Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit. Ini adalah peribahasa yang dapat menggambarkan usaha kecil terus-menerus dari yang tadinya bawahan menjadi atasan. Tapi, apakah ciri-ciri berikut ini cocoknya untuk kamu jadi atasan atau bawahan? Coba lihat berikut ini!
1. Ketika Menyelesaikan Suatu Proses Pekerjaan
Kata seorang guru Bahasa Indonesia yang mengajar SMA kelas 10 (kebetulan memang saya sendiri), ketika ada proses, maka tidak usah protes! Sudah begitulah dunia ini. Tidak ada yang langsung jadi. Foto saja yang promosinya langsung jadi, perlu ditunggu beberapa menit. Untuk menjadi ganteng juga tidak langsung jadi. Harus ikut #10YearsChallenge dulu. Itupun klaim sepihak dari yang merasa ganteng atau cantik. Begitu pula di dunia pekerjaan, untuk jadi atasan, awalnya pastilah dari bawahan dulu.
Bawahan yang “baik” menganggap pekerjaannya adalah rutinitas belaka. Dari hari Senin sampai Jum’at, dari pagi sampai sore, ya, bekerja sekadar menggugurkan kewajiban. Awal bulan, terima gaji. Belum sampai akhir bulan, sudah mulai habis gajinya. Hayo, di sini adakah yang begitu? Hehe…
Lalu, yang benar bagaimana? Bekerja itu adalah suatu proses belajar. Ya, di sini intinya. Misalnya, dari yang awalnya tidak bisa mengetik di komputer, menjadi bisa. Awalnya, bikin video itu susah sekali karena harus dengan program yang rumit, sekarang malah lebih mudah, cuma pakai Powerpoint saja. Ini dia contohnya.
Ketika kamu sudah merasakan bahwa pekerjaan itu adalah proses belajar, maka boleh jadi, kamu siap untuk masuk ke level yang lebih baik. Jika tidak, ya, akan seterusnya menjadi bawahan. Memang harus diingat bahwa belajar itu sepanjang hayat, sampai ke liang lahat. Gali kuburan saja juga perlu belajar dulu, kok!
Baca Juga: Temukan 5 Manfaat Ketika Berhasil Menemukan Kepribadian Anda
Meskipun sebenarnya kepribadian itu menempel terus pada diri kita, tetapi bagi sebagian orang, cukup sulit untuk menemukan kepribadian yang sebenarnya lho! Setelah ketemu, langsung deh nikmati manfaatnya lewat tulisan ini.
2. Pilih Diatur Atau Mengatur
Seorang atasan pastilah orang yang pandai mengatur. Dia bisa menggerakkan SDM di bawahnya untuk kemajuan perusahaan atau instansinya. Sedangkan bawahan, lebih suka diatur. Bahkan, sering juga, bawahan tidak tahu apa yang harus dikerjakan? Gue mau ngapain hari ini? Menunggu perintah dulu dari pimpinan dan tidak terlalu pro aktif untuk bekerja. Kadang bawahan malah perlu ditendang dulu baru bergerak. Waduh….!
Dari sini, kamu termasuk yang mana? Bisa mengatur orang, minimal diri sendiri, atau menunggu diatur dulu? Misalnya membuat daftar pekerjaan yang mau dilakukan, minimal di hari itu. Kalau lebih suka diatur, ya, bawahan lebih cocok untuk itu. Jadi atasan atau bawahan, itu tergantung pengaturan saja. Sedangkan bagus tidaknya sinyal, tergantung pengaturan di HP. Walah…
3. Menyukai Konsekuensi Kerja Atau Tidak
Sebenarnya ada kata lain untuk konsekuensi, yaitu: resiko. Namun, biasanya resiko itu cenderungnya negatif. Makanya, di sini kita ambil positifnya saja ya, pakai konsekuensi. Ditambah kerja, jadinya konsekuensi kerja. Jadi atasan atau bawahan, konsekuensi kerjanya jelas berbeda.
Seorang atasan pastilah punya tanggung jawab yang lebih tinggi daripada bawahannya. Dan, jelas, konsekuensi kerja yang melekat padanya juga tinggi. Atasan bisa mengontrol SDM, arus produksi, distribusi, penjualan sampai keuangan yang konsekuensinya paling besar. Salah sedikit, bisa sampai berkorban dengan uang pribadi apabila perusahaan atau instansi merugi. Terlebih bila itu kerugian negara. Nah dia yang ngeri!
Meskipun ada konsekuensi kerja seperti itu, atasan yang baik tidak akan pernah takut. Dia mampu untuk meminimalisir segala akibat buruk dari jabatannya. Caranya, ya, dengan belajar dan terus belajar. Bawahan? Hem, silakan dijawab sendiri. Bingung jawabnya? Makanya belajar dulu ya…?
Baca Juga: 5 Ciri Penting Jika Anda Cerdas Atau Pintar
Kepintaran atau kecerdasan itu sangat penting untuk diraih dalam hidup kita. Untuk mengetahuinya, perlu dong tahu ciri-cirinya? Bisa kamu masuk ke sini dulu untuk melihat ciri-ciri penting itu!
4. Membangun Relasi Atau Hubungan
Untuk kemajuan bisnis, relasi atau hubungan memegang peranan yang sangat penting. Para pengusaha kaya di negeri ini, jaringannya sudah ke mana-mana. Misalnya, seorang atasan dari suatu perusahaan membangun relasi dengan perusahaan desain. Untuk apa? Ya, ketika ada dibutuhkan untuk membuat logo, maka perusahaan desain itu yang diberi pekerjaan. Padahal, bisa saja, dari intern sendiri mampu membuat logo atau desain menarik yang sangat dibutuhkan perusahaan. Misalnya, bisa dilihat di sini.
Relasi atau hubungan antaratasan bisa berbeda halnya dengan atasan suatu instansi pemerintah. Boleh jadi, jaringan yang terlalu luas, malah jadi masalah. Sudah cukup banyak kejadian seperti ini. Harus jadi pembelajaran bagi kita. Jangan sampai terjadi lagi ya…!
Bedanya dengan bawahan, relasi atau hubungan yang ada pada mereka, ya, sebatas sama-sama bawahan. Makanya, permasalahan mereka biasa berkutat dengan rendahnya penghasilan di tengah kebutuhan yang makin tinggi, kerja yang selalu ditekan, kurang waktu untuk keluarga dan lain sebagainya. Namun, atasan yang membangun jaringan dengan sesama atasan, justru saling belajar kepemimpinan, cara menggerakkan orang, produksi yang lebih baik, pokoknya demi organisasi yang dipimpinnya. Dari sini saja, sudah berbeda antara atasan dengan bawahan bukan? Hah, jawabannya bukan? Hem..
Baca Juga: 6 Sifat yang Perlu Anda Perbaiki Saat Jadi Pegawai Baru
Pegawai baru bukanlah pegawai yang lama. Tentu ini sudah dipahami. Bagaimana menjadi pegawai baru yang baik? Apa yang harus diperbaiki? Apakah kendaraan terlebih dahulu? Weits, kata siapa? Bandingkan dulu dengan tulisan ini!
5. Menambah Masalah Atau Mendapatkan Solusi
Masalah itu akan selalu ada di dunia ini. Coba siapa sih yang tidak punya masalah? Ada yang menjawab, orang yang sudah meninggal. Yang sudah mati dikubur. Kita anggap mereka sudah tidak lagi kena masalah dunia. Tapi, apakah ada jaminan mereka tidak kena masalah di akhirat? Hanya, mereka memang menyembunyikan masalahnya.
Masalah yang ada akan berusaha dicarikan jalan ke luar oleh seorang atasan. Itupun jika memang masalah itu cukup besar dan dia harus turun tangan langsung. Kalau masih kecil, masalah itu akan diselesaikan oleh staf di bawahnya. Sedangkan bawahan biasa, masalah tetap ada, tapi justru ada kalanya malah dicari-cari. Kekurangan inilah, itulah, pokoknya selalu saja ada masalah. Solusinya? Ya, mungkin belum ada solusi, karena ada yang memang kerjaannya malah menambah masalah saja. Ini dia, siapa orangnya?
Ketika kamu jadi atasan atau bawahan, ada masalah, tetap harus dicari solusinya.
6. Ketika Berada di Luar Jam Kerja
Poin-poin di atas adalah ketika waktu kerja atau masih di dalam kantor. Nah, bagaimana dengan saat berada di luar jam kerja atau di luar jam kantor? Seorang bawahan biasanya memanfaatkannya untuk berlibur, mencari tempat-tempat baru. Padahal waktu yang ada cukup singkat. Akhirnya, kondisi tubuhnya saat akan bekerja kembali menjadi kurang fit.
Apakah seorang atasan tidak berlibur? Ya, mereka berlibur juga, tetapi dengan penuh pertimbangan. Bila ternyata berlibur masih dirasa kurang bermanfaat, di tengah rencana organisasi yang belum dijalankan, maka mereka akan memilih belajar lagi dengan membaca buku, menghadiri seminar pengembangan diri atau berolahraga, membuat perut jadi lebih penurut. Maksudnya, agar perut tidak tambah buncit begitu. Bila tidak, membereskan rumah bersama keluarga. Jadi, hidup akan lebih nyaman dengan tempat tinggal yang bersih, segar dan indah.
Baca Juga: 5 Negara dengan Jumlah Buku Paling Banyak Setiap Rumah
Jumlah buku dalam setiap rumah yang terbanyak? Waow! Apakah Indonesia masuk dalam daftar itu? Sepertinya kok masih hil yang mustahal ya? Ah, untuk memotivasi kita, langsung masuk dan tahu 5 negara itu apa saja?
Mengenal Ciri, Untuk Pengembangan Diri
Sampai di sini, ada berapa ciri yang melekat pada kamu? Apakah lebih condong ke arah bawahan atau atasan? Meskipun saat ini kamu adalah seorang bawahan, tetapi setidaknya dari ciri-ciri tersebut, kamu bisa membandingkan antara atasan atau bawahan. Seorang atasan yang baik pastilah dulunya adalah bawahan yang baik pula. Dan, kalimat sebelum ini, diulang lagi dari awal. Coba cari di mana?
Meskipun pada beberapa posisi, atasan dari suatu instansi adalah bawahan dari instansi yang lebih tinggi. Namun, kalau dia menjadi pimpinan tertinggi dari tempat kita bekerja, maka itulah atasan kita. Ingat, topik di sini atasan dan bawahan jangan disamakan dengan atasan dan bawahan di Pasar Baru, Jakarta ya…!
Selamat bekerja dan teruslah melakukan pengembangan diri! Jadi atasan atau bawahan, nikmatilah segala prosesnya.
Baca Juga: 5 Tips Agar Tetap Sehat dan Segar, Meskipun Sering Kerja Malam
Meskipun kerja masuk malam hari dan berpotensi mengurangi tingkat kesehatan, tapi toh yang namanya tugas harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Ingat, kesehatan itu tetaplah utama. Temukan tipsnya di sini!
5 Comments