Alhamdulillah, sudah masuk di malam ke-21 Ramadhan. Malam ganjil. Nah, karena malam ganjil itulah, di 10 malam terakhir ini, apakah kita masih berharap meraih malam Lailatul Qadr?
Menjelang berakhirnya Ramadhan juga, mestinya, kepentingan dunia memang dikurangi, lah. Lebih fokus ibadah. Kapan lagi sih bisa ketemu bulan suci Ramadhan ini? Tahun depan belum tentu juga ‘kan?
Sebenarnya, kalau berbicara malam Lailatul Qadr, saya mau mengenang sedikit tentang seorang tokoh kampung saya dulu di Jogja. Namanya Pak Dino Ahmad. Beliau sudah meninggal dunia, saya lupa tahun berapa? Waktu itu, saya sudah tinggal di Sulawesi Tenggara.
Datang Tengah Malam
Pak Dino termasuk orang yang sholeh. Beliau termasuk imam yang disegani dan dicintai oleh jamaah Masjid Al-Amin, masjid di kampung saya. Sosoknya yang ramah, tetapi juga tegas ketika berbicara tentang agama Islam.
Beliau pernah mengatakan kepada saya, bahwa janganlah tidur di atas karpet masjid! Sebab, air liur yang ke luar dari mulut saya, itu dikatakannya najis. Bisa membuat karpet jadi najis.
Waktu itu saya percaya saja. Tidak bisa membantah. Saya takut karena dasar agama saya memang cetek. Sampai sekarang juga sih.
Ternyata, barulah tahu bahwa najis itu cuma dari dua lubang, yaitu: kemaluan dan dubur. Mulut tidak bisa dikatakan najis. Sebab, muntah saja tidak membatalkan wudlu. Berarti ‘kan tidak najis. Pendapat yang salah. Namun, semoga itu tidak mengurangi kebaikan beliau juga.
Baca Juga: Apakah Hidup Anda Seperti Kecoa Terbalik?
Beliau melakukan i’tikaf di masjid memang setelah tengah malam. Kira-kira jam 2. Datang ke masjid Al-Amin, sholat tahiyatul masjid, selanjutnya duduk berdzikir.
Masjid tidak dinyalakan lampu seperti biasa waktu sholat Subuh. Jadi, masih remang-remang meneduhkan. Ada juga satu warga dekat masjid yang ikut beri’tikaf. Rumahnya menempel di dinding masjid.
Ketika tengah malam semacam itu, peluang untuk khusyuk memang lebih mudah merasuk. Apalagi di masjid yang jelas-jelas merupakan rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kita bisa berdoa, berdzikir, membaca Al-Qur’an, sholat malam dan ibadah lainnya. Asal jangan tidur saja, lah. Kalau itu lebih baik di rumah saja. Hehe…
Malam Seribu Bulan
Malam Lailatul Qadr sering disebut dengan malam seribu bulan. Keutamaan ibadahnya atau meraih malam Lailatul Qadr tersebut memang seperti rentang waktu 83 tahun plus 4 bulan. Umur manusia sekarang jarang yang sampai segitu. Apalagi hadirnya selalu tiap tahun. Kalikan saja. Seperti yang bisa dilihat pada video berikut ini:
Sedangkan kalau malam Aladdin namanya 1001 malam. Hem, tidak tahu juga, kenapa ada kelebihan satu malam? Bonus mungkin ya? Haha…
Untuk meraih malam Lailatul Qadr memang tidak disebutkan secara rinci, pada malam ke berapa? Yang jelas, pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, utamanya malam-malam ganjil. Tapi, pada malam ke berapa?
Ada celoteh yang mengatakan bahwa kita tunggu keputusan pemerintah pada malam ke berapa Lailatul Qadr tahun ini turun! Wah, ketawa saja kalau begini! Mana tahu pemerintah? Dan, mungkin juga kebutuhan masyarakat juga mana tahu ya? Lho?! Pemerintah yang mana nih?
Kira-kira, kalau kita diberi tahu pastinya pada malam ke-27 misalnya, apa manfaatnya buat kita? Saya rasa, justru malah kurang bermanfaat. Sebab, dari awal Ramadhan mungkin hanya ibadah asal-asalan atau malah tidak ibadah. Sedangkan pada malam itu, kenceng luar biasa! Setelahnya kendor lagi. Ya ‘kan? Bisa jadi ‘kan?
Sama juga mungkin dengan ajal kita. Mana ada sih orang tahu kapan dan di mana dia akan meninggal? Jika diberitahu, misalnya, eh, kamu akan meninggal di usia 30 tahun lho! Maka menjelang usia itu, langsung beribadah dengan tekun dan teratur. Yang masih jomblo, akan segera menikah. Meski ya belum tentu juga sih bisa dapat jodoh umur segitu. Ahayyy!
Tanda-tanda dari Malam Kemuliaan Tersebut
Bicara tentang tanda-tandanya, sebenarnya ini bisa menjebak. Maksudnya, justru tanda yang ada, setelah lewat pada malam tersebut. Artinya, tanda tersebut muncul setelah siangnya.
Sebagaimana disebutkan bahwa cahaya matahari pada paginya tidak begitu panas, teduh, menyejukkan. Tidak terasa terik. Hangat dan nyaman dirasakan.
Ada yang pernah merasakannya setelah malam ke-27 Ramadhan. Matahari tampak terang, tetapi tidak panas. Dia berdiri di bawah matahari, tapi tidak terasa menyengat sebagaimana biasa. Nah, ketika muncul tanda itu, Subhanallah, malam sudah berlalu. Tidak bisa kembali lagi yang sudah lewat. Sebagaimana hadits berikut ini:
Diriwayatkan dari jalur Ubay bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Lailatul Qadr itu adalah malam, ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat di dalamnya. Malam itu adalah malam yang cerah, yaitu malam ke-27 (dari bulan Ramadhan). Tanda-tandanya adalah pada pagi hari, matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang terik menyilaukan.” (H.R. Muslim 1272).
Bagaimana pula dengan ada yang mengatakan bahwa orang yang mendapatkan malam Lailatul Qadr akan mengalami peristiwa yang luar biasa? Bagaimana dengan orang yang biasa-biasa saja, padahal sejatinya dia mendapatkan malam Lailatul Qadr? Hem, boleh tahu jawabannya lebih lengkap di video berikut:
Semestinya bagi yang menyadari, akan menangis karena melewatkan malam yang penuh rahmat, malam yang sangat indah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ketenangan yang ada pada malam itu juga akan dirasakan bagi orang-orang yang melakukan ibadah. Bayangkan saja, para malaikat turun ke bumi sampai dengan Subuh. Jumlah malaikat pastilah jauh lebih banyak daripada manusia. Bumi ini akan sesak dengan para malaikat, namun tidak bisa kita lihat.
Ketika makhluk Allah yang bernama malaikat itu turun, maka pada saat itulah, kesempatan yang sangat bagus untuk beribadah. Sebab malaikat adalah makhluk yang tidak pernah berbuat dosa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kita saja berkumpul dengan orang-orang yang menyenangkan, akan ikut senang kok! Apalagi dengan makhluk yang sangat disenangi oleh Allah. Jadi, jangan sampai ketinggalan pada malam itu ya!
Begadang Syar’i
Inilah yang menjadi kunci untuk meraih keutamaan malam Lailatul Qadr tersebut. Apalagi kalau bukan dengan begadang? Iya, begadang.
Coba kita cek, betapa banyak anak muda, bahkan orang tua yang hobi begadang. Apa saja yang dilakukan ketika begadang itu? Macam-macam sih. Main game online, nonton pertandingan bola, main kartu dengan tetangga, baca buku (memangnya ada ya? hehe), maupun tidur. Eits, yang terakhir ini bukan begadang namanya.
Orang dengan kebiasaan begadang, bisa jadi habis Subuh, dia akan tidur. Bisa jadi pula sampai siang baru bangun. Atau malah sampai sore? Yang jelas itu tadi, dia tidur di waktu pagi atau siangnya.
Untuk bisa begadang, sebenarnya tidak perlu juga sih pakai minum yang aneh-aneh. Minimal kopi itu juga sudah cukup. Apa kalau tidak minum kopi tidak bisa begadang? Tidak juga, saya pernah begadang, tanpa harus minum kopi juga. Tapi kalau ada, juga boleh, lah… Halah!
Wahai, yang suka begadang, maka inilah kesempatanmu buat meraih malam Lailatul Qadr. Seandainya memang dia berjiwa begadang yang menggadang-gadang, wah, maka aktivitas apapun tidak akan membuat dia ngantuk! Ya nggak?
Masa orang hobi begadang baca Al-Qur’an malah ngantuk? Berdzikir malah jadi ngesot di lantai, terus ngorok? Jiwa begadang itu sangatlah bermanfaat dalam menjemput keutamaan 1000 bulan tersebut.
Dan, bisa juga divariasi jenis begadang syar’i, atau begadang sesuai tuntutan agama Islam tersebut. Awalnya membaca Al-Qur’an, mata terasa pedas atau capek, tutup dulu, ganti dengan berdzikir. Lama berdzikir, baca Al-Qur’an lagi atau sholat. Saya kira bagi si tukang begadang, hal tersebut akan ringan-ringan saja. Apalagi matanya senantiasa melek. 100 watt setiap malam sampai Subuh. Widih…!
Baca Juga: Bayar Sekarang Atau Nanti?
Atau mau yang jangka panjang? Ini tentunya dengan bersedekah harta. Mau melakukan ini di rumah, gampang saja, pakai mobile atau SMS banking. Tinggal cari donasi-donasi yang bertebaran di beranda FB kamu. Ikuti prosedur yang ada, baru kirim deh.
Kesimpulan
Kalau biasanya pada bulan Ramadhan, menjelang Lebaran, maka pasti banyak diskon. Penawaran menarik segala macam barang. Jika kita memiliki banyak uang, maka kita ingin membeli semuanya.
Nah, begitu juga dengan amal ibadah di bulan ini, terlebih di 10 malam terakhirnya. Pahala makin diumbar oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Apalagi dapat yang namanya malam Lailatul Qadr, maka Insya Allah, Ramadhan kali ini akan lebih bernilai. Sekali lagi, jangan sampai terlewat malam tersebut ya!
Dan, di tengah pandemi Covid-19 yang entah selesainya ini, maka kita akan lebih mudah menjemput malam Lailatul Qadr di rumah saja. Tidak perlu repot malam-malam pergi ke masjid. Mungkin dingin, sunyi, sedikit menyeramkan jalannya harus lewat kuburan, kalau ada lho, dan tentunya yah, banyak nyamuk di masjid. Hehe…
Beribadah di rumah, dengan segala kenyamanan yang ada, minimal sedia air di dekat kita, yang hangat-hangat dan mudah untuk diambil kembali, maka sungguh itu suatu nikmat yang sangat luar biasa dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oh, ya, ditemani istri juga. Dia duduk di sebelah kita, dekat sekali. Sesekali tangannya mampir ke badan kita, pakai senyum manis. Eh, akhirnya malah masuk kamar, dan beribadah jenis lain. Uhuuy!
Menjemput malam Lailatul Qadr pastilah tidak ada hubungannya sama sekali dengan Covid-19 ini. Tidak ada yang namanya PSBB di langit sana. Kalau Allah sudah perintahkan mereka turun, maka pasti akan turun juga. Malaikat sangat patuh kepada Allah, tidak pernah ingkar.
Adanya wabah Covid-19 ini, pasti Allah sudah memberikan hikmah. Salah satunya, kita tetap nyaman di rumah saja, beribadah sesuai sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam sambil terus berupaya menjemput malam Lailatul Qadr.
Begadang, jangan begadang, kalau tiada artinya. Begadang boleh saja, kalau ada perlunya.
Begadang pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan jelas sangat banyak artinya. Ayo, siapa mau maju? Jiwa begadang yang pasti tidak akan rugi, cuma di sini.