Mengikuti Webinar Niagahoster Tentang Membuat Storytelling

Mengikuti Webinar Niagahoster Tentang Membuat Storytelling

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Masya Allah, tadi malam saya terlupa. Ada webinar dari Niagahoster yang isinya panduan membuat storytelling. Saya baru lihat jadwalnya jam 19.56. Berarti sisa 4 menit lagi dimulai!

Tadi malam saya memang tidak membawa HP yang pecah sedikit layarnya ini ke masjid. Dichas saja di rumah dalam keadaan menyala dan paket data juga menyala. Kalau keadaan begitu, baterai akan lebih lama mengisi. Terbukti, ketika datang setelah Isya, baterai masih sekitar 55%. Masih belum 200%. Halah…

Menonton di Rumah Mertua

Istri saya memang suka sekali ke rumah mamanya alias rumah mertua saya. Seperti tadi malam, dia ke sana sejak sebelum Maghrib. Pamitnya sih memasukkan pakaian yang mau dijahit di rumah tantenya. Wah, sekalian juga dengan celana saya yang lepas tali kolornya! Hehe..

Segera saja saya ke sana juga. Dalam keadaan perut lapar melilit, membawa dua anak laki-laki saya. Sebelum berangkat, saya masuk ke link Zoom yang diberikan Niagahoster lewat email. Oh, ya, Niagahoster ini adalah penyedia layanan internet yang saya pakai ini lho! Jadi, ada semacam service tambahan untuk para pelanggannya. Tambah ilmu juga ‘kan?

Mengendarai sepeda motor dinas sambil membawa HP memang cukup merepotkan. Tapi, saya tidak mau ketinggalan materi. Tentang membuat storytelling ini memang sangat penting. Beberapa materi lain saya ikuti tentang storytelling. Ada buku yang saya beli dari Billionaire Store, perusahaan milik Dewa Eka Prayoga. Bagus sih, semakin menambah pengetahuan.

Video masih terus berjalan waktu sudah datang di rumah mertua. Saya lihat baterai, lho kok 50%, terus makin berkurang jadi 47, hingga 45%? Tidak bawa chas HP lagi. Saya lihat di situ, ada chas. Dipakai oleh istri saya. Tadi saya suruh istri untuk membeli nasi. Saya sih mintanya nasi goreng saja. Dia sedang pergi, saya pakai saja chas di situ. Rugi dong kalau sampai HP lowbat sementara sesi ilmu membuat storytelling masih berlangsung. Ya ‘kan?

Untuk lebih jelasnya, ini sertifikat saya:

sertifikat-membuat-copywriting

Jadi, pembicaranya dipanggil dengan Mbak Gege. Ketika lihat pertama kali, wah, tidak pakai jilbab! Makanya, tidak usah ditampilkan wajahnya di sini ya. Harap maklum.

Lalu, apa saja isinya, Mas? Baiklah, kita jabarkan satu per satu!

Tentang Menjual

Namanya menjual itu bisa barang atau jasa. Bentuknya pun jelas, bukan seperti yang pernah dibilang teman saya, bisnis yang laku sekarang itu jual beli tuyul second! Ini mah gimana atuh?

Mbak Gege mengutip perkataan dari seorang penulis. Namanya Seth Godin. Begini kalimatnya:

materi-membuat-storytelling-bisnis

Opo kuwi, Mas. kok Bahasa Inggris? Wah, belum tahu artinya? Awalnya sih sama, makanya saya buka Google Translate, haha..

Kira-kira begini artinya: Marketing itu bukan hanya bicara tentang barang yang kamu buat, tetapi tentang cerita yang kamu katakan.

Kalau dipahami, maka menjual sesuatu sekarang itu tidak hanya, “Jual, jual, jual!” atau “Open order ya, Sist!” Jika seperti itu terus, maka orang lain akan lari. Akan menghindar. Itu pula yang dikatakan oleh Mbak Gege. Nah, solusinya menjual itu harus dibuat dalam bentuk cerita, agar tidak terasa jualannya atau orang lain tidak merasa dijuali. Ingat ‘kan kalimat “Orang Indonesia itu tidak suka dijuali, tapi suka belanja.”

Tips Membuat Storytelling

Mbak Gege memberikan panduan agar kita bisa membuat storytelling dengan baik, utamanya storytelling bisnis. Begini tipsnya:

Simplicity

Mengacu kepada artinya, maka itu sama saja dengan sederhana. Bukan berarti simpli di kota. Bukankah city itu artinya kota? Haha…

Membuat storytelling itu yang sederhana saja. Kalau bisa sih jangan terlalu panjang, kayak model skripsimu yang bikinnya setahunan itu. Eh, itu skripsiku ya!

Makin sederhana, makin bagus. Tapi, ya, jangan juga cuma satu kata, atau bahkan satu huruf. Ini sih terlalu simpel!

Emosi

Maksudnya bukan ketika orang membaca storytelling kita, tiba-tiba dia jadi emosi, marah-marah, atau bahkan banting HP-nya. Nanti siapa yang mau ganti tuh? Anaknya? Walah…

Cerita yang bagus menurut Mbak Gege bisa dilihat dari iklan-iklan Thailand. Menguras emosi hingga menitikkan air mata. Menguras perasaan sampai lupa menguras bak mandi di rumah.

Jika cerita sampai seperti itu, maka akan lebih melekat di hati. Efeknya, produk yang kita tawarkan atau jual menjadi ikut diingat juga. Oh, ini iklannya produk anu. Ini promosinya jasa anu. Pertanyaannya, anu di situ artinya apa?

Konflik/kontras

Terlalu lebay konfliknya, lihat saja sinetron kita. Namun, membuat storytelling bisnis bukan begitu. Ada konflik agar cerita tidak jadi membosankan. Masa datar-datar saja seperti pendapat kaum penyuka bumi datar?

Konflik dalam cerita itu seperti yang pernah saya ingat, ada anak perempuan yang mengolok-ngolok bapaknya, karena bapaknya juga diolok-olok teman-temannya. Saya lupa, apa ya kekurangan si bapak itu? Ternyata, di endingnya, anak perempuan itu baru menyadari bahwa bapak tersebut amat sangat cinta kepada si anak. Kekurangan pada dirinya tidak menghalangi untuk menunjukkan cinta tersebut. Trenyuh ‘kan?

Kesepakatan Bersama

Cerita sih cerita, tetapi jangan terlalu mengawang-awang. Buat cerita saja yang sudah diketahui bersama. Mbak Gege mencontohkan cerita tentang Olimpiade di Jepang. Itu ‘kan bisa jadi cerita yang menarik, sudah diketahui bersama bahwa Olimpiade di sana. Beda cerita kalau kita bikin cerita ada Olimpiade di Planet Jupiter. Pasti akan dibilang aneh, bahkan super aneh!

Dinarasikan dengan Baik

Agar bisa membuat storytelling dengan baik, saran dari Mbak Gege adalah dengan sering berlatih. Tiap hari kalau perlu. Asal jangan tiap detik. Nanti kita tidak ada kerjaan lain dong?

Menulis setiap hari akan melatih kita dalam membuat storytelling. Bukankah practice makes perfect? Alah bisa karena biasa. Cinta ditolak, dukun disidak! Eh..

Langkah Membuat Storytelling

Tadi tipsnya sudah, sekarang langkahnya, bagaimana Mas? Oke, yang saya catat ada tiga langkah:

Kenali Target Audience

Ini prinsip yang harus selalu dipegang oleh kita sebagai pebisnis atau penjual. Tidak akan pernah bisa kita menjual barang atau sesuatu kepada semua orang. Oleh karena itu, butuh lebih spesifik mengenali target market. Misalnya: perempuan, usia 25-34 tahun, sudah menikah, maksimal punya anak satu, domisili di kota besar, sudah bekerja, dan lain sebagainya. Makin spesifik, makin bagus.

Target market yang jelas akan menentukan dalam membuat storytelling. Contohnya penggunaan kata “Anda” dengan “kamu”, itu jelas berbeda. Anak muda akan kurang cocok jika dipanggil dengan “Anda”. Tapi, kalau saya sih memang lebih suka dengan kata “kamu”. Soalnya kata tersebut dirasa lebih akrab dan familiar. Saya juga melihat perusahaan-perusahaan besar memakai kata itu juga kok.

Tujuan Membuat Storytelling

Apa sih kita tujuan kita dalam membuat storytelling? Apakah langsung mau jualan begitu saja? Tujuan bisa kok dalam hal lain, sekadar berbagi cerita, mau mengenalkan brand dulu, belum jualan, mau ngasih give away, dan lain sebagainya. Jualan itu ada polanya. Ada alurnya. Ujug-ujug jualan, nanti dulu, lah yauw!

Tindakan Selanjutnya atau Call to Action

Jangan lupa, sudah banyak bercerita, mesti ada ujungnya. Tentukan juga call to actionnya. Begitu selesai, apakah pembaca mau diajak join, membeli sesuatu atau lanjut ke cerita berikutnya? Jangan sampai sudah panjang cerita, endingnya malah menggantung, kayak hubungan kamu dengan si dia, walah…

Dalam tahap ini, kita juga menawarkan solusi dari cerita yang sudah dibaca. Orang diajak untuk membaca bagian awal, masuk konflik, dan terakhir resolusinya. Penyelesaiannya ada pada produk kita. Ini jika storytellingnya langsung jualan. Sedangkan jika hanya sekadar berbagi, silakan ajak pembaca untuk like, komen, dan share.

Ketika Kendala Muncul

Ada yang bertanya, sudah membuat storytelling, tapi kok engagementnya sedikit? Yang like sedikit, komen tidak ada, apalagi yang share. Mbak Gege memberikan jawaban, mungkin pembaca sudah bosan dengan cerita kita. Perlu ada variasi lagi, atau cerita yang baru lagi. Kalau ada cerita yang lebih segar, maka engagement bisa meningkat.

Oke, itu saja rangkuman dari webinar yang saya ikuti tadi malam tentang membuat storytelling bisnis. Semoga bermanfaat ya..

Jika Dirasa Tulisan Ini Bermanfaat, Share Ya!

Silakan tinggalkan komentar

Email aktif kamu tidak akan ditampilkan. Tapi ini mesti diisi dengan benar.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.