi, jangan salah persepsi. Kalau salah persepsi, maka lebih baik kita pindah gedung! Malu ‘kan?
Dimulai dari Sini
Buku ini dimulai dari mana? Tentu saja dimulai dari membuka plastik pembungkusnya! Masa baru datang dari kurir, langsung dibaca? Mana mungkin, lah.
Pada bab atau bagian pertama, seorang blogger bernama Mutia Ramadhani, bercerita tentang dunia parenting yang menjadi niche utama blognya. Niche itu artinya fokus, lho, bukan penyanyi zaman dulu yang bernama Niche Ardilla.
Mutia mendapatkan anugerah anak bernama Rashif. Anak ini mendapatkan keistimewaan yang tidak didapatkan pada anak lain. Salut bagi Mutia yang tetap mengasuh anak ini dengan baik. Saya memilih mencintai anak ini tanpa syarat dan membesarkannya sekuat tenaga, meski cinta itu sendiri tidak bisa meniadakan rasa sakit dan sedih yang turut meresap ke dalam jiwa saya (halaman 2).
Berkat anak ini, Insya Allah menjadi jalan rezeki pula untuk Mutia. Beliau berfokus untuk memenangkan lomba blog dan menerima content placement atau sponsored post dari berbagai brand.
Dari hasil lomba blog, ternyata beliau sama dengan saya, memenangkan lomba blog pertama kali dari Mizan Blog & Vlog Competition 2019. Mutia berada di urutan ketiga, saya yang keempat. Yang kelima saya tidak tahu namanya, karena memang tidak ada kok!
Tantangan untuk menjadi blogger sekaligus ibu yang mengurus keluarga adalah membagi waktu. Mutia memberikan tips untuk memperlakukan menulis layaknya pekerjaan. Mempunyai jadwal khusus untuk menulis. Selain itu, memanfaatkan kesempatan apapun untuk menulis. Artinya, bisa di luar jadwal yang telah ditentukan itu tadi.
Personal Branding
Pada bagian kedua, diceritakan tentang Janu Muhammad dan Sulistiana Febriawati. Mereka berdua adalah pasangan blogger. Mendapatkan jodoh ya melalui blog. Makanya, bagi kamu yang belum menikah dan tidak punya blog, mungkin jodohmu akan lebih lama lagi. Kasihan deh..
Blogger bernama Janu Muhammad ini menganggap blog itu memang sebagai personal branding. Pada dasarnya sih hampir sama, terlebih jika domainnya memakai nama sendiri.
Pada bagian belakang sendiri, halaman 142, hampir semua memakai domain nama yang empunya, kecuali Lintang Gumintang, Priyo Harjiyono, Rini Novita Sari, dan Joko Yugianto.
Saya sendiri juga memakai nama lengkap saya untuk domain website ini. Mengapa begitu? Apa yang melatarbelakangi keputusan itu? Ternyata, karena memang domain ini belum ada yang pakai. Jadi, ya, saya pakai saja. Bangga dong punya domain yang cuma satu-satunya di dunia. Ya ‘kan?
Kalau nama blogger sudah menjadi domain itu sendiri, maka tinggal membawakan diri saja, alias personal branding tersebut. Orang akan mengaitkan domain dengan isi dari blog. Rata-rata sih nichenya gado-gado.
Padahal, tidak harus gado-gado untuk menyatakan campur-campur. Ada juga ketoprak, pecel, dan gudeg Jogja. Mungkin terdengar asing, ya? Blogmu nichenya apa, Bro? Hem, anu, blogku nichenya gudeg Jogja. Terdengar aneh toh?
Mengikuti Lomba
Blog selain sebagai personal branding, juga bisa diadu dalam suatu perlombaan. Tentunya lomba blog dong, masa lomba makan kerupuk di tiang panjat pinang?
Ambil contoh blogger bernama Rini Novita Sari. Dia berhasil mengantongi lebih dari 10 apresiasi di kompetisi blog (halaman 47).
Selain Rini, ada pula pak guru blogger bernama Supadilah. Beliau yang sering mengikuti lomba blog dan sering pula menang meminta pengertian istri dan anak-anak kalau sedang lomba (halaman 59). Dukungan semacam ini luar biasa. Karena istrinya menyiapkan camilan dan minuman hangat. Bikin semangat menulis, deh! Dan, kenikmatan semacam itu tidak akan didapatkan pada diri jomblo. Aduh, kok jomblo lagi, jomblo lagi.
Kisah yang mencengangkan tentang lomba blog juga ada pada diri adik kita, Muhammad Nur Ardi Handayat. Dia berhasil memasuki Universitas Diponegoro melalui jalur prestasi. Mau tahu prestasinya? Tidak lain, tidak bukan, karena menjadi pemenang dalam ajang lomba blog.
Semangat berprestasi juga ditunjukkan oleh Adhi Hermawan. Berkat blog, bisa traveling gratis, bahkan mendapatkan penghargaan dari Menteri Kelautan dan Perikanan RI periode tahun 2014-2019, Susi Pudjiastuti (halaman 110).
Kalau ingat Bu Susi, maka kita ingat pula kata “Tenggelamkan!” Saking beliau getol sekali menenggalamkan kapal-kapal yang melanggar aturan. Begitu pula dengan blogger yang tidak rajin mengupdate blognya sendiri. Tenggelamkan! Eits, maksudnya dia mungkin tenggelam dalam kesibukan selain ngeblog.
Pada kisah terakhir di buku ini, dari Rizka Edmanda, mantan Putri Indonesia ini berhasil mengunjungi Palestina karena menjadi juara pertama dalam sebuah lomba blog. Tentunya itu pengalaman yang sangat luar biasa. Betapa banyak kaum muslimin yang ingin menginjakkan kaki di sana, tetapi belum kesampaian. Sementara Rizka cukup dengan lomba blog. Alhamdulillah.
Dari para pemenang tersebut, tidak bisa dilihat hanya kesuksesannya saja, tetapi pastilah ada perjuangan di balik itu. Membuat tulisan dengan judul yang menarik, cerita yang memikat, ditambah dengan foto maupun infografis yang ciamik, tidak mudah, bahkan bagi blogger pemula sekalipun. Ya, iyalah.
Para blogger pemenang itu telah membuktikan diri bahwa mereka memang mampu untuk menggenggam prestasi. Bahkan tidak cuma sekali, tetapi berkali-kali, bersungai-sungai.
Maksudnya menyusuri setiap kesempatan untuk ikut lomba blog yang lajunya mirip aliran sungai itu. Tidak bisa ditebak ujungnya, kadang alirannya deras karena banyak peserta dan hadiahnya wow, kadang pula biasa saja, apalagi jika tidak ada hadiahnya. Walah, buat apa ikut kalau tidak ada hadiahnya?
Inspirasi Tiada Henti
Jadi, menjadi blogger masih dianggap ketinggalan zaman? Eits, tunggu dulu! Kalau ketinggalan bus mungkin bisa, tetapi blog tetaplah dibutuhkan. Nyatanya, bisa kok menghasilkan rupiah dari situ. Minimal sebagai uang pengganti untuk perpanjang domain dan hosting jika sang blogger memakai TLD. Penyakit yang bisa muncul pada blogger yang mau mengikuti lomba juga TLD, alias TeLaD.
Tidak semua kisah bisa saya ungkapkan di sini. Yang jelas, Insya Allah semuanya menarik bagi kamu yang belum pernah membacanya. Syarat untuk membaca buku ini cukup mudah, yaitu: kamu tidak buta huruf, itu saja.
Kisah-kisah blogger dalam buku ini juga akan tetap menarik kalau dibaca lagi setelah kamu selesai membacanya. Karena siapa tahu, kamu yang jadi blogger menjadi down atau mager, maka buku ini bisa menjadi penyemangat kamu.
Cerita-cerita nyatanya pun lebih menarik dibandingkan cerita layangan putus. Yang ditakutkan blogger bukanlah layangan putus, melainkan layanan putus. Ya, layanan domain, hosting, apalagi layanan internet, listrik juga!
Masih ada kesempatan pula jika kamu ingin mengikuti jejak mereka, tidak harus menjadi Pramuka dulu untuk ikut mencari atau mengikuti jejak.
Tips-tips dari mereka untuk menjadi blogger yang berhasil adalah tetap harus rajin membaca, rajin menulis, mempelajari tulisan blogger lain, terutama yang berhasil menang, dan tidak kalah pentingnya adalah berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Saya ucapkan selamat atas terbitnya buku Blog at First Sight ini. Semoga bisa menyusul nanti buku selanjutnya yang menampung cerita dari blogger lain, kalau ada sih. Mungkin kalau ada buku kedua, judulnya jadi: Blog at Second Sight. Eh!
Keterangan Buku:
Judul: Blog at The First Sight (Kisah Inspiratif 20 Blogger Indonesia)
Penerbit: CV. Dandelion Publisher
Tebal: 142 halaman
Cetakan: 1 (Januari 2022), sudah bestseller, memang cocoknya buku bestseller dibaca sambil menunggu dipanggil teller
Harga: Tanya Mbak Rini Novita Sari saja
Bukunya ditulis oleh blogger berpengalaman baik dari lomba, merih cuan dan semacamnya. Suatu saat Insya Allah bisa meniru beliau
Semoga saja ya..
Makasih infonya ka.. buku recommended ini bagus banget buat aku yang lagi terjun di dunia blog
buku yang layak dimiliki oleh bloger ya, banyak kisha inspiratifnya. bisa dibaca kalau lagi down. ternyata menjadi bloger itu perjuangan yang gak mudah, banyak rintangan dan kerja keras, tapi kalau sukses, tentu nikmat sekali ya
Kl baca bukunya bisa menambah motivasi buat ngeblog. Apalagi yg nulis memang blogger2 hebat n panutan
Ya Alloh mas, saya sampai senyum-senyum sendiri loh, ngebaca ulasan buku Blog at The First Sight-nya Ms Rizky ini .
Memang masih ada sih, ya yang bicara miring tentang aktivitas blogger, padahal tulisan-tulisan yang ada di google selain punya media cetak itu juga punya blogger, kan?
Btw saya koq jadi tertarik untuk beli buku antologi terbaru Mb Rini ini.
Nice referensi ms. Tengkyu.
Iya, Mbak, selamat membaca ya..
Huaa, inspiratif bangeet ini bukunyaa. Kisah dari perjuangan blogger. Pasti butuh perjuangan sampai ke tahap sekarang. Semoga best seller teruus bukunya. Aamiin
Aamiin, semoga bukunya makin bermanfaat.
Ya Allah, Ramah dan Cinta, Niche Ardilla, itu gak sekalian Pramukanya bawa2 Lord Boden Powell mas? Seketika aku pengen koprollllll. Wkwkwk.
Renyah sekali ulasannya tentang buku ini mas. Terima kasih banyak. Semoga di lain waktu kita bisa ada di satu antologi bareng. Pasti seru satu buku sama dirimu. Ternyata kita sama2 menang perdana di Mizan ya mas. Masya Allah.
Semangat massss, terima kasih atas apresiasinya.
Makasih juga udah komen, Mbak..
Terima kasih Mas udah bersedia membaca bukunya. Semoga bermanfaat ya, Mas. Thank you, Mas. Salam kenal
Salam kenal juga Kak.. 🙏
Aku udah bacaloh bukunya, emang keren banget, bukunya sangat menginspirasi bagi kami para blogger pemula, apalagi kalau lagi down, langsung deh baca lagi bukunya
Penasaran nih sama bukunya, kemaren juga baca ulasan buku ini di blog teman dan emang menarik plus inspiratif banget.
Kayaknya ini bisa jadi cambuk untuk lebih semangat lagi ngeblog nya.. aku mau OTW pesan ini. Karena kmaren ketinggalan akibat miskom haha 🙂
Salut pada 20 blooger yang berkonribusi menuliskan kisahnya dalam buku Blog at the first sight itu. Saya sendiri belum baca bukunya, tapi lumayan sering mengunjungi blog beberapa penulisnya
Artikel yang menarik, kamu bisa baca artikel lain di link ini http://news.unair.ac.id/tag/infrastruktur/