Katanya, Marc Zuckerberg, pemilik Facebook, membeli Whatsapp dengan nilai mencapai $19 miliar atau sekitar Rp222,7 triliun pada tahun 2014. Hem, padahal kita saja pakai Whatsapp saja gratis, kok Marc malah bayar ya?
Aplikasi Whatsapp memang sampai saat ini sangat terkenal. Saya mencoba mengulik data, berapa sih pengguna Whatsapp di Indonesia? Tentunya yang dihitung di sini adalah manusia, bukan jin.
Ternyata, cukup mencengangkan dan bukan mencengengkan. Pada Juni tahun 2021, jumlah pengguna Whatsapp di Indonesia 84,8 juta pengguna. Jumlah yang memang sangat banyak. Yah, ketimbang tidak ada penggunanya, ya ‘kan?
Saking Mudahnya
Nomor Whatsapp terkait dengan nomor HP yang terpasang. Kalau nomor lama yang dipakai Whatsapp hilang, masih bisa dipakai, asalkan masih ingat.
Seperti Whatsapp saya, pakai nomor Simpati Telkomsel. Sedangkan paket datanya dengan by.U, juga produk milenial dari Telkomsel sih. Kok saya mempunyai dua kartu? Hem, lebih mudah memelihara dua kartu, daripada memelihara dua istri. Begitulah.
Kemudahan dalam chatting Whatsapp memang bisa dilakukan siapa saja. Orang tua yang sudah tua maupun anak muda yang muda, serta anak kecil yang masih kecil. Diperkaya juga dengan aneka macam emoticon yang bisa menggambarkan ekspresi kita. Bisa kirim foto maupun video, dengan batas maksimal 16 MB.
Namun, dibalik kemudahan tersebut, tersimpan masalah yang bisa muncul ke permukaan. Masalah tersebut adalah mudahnya tersebar hoax.
Apa saja bentuknya hoax? Bisa dari foto, video, maupun tulisan. Ini bisa didapati pada grup-grup WA orang tua. Mereka asal sebar saja, diteruskan dan diteruskan ke berbagai grup, tanpa mengecek lebih dalam kebenarannya. Tanpa membaca secara utuh. Pokoknya, asal judulnya menggelegar, cetar membahana, dan bombastis, tinggal klik-klik, tersebar, deh!
Inilah yang berbahaya. Berita bohong jelas akan membawa dosa. Apalagi disebarkan ke orang lain. Dosa itu juga makin menyebar. Sementara karakter orang tua sendiri memang tidak seperti anak muda yang lebih banyak informasi. Orang tua cenderung mendapatkan sedikit saja berita, itupun belum tentu benar.
Keunikan Whatsapp Lainnya
Sambil saya makan Indomie goreng, saya mengintip tulisan Bu Kamila dengan link: https://ka161281.blogspot.com/2022/01/curhat-di-watshap.html
Anaknya, Nadhiva, tidak mau kembali ke pondok pesantren. Terlihat tidak ada masalah apa-apa, tetapi diam saja saat ditanya.
Sang ibu berpikir, untuk mencari jalan keluarnya. Padahal, jalan keluar ini gampang dicari kalau kita sedang berada di jalan tol. Walah, kagak nyambung, Mas!
Rupanya, Nadhiva mau bicara dan mengungkapkan perasaannya lewat Whatsapp dengan ibundanya. Ini bagi saya cukup menarik karena di dalam rumah, tetapi curhat melalui Whatsapp.
Tidak perlu berpikir mahal, karena curhat melalui Whatsapp itu biayanya sangat ringan. Bandingkan dengan SMS yang dulu tarifnya Rp350,00. Curhat mungkin tidak akan sebanyak sekarang. Apalagi jika belum ada SMS, maka curhatnya dengan mengirim surat. Lebih repot lagi.
Metode Pendekatan
Curhat melalui Whatsapp seperti yang dilakukan di dalam tulisan blog tersebut adalah cara pendekatan yang dilakukan orang tua kepada anak. Meskipun anak sudah tumbuh remaja dan notabene, bukan nota warung, tumbuh besar, tetapi tetaplah menjadi anak dari orang tuanya.
Bahkan nanti saat anak menjadi dewasa, sampai menikah pun, orang tua akan selalu membuka tangan dan hatinya untuk menerima curhat anak-anaknya. Bukankah orang tua sudah kenyang makan asam garam kehidupan? Meskipun dulu mungkin pernah, ada orang tua yang masakannya terlalu asam dan terlalu banyak garam, tetapi ilmu dari orang tua bisa lebih banyak daripada anak.
Salut untuk Bu Kamila yang menempuh cara seperti itu, curhat melalui Whatsapp. Bagi yang ingin curhat juga kepada saya, dipersilakan. Maksudnya, dipersilakan untuk membelikan saya paket data dulu, baru bisa saya jawab. Ih, ngarep!
terima kasih. sebagai orang tua harus selalu mencari solusi yang terbaik untuk anak-anaknya.
Betul Bu, itu tantangan bagi orang tua.
Renyah…. Kayak peyek. ulasannya sip… Byk pelengkapnya juga. Hehe….
Peyek campur gado-gado enak.
Bisa aja P Rizky ya .. bisa curhat asal beliin paket data dulu .wkwkwk.
Syarat dan ketentuan berlaku, haha..
Betul sekali… Anakku juga sekarang kls 3 di pesantren .ingin pindah sekolah umum, ttp sama bpknya dipertahankan sampai kls 6. Anakku minta sesuatu. Boleh sekolah di pesantren sampai kelas 6, asal uang jajan ditambah lagi hi… 😂😂😂😂😂🙈🙈🙈🙈🙈🙈
Pantun balenya keren… emak hrs belajar dari Master2 Lagerunal 👍👍👍👍👍
Tetap menjadi pengunjung Pantun Bale, belum dapat ikut berpartisipasi, walaupun sangat ingin.
84 juta pengguna Whatsapp salah satunya saya.
Ngomongin curhat kepada Ortu, saya juga sering melakukannya.
Setelah membaca tulisan Pak Rizky, jadi pengen curhat sama Ortu nih….
Sehat selalu Pak
Oke, silakan Pak, bisa curhat ke ortu maupun mertua.
Mau dong By.U.hehe
Mau beli, Pak? Hehe..
Masya Alloh.
Tulisannya lengkap sekali..
Ladang ilmu jadinya