Setiap orang pada dasarnya memiliki emosi. Bicara tentang emosi ini, selalu kaitannya dengan marah. Jadi, kalau pandai mengendalikan emosi, maka sama saja dengan pandai mengendalikan amarah. Benarkah?
Agar lebih memahami tentang pengertian emosi sekaligus kiat mengendalikannya, maka Masjid Nurul Ashri, Deresan Jogja, menggelar webinar yang menghadirkan Novie Octaviane Mufti, M.Psi, Psikolog.
Beliau adalah psikolog klinis dan founder @healyourself.id seperti yang ada pada gambar di atas. Saya mengikutinya Jum’at yang lalu (20/01/2023), dimulai pada pukul 10.00 WITA. Saya masih berada di kantor sambil menyimak webinar tersebut.
Seperti Rollercoaster
Menurut Mbak Novie, mengendalikan emosi itu seperti menaiki rollercoaster. Nah, di tempat kamu ada mainan beginian? Mungkin memang adanya di kota-kota besar, seperti: Jakarta, Bandung, Surabaya, dan sebagainya. Wajar karena di sana penduduknya banyak, jadi potensi penggunanya juga sama 11-12.
Apa sih maksudnya mengendalikan emosi itu bagaikan naik rollercoaster? Ternyata, menurut Mbak Novie, hubungannya dengan tantangan sehari-hari. Mulai dari masalah dengan diri sendiri, pasangan hidup, anak-anak, tetangga, lingkungan, teman kantor, orang tua, mertua, dan lain sebagainya. Tiap hari akan selalu ada masalah seperti ini. Bahkan orang yang masih jomblo atau sendirian pun tidak luput.
ABC
Lho, ABC? Merek baterai atau sirup nih? Oh, tidak ada hubungannya. ABC ini lengkapnya adalah ABC of Emotions. Penjelasannya sebagai berikut:
A: Arousal atau keterbangkitan fisik
Misalnya, pergi ke kamar mandi karena merasa emosi sambil geregetan.
B: Behaviour atau perilaku
Contohnya: mengurung diri di kamar, kalau senang mudah tersenyum dan mudah menyapa orang lain.
C: Cognition atau pikiran
Ini maksudnya adalah persepsi terhadap suatu situasi atau kondisi tertentu.
Pada dasarnya, setiap emosi itu membawa pesan-pesan. Ada anak kita menangis, kira-kira kenapa ya? Apakah karena mainannya direbut? Kenapa sih perasaan emosi saat anak menangis tersebut muncul? Pastinya tidak muncul tiba-tiba dong.
Dalam Islam, apakah emosi dan perasaan kita adalah segalanya? Apakah kita boleh merasakan dan mengekspresikan perasaan tersebut?
Emosi dan perasaan yang melanda setiap muslim itu pada dasarnya adalah ujian. Kalau dinamakan ujian, maka harus dijawab dengan benar. Sebentar lagi, akan diajarkan caranya oleh Mbak Novie.
Cara Mengendalikan Emosi
Tanpa banyak basa-basi, langsung saja ada tiga cara, yaitu: rumus KTK, brain, body, and relationship strategies, serta mengelola emosi ala muslim.
1. Rumus KTK
Lho, KTK? Bukankah itu seperti pelajaran di sekolah dahulu? Yah, memang ada miripnya sih, tetapi KTK ini adalah cara pertama untuk mengendalikan emosi dari Mbak Novie.
K yang pertama adalah Kenali emosi yang sedang dirasakan. Ini tidak hanya untuk orang awam, bahkan orang yang berprofesi psikolog pun perlu mengenali emosi yang sedang bergolak dalam dirinya.
T artinya Terima perasaan dan tidak denial. Kata terakhir ini saya tidak tahu maksudnya. Namun, pada intinya adalah perasaan emosi yang muncul memang harus diterima. Sebab, itu sudah menjadi ketentuan dalam hidup kita juga.
K yang terakhir adalah Kendalikan dengan cara yang sehat. Mau mengendalikan emosi atau meluapkan emosi tergantung kepada kita sendiri. Kalau diluapkan, kira-kira efeknya bagaimana? Apakah akan menyakiti atau merugikan orang lain? Apakah tidak nantinya menambah masalah lagi?
2. Brain, Body, and Relationship Strategies
Brain itu artinya otak, bagaimana cara mengendalikan emosi di otak? Ada lima caranya, yaitu:
- Positive self talk: berbicara kepada diri sendiri dengan teknik seperti bercerita dengan orang lain.
- Identifikasi kekuatan diri: kita sering kali lupa bahwa kita pernah melalui keadaan emosi yang sama atau lebih berat di masa lalu, toh kita berhasil kok, apalagi sekarang, ya ‘kan?
- Helicopter view: melihat segala sesuatu dengan persepsi yang lebih tinggi, ini memberikan sudut pandang yang lebih luas pada masalah yang sedang kita hadapi. Ibaratnya, jika kita hanya seperti semut di atas meja, maka akan sulit untuk melihat yang lebih lebar.
- Dikotomi kendali: perlu memahami dan mengenali hal-hal mana saja yang bisa kita kendalikan dan mana yang tidak. Bila kita mengurusi hal-hal yang tidak bisa dikendalikan, maka itu sama saja dengan mengundang stres.
- Meningkatkan kebersyukuran: ambil contoh kisah Nabi Ayyub alahissalam. Beliau diminta untuk berdoa kepada Allah agar dihilangkan sakitnya, tetapi beliau malah merasa bersyukur karena masa sehatnya lebih banyak daripada masa sakitnya.
Kaitannya dengan body, maka cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengendalikan emosi adalah:
- Minum air putih.
- Makan makanan yang sehat.
- Tidur yang cukup.
- Berusaha untuk olahraga.
- Tarik dan hembuskan napas.
- Buatlah agar ruangan atau pakaian yang nyaman.
- Merawat diri.
Hal yang terakhir, hubungannya dengan relationship sebagai berikut:
- Dengan Allah, diri sendiri, dan orang lain.
- Menulis, misalnya menulis diary atau blog seperti ini, hehe…
- Bercerita kepada orang yang kita percayai.
- Penuhi kebutuhan tentang bahasa cinta. Ingat kita harus tetap mencintai diri sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi?
3. Peran Keimanan Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala
Ketika kita merasakan emosi, apakah kita akan mengendalikan atau melampiaskannya? Jika melampiaskan, kira-kira apakah cara tersebut membuat Allah marah atau tidak? Bila Allah nantinya akan marah, waduh, berarti emosi tersebut justru menjadi bahaya dan kerugian yang sangat besar untuk kita.
Cara-cara mengendalikan emosi menurut Islam ada pada gambar berikut ini:
Pada sesi diskusi, muncul pertanyaan, apakah ketika kita menangani anak-anak, lalu kita emosi, hal itu karena luka pengasuhan di masa lalu? Mbak Novie menjawab bahwa hal itu belum tentu. Mungkin kita belum tahu ilmunya tentang mengendalikan emosi karena sedang capek.
Jika ada luka pengasuhan betul-betul, maka disarankan untuk menghubungi psikolog profesional. Pertanyaan-pertanyaan berikutnya tidak bisa saya ikuti dengan baik, karena saya harus pulang kantor pada pukul 11.00 WITA. Saya mau menjemput anak sekolah sekaligus persiapan untuk sholat Jum’at.
Alhamdulillah, webinar yang saya ikuti ini menambah wawasan saya seputar cara mengendalikan emosi. Semoga review di atas bermanfaat buat kamu semua ya! Silakan dishare untuk membagi manfaat ini ke orang lain!
Dan, bagi kamu yang ingin mendapatkan tulisan terbaru saya berikutnya tentang parenting dan pendidikan keluarga atau materi seputar webinar semacam ini, silakan ketik di kolom komentar pada bagian bawah. Syukron. Terima kasih. Wassalam…
Saya pernah naik rollercoaster, sesudahnya sakit kepala banget. Katanya saya salah waktu naik wahana ini, karena saya engga jerit-jerit. Harusnya jerit-jerit, teriak sekencengnya gitu untuk melepaskan emosi. Tapi belum nyoba lagi sih saya…
Parenting mungkin kayak rollercoaster juga ya…ada masanya teriak-teriak…hihi…biar engga sakit kepala…
Kenali, Terima, Kendalikan
Rumus jitu untuk bisa mengelola emosi ya. Sebenarnya emosi itu banyak macamnya sih, tapi anggapan umum di masyarakat emosi itu identik dengan kemarahan.
terima kasih ya mbak remindernya, saat ini saya sedang dalam mengendalikan dan menyalurkan emosi marah saya
membaca artikel mbak jadi reminder buat saya
Iya, tapi saya bukan mbak, hehe…
Aku suka banget dan appreciate perempuan-perempuan muda yang menggerakkan komunitas dan menginspirasi banyak orang, seperti Mbak Novie ini.
Yes, setiap emosi membawa pesan tersendiri. Hanya saja, ada yang berusaha mengenalinya, ada yang cuek saja, ada yang selalu menggapi emosi dengan emosi pula. Ambyar seketika. Memang sepatutnya kita belajar mengendalikan emosi. Aku sepakat dengan ide kedua, yaitu brain, body and relationship strategies.